Cinta Dalam Tragedi
Sudah tiga tahun sejak lulus kuliah Nabiqha azzahra masih belum mendapatkan pekerjaaan tetap. Meski dia cerdas dan lulus sebagai mahasiswa terbaik, tapi tetap sulit baginya mendapat pekerjaan karena kekurangannya sebagai tuna rungu.
Sewaktu kecil Biqha mengalami demam tinggi hingga kejang, yang membuatnya mengalami SENSORINEURAL HEARING LOSS. Yaitu keadaan hilangnya kemampuan menangkap gelombang suara karena infeksi yang merusak saraf bagian dalam telinga.
Itu menjadi alasan utama, sulitnya Biqha mendapat pekerjaan. Karena dia sulit berkomunikasi dengan orang lain. Sekali pun dia masih bisa berbicara, tapi tetap saja kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar berbeda dari orang pada umumnya. Bahkan suaranya pun terdengar sengau dan serak.
Namun Biqha tidak mau menyerah. Dia yakin suatu saat nanti, dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sekedar penjual kue.
Setelah lelah berkeliling mengajukan surat lamaran pekerjaanya, Biqha mampir ke mini market untuk membeli minuman sekalian membeli keperluannya yang lain.
Saat dia sedang mengantri di kasir, tiba-tiba pundaknya ditepuk pelan oleh seseorang yang ada di belakangnya. Biqha pun menoleh ke belakang. Biqha terpaku sejenak melihat sosok pria tampan nan gagah, dengan jas dan dasi yang semakin membuat penampilannya memukau.
" Biqha? Nabiqha kan? " tanya pria itu ketika Biqha menoleh padanya.
" Yhoggha... " jawabnya setelah mengenali pria itu.
Seketika orang disekitar mereka menoleh, mendengar suara aneh yang keluar dari mulut Biqha. Bahkan mereka yang tidak benar-benar memperhatikan ucapannya, tidak akan mengerti apa yang Biqha ucapkan.
" Iya aku Yoga. Prayoga Hermawan temen SMA kamu. Kamu inget kan? "
Jawab Yoga antusias dan Biqha pun mengangguk.
Bagaimana Yoga tidak antusias. Mengetahui gadis berhijab nan ayu yang sejak lama dia kagumi, ternyata masih mengingatnya. Meski mereka sudah tujuh tahun tidak bertemu.
Sejenak mereka saling pandang dengan takjub. Terpesona dengan masing-masing. Tujuh tahun berlalu tentu saja banyak yang berubah dengan mereka. Yoga yang kini gagah, tidak lagi kurus alias cungkring seperti dulu. Jelas menjadi semakin tampan dan terlihat berwibawa dengan jas mahalnya.
Begitu pula sebaliknya, Nabiqha yang semakin cantik dengan tampilan dewasanya juga begitu memukau bagi Yoga. Meskipun tubuhnya tetap mungil seperti dulu. Mungkin hanya bertambah tinggi beberapa senti saja.
" Apa kabar Bi? " Tanya Yoga
" Bhaikh.... khamuh? "
( Baik. ... kamu?) Jawab Biqha disertai gerakan jarinya sebagai bahasa isyarat.
Yoga mengerti bahasa isyarat. Karena dulu dia sengaja mempelajari bahasa isyarat agar bisa semakin dekat dengan Biqha. Agar bisa lancar berkomunikasi dengan gadis pujaanya semasa SMA itu.
" Seperti yang kamu liat...... Aku baik. Ayo maju... ! Giliranmu. "
Yoga merentangkan tangannya ke arah depan. Mempersilakan Biqha untuk maju ke kasir.
" Mbak, biar saya yang bayar sekalian ya... ! " Ucap Yoga pada kasir di depannya.
Dengan sigap Yoga mengambil belanjaan dari tangan Biqha, lalu meletakannya di meja kasir. Biqha langsung melambaikan tangannya cepat, memberi isyarat agar Yoga tidak perlu membayar belanjaannya.
" Jhanghan... " ( Jangan..... )
" Gak papa Biqha. Biar aku yang bayar. "
Biqha menarik lengan Yoga untuk menahannya mengeluarkan uang dari dompet. Tapi Yoga tidak menghiraukannya. Akhirnya Biqha pasrah. Setelah Yoga selesai membayar belanjaan, mereka pun keluar dari mini market tersebut.
" Biqha kamu udah makan siang belum? Temani aku makan siang yuk.... Mau gak? "
Semula Yoga ingin secepatnya kembali ke kantor, dan makan siang di kantor saja setelah bertemu klien. Namun karna merasa haus dia berpikir untuk mencari air mineral.Tak disangka dia bertemu dengan gadis pujaan hatinya dulu di mini market ini. Jadi seketika rencananya berubah.
" Mau ya... ! Sebentar aja. Nanti aku antar kamu balik lagi ke kantor kamu. Ok ? "
Melihat tampilan Biqha yang menggunakan kemeja dengan rok panjang, lengkap dengan blezer dan hijab pasminanya. Selayaknya tampilan karyawan kantoran, membuat Yoga berpikir kalau Biqha sama seperti dirinya yang sedang ada urusan diluar kantor. Atau sedang mencari makan siang diluar.
" Kamu kerja dimana Biqha? "
Biqha hanya menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Yoga. Dia merasa malu karena belum mendapatkan pekerjaan. Sementara Yoga langsung berubah ekspresinya setelah melihat Biqha menggelengkan kepalanya. Tersirat raut kecewa di wajahnya.
" Sebentar aja Biqha..... Gak akan lama kok. Lagian udah lama banget kita gak ketemu. Masa sekalinya ketemu mau berlalu gitu aja, tanpa ngobrol sama sekali. Mau ya... makan siang bareng.....? Biar bisa ngobrol sebentar. Kangen juga ngobrol sama kamu. "
Biqha tersenyum manis menanggapi kalimat terakhir yang Yoga ucapkan.
Biqha menjelaskan kepada Yoga, kalau dia menggelengkan kepalanya bukan karena menolak ajakannya. Tapi menjawab pertanyaannya yang terakhir tentang pekerjaan. Karena dia belum mendapatkan pekerjaan sejak lulus kuliah. Dan dia perpakaian rapi seperti ini, karena sedang mencari pekerjaan.
" Oh...... gitu. Kirain.... "
Yoga tertawa kecil. Kemudian mereka pun tertawa bersama.
" Ya udah yuk.... Kita cari makan ! Nanti kita lanjut ngobrolnya. "
Yoga pun berjalan menuju mobilnya di ikuti oleh Biqha di belakangnya. Yoga membukakan pintu mobil di sisi sebelah kiri untuk Biqha. Setelah memastikan Biqha duduk dengan nyaman, Yoga pun menutup pintunya. Kemudian dengan segera berlari menuju ke sisi kanan.
Dengan segera Yoga menyalakan mesin mobilnya, lalu melaju meninggalkan area tersebut.
Di dalam perjalanan Biqha memandang kagum pada Yoga. Yoga benar-benar tampan. Garis wajahnya kini lebih tegas. Ditambah lagi tubuhnya yang kini lebih proporsional, semakin membuat Yoga nyaris sempurna.
Biqha tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Yoga. Lelaki yang pernah beberapa kali mengungkapkan cinta kepadanya, semasa sekolah dulu. Tapi tidak pernah diterimanya, dengan alasan tidak mau pacaran sebelum lulus kuliah.
Itu bukan sekedar alasan, karena memang pendidikan yang menjadi prioritasnya. Dia takut kalau pacaran akan mengganggu fokus belajarnya dan berpengaruh pada nilainya. Semua itu bisa berpotensi dihapuskannya beasiswa untuknya.
Tentunya Biqha tidak mau itu terjadi, karena dia ingin mewujudkan cita-cita almarhum sang ayah. Yang ingin dia terus bersekolah hingga menjadi sarjana. Meski keadaan ekonomi keluarganya tidak bisa mendukung.
Karena itu Nabiqha harus bisa mempertahankan prestasinya, agar beasiswanya tidak di cabut dan bisa terus sekolah. Itu sebabnya dia tidak mau memikirkan masalah cinta-cintaan.
Meski ditolak berkali-kali, Yoga tidak pernah menyerah dan tidak pernah berubah sikap terhadap Biqha hingga mereka lulus. Kalau boleh jujur, sebenarnya Biqha memiliki kekaguman terhadap Yoga. Hatinya telah luluh dengan ketulusan dan perhatian Yoga.Tapi dia tetap mau memegang prinsipnya untuk tidak pacaran sebelum lulus kuliah.
Biqha masih menatap lekat pada Yoga yang fokus mengemudi. Hatinya berbunga-bunga mengingat masa lalu.
' Mikirain apa sih aku ini... gak mungkin kan Yoga masih punya perasaan yang sama sama aku. Dia juga pasti udah punya pasangan sekarang. Sadar Nabiqha..... sadar... '
Biqha bergumam dalam hatinya. Kemudian Biqha pun memalingkan wajahnya ke arah luar. Memandang jalanan yang ramai.
" Biqha kamu mau makan apa? " Tanya Yoga tetap memandang lurus ke depan.
Hening. tidak ada jawaban. Yoga pun menoleh ke arah samping melirik Biqha yang menatap ke jalanan.
' Oh iya, lupa. Biqha kan gak bisa denger ya. Bodoh lu Yoga. '
Batin Yoga mengatai dirinya sendiri.
Yoga menyentuh lengan Biqha dengan ujung jarinya, membuat Biqha berpaling ke arahnya. Dengan memainkan ekspresi wajah Biqha seolah bertanya pada Yoga 'ada apa? '
" Kamu mau makan apa? "
" Thertsherhah khammuh dja." ( Terserah kamu aja )
Indra pendengaran Biqha memang tidak berfungsi dengan baik, tapi Biqha bisa membaca gerak bibir dengan sangat baik.
" Khemmm..... Mie bakso di depan sekolahan kita dulu masih ada gak sih?" Tanya Yoga yang dijawab cepat oleh Biqha dengan mengangukkan kepalanya.
" Mhahshih. Hakhu jhugghak mhahshih shukha khehshannah. "
( Masih. Aku juga masih suka kesana. )
" Kita kesana aja apa ya ? "
" Bholheh. " ( Boleh. )
" Kangen juga sama mie baksonya mang Udin. Hehehe...... " Yoga terkekeh begitu pun Nabiqha.
Mereka pun menikmati makan siang mereka di warung mie bakso mang Udin. Sambil bercerita tentang masa lalu, mereka bercanda tawa bersama. Tidak perduli dengan tatapan pengunjung lainnya yang menatap mereka dengan tatapan aneh. Lebih tepatnya menatap ke arah Nabiqha. Gadis berhijab yang ayu namun bersuara aneh, alias gaguk.
Nabiqha sendiri sudah tidak risih lagi dengan pandangan seperti itu. karena dia sudah terbiasa dengan tatapan orang-orang kepadanya. Bahkan dulu dia juga pernah dibuly karna kekurangannya itu. Jadi tatapan-tatapan aneh itu bukan masalah baginya.
Mereka terus mengobrol di sela-sela makan mereka. Dengan wajah yang berseri-seri, Yoga selalu menatap lekat Biqha setiap kali obrolan mereka terjeda. Dan Biqha selalu tersipu mana kala menyadari tatapan Yoga itu.
" Jadi..... Sekarang kamu udah punya pacar dong ya Bi ? " Tanya Yoga secara tiba-tiba.
Melihat jemari Biqha yang masih polos tanpa ada satu pun cincin yang melingkari, Yoga mengambil kesimpulan bahwa Biqha pasti belum menikah. Tapi soal pacar dia tidak bisa memprediksi. Itu membuatnya penasaran.
" Secara dulu kan.... Kamu selalu nolak aku karena kamu bilang gak mau pacaran sebelum lulus kuliah. Sekarang kan kamu udah lulus jadi..... kamu pasti udah pacaran kan sekarang ? " Sambungnya.
Biqha menggelengkan kepalanya malu-malu.
" Belum...? "
Yoga masih bertanya dengan tatapan tidak percayanya. Sedangkan Biqha mengangguk malu.
" Masa sih?" Tanyanya lagi.
" Mhanhah hadha yhang mhahu shhammah hakhu Gha. " ( Mana ada yang mau sama aku Ga. )
Ucap Biqha sembari menunduk sedikit.
" Hakhu bheghinnih. shemmuhah lhakhkih-lhakhkih phashthih mhalhuh dhekhket shhammah khakuh. " ( Aku begini. Semua laki-laki pasti malu deket sama aku) tambahnya lagi.
" Aku mau sama kamu Bi. Aku gak malu sama sekali. Justru aku bangga bisa deket sama kamu. Karna kamu itu istimewa buat aku." Sanggah Yoga dengan cepat.
Biqha langsung tersipu. Wajahnya merona mendengar kalimat yang diucapkan Yoga. Tidak menyangka lelaki itu akan mengatakan kalimat-kalimat seperti itu lagi. Meski mereka sudah tujuh tahun lamanya tidak bertemu.
Hening sejenak. Dengan raut wajah yang sama-sama tersipu malu mereka terdiam menikmati suasana dan perasaan masing-masing. Kemudian Yoga berusaha mengalihkan pembicaraan agar tidak terjadi kecanggungan.
" Khemm..... Jadi kamu masih sering main kesini setelah lulus ya?"
" Khalhau lhaghih phenghen bhakhsoh dja. " ( Kalau lagi pengen bakso aja )
" Kalau aku baru kali ini nih.... main lagi kesini setelah lulus." jelas Yoga.
" Walaupun udah dua tahun balik kesini, baru kali ini sempet main kesini lagi. Gara-gara ketemu kamu nih.... Jadi kangen ngebakso disini." terang Yoga lagi.
Yoga pun menceritakan kalo dia baru dua tahun ini pulang menetap lagi di Indonesia. karena sebelumnya dia menetap di London inggris, untuk menyelesaikan pendidikannya hingga S2.
Biqha hanya manggut-manggut menanggapi cerita Yoga. Sembari mengingat kenangan dulu, dimana Yoga sempat berpamitan dengannya sebelum berangkat ke London.
Yoga juga sempat membujuknya untuk ikut kuliah di London. Dan berkata akan berusaha membantunya mendapatkan beasiswa kesana. Tapi dia menolaknya. Karena tidak bisa meninggalkan ibunya yang berjuang sendirian demi hidupnya dan sang adik.
" Rasa baksonya masih sama enaknya ya... kayak mang udin yang bikin. Walaupun sekarang udah anaknya yang ambil alih " Ucap Yoga membuyarkan lamunan Biqha.
Biqha terkekeh lalu menjawab.
" Nhammahnyhah djhugghah hannhaknyhah" ( Namanya juga anaknya )
" Iya ya...... Udah pasti diajarin bapaknya racikkannya. " Yoga pun ikut terkekeh geli.
Setelah mereka selesai makan siang, Mereka pun beranjak dari tempat mereka duduk. Saat berjalan menuju parkiran, Yoga tiba-tiba memberikan kartu namanya pada Biqha.
" Bi, datanglah ke kantorku besok. Kebetulan kemarin salah satu staf keuanganku resign. Karna sudah hamil besar dan suaminya tidak mengijinkanya bekerja lagi. Sesuai dengan jurusanmu, ekonomi akuntansi kan? Semoga kamu bisa bergabung di perusahaanku ya Bi. " Ucapnya penuh harap.
Biqha mengangguk mantap sembari mengucapkan 'amiin' dalam hatinya. Berharap hal yang sama seperti yang Yoga ucapkan.
Biqha melirik sekilas pada kartu nama di tangannya. Tertulis disana nama Prayoga Hermawan, CEO. Biqha tidak heran karena setaunya Yoga memang seorang keturunan 'sultan'. Keluarganya mempunyai perusahaan besar dengan banyak cabang.
Kali ini Biqha optimis bisa mendapat pekerjaan dengan bantuan Yoga. Mengingat kata-kata manis Yoga tadi di dalam sana, yang jelas mengatakan kalau dia masih menaruh hati terhadapnya.
Gak masalah kalau harus melalui jalan nepotisme untuk mendapatkan pekerjaan. Yang penting dirinya punya kesempatan untuk bisa bekerja. Dan setelah itu dia akan membuktikan kalau dia punya kemampuan, dan layak untuk menjadi karyawan disana. Begitulah pemikiran Biqha saat ini.
* maaf ya... kalau tulisannya berantakan. karena saya masih sangat... sangat.... sangat amatir dan gak punya banyak pengetahuan cara menulis yang baik.
Ini juga nekat coba-coba untuk menuangkan imajinasi disini. Semoga ada yang suka ya sama ceritanya.
Sumpah...... deg-degan banget..... *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Siti Mutoharoh
lama tidak up thor....ditunggu kisah selanjutnya
2024-04-12
0
Aiur Skies
jadi inget, dulu waktu jaman kuliah ada cowok seperti Biqha gini yang naksir PDKT sama aku, suka ke rumah sengaja ngajak lihat pameran2 komputer/IT, sayang kami gak berjodoh🙏🏻 qadarullah
2024-01-29
0
Afra Ashimah Munawwaroh
oh, baru ngerti, maaf ya biqha
2023-03-05
1