Di sebuah ruangan Yoga duduk di balik meja kerjanya. Tangannya memegang pena tapi tidak digunakan untuk menulis, melainkan dimainkan saja. Terkadang diputar-putar, terkadang diketuk-ketukan ke meja sembari terus melamun.
Setelah kembalinya dari makan siang tadi, nyatanya Yoga bukannya bekerja. Dia malah sibuk melamun sambil terus tersenyum, mengingat kejadian tak terduga tadi siang. Dia tidak menyangka bisa bertemu kembali dengan Nabiqha Azzahra. Gadis pujaan hatinya saat SMA dulu.
Dia terus menerus melamun terkenang kejadian siang ini. Semakin larut dan semakin menerawang jauh ke masa lalu, mengenang kisah kebersamaanya dengan Biqha.
Flashback sepuluh tahun yang lalu....
Yoga remaja memang termasuk cowok yang agak lemah, untuk ukuran remaja laki-laki pada umumnya. Ditambah tubuh cungkringnya serta sifat penakut dan selalu bergantung pada sahabatnya Erick, membuatnya tak jarang mendapat bulian. Baik itu dari teman-temannya atau bahkan dari seniornya di sekolah.
Yoga sering dikatai 'anak mama' karena dianggap cengeng setiap kali mendapat gangguan dari temannya.
Yoga anak semata wayang. Karena itu orang tuanya sangat memanjakannya dan protektive terhadapnya, terlebih sang mama.
Bagaimana tidak, bukan hal yang mudah bagi orang tuanya untuk mendapatkan buah hati. Butuh perjuangan dan proses yang panjang hingga memakan waktu bertahun-tahun lamanya. Bahkan saat di dalam kandungan pun Yoga harus dijaga ekstra hati-hati.
Itulah mengapa dia sangat di manja oleh orang tuanya. Namun itu justru membuatnya tidak bisa mandiri. Cenderung menjadi penakut. Karena sejak kecil sudah terbiasa ekstra terjaga. Gak boleh main ini, gak boleh itu. Nanti takut ini, nanti takut itu.
Saat ini, dibelakang gudang sekolah. Yoga sedang berjongkok menangis sendirian. Bersembunyi sehabis dibuli teman-teman sekelasnya.
Karena pagi ini orang tuanya datang ke sekolah, komplain kepada pihak sekolah tentang pembulian yang terjadi padanya. Tentu pihak sekolah memberikan peringatan kepada teman-temannya tersebut. Namun bukanya jera, mereka malah semakin membulinya. Apalagi mereka tau saat ini pelindungnya, Erick sang sahabat sedang membolos.
" Khammuh khennaphah? "
( Kamu kenapa? )
Tiba-tiba terdengar suara menghampirinya.
Biqha yang baru saja membantu guru olahraga membawa beberapa peralatan ke dalam gudang. Melihat sebagian punggung Yoga yang berguncang, seperti sedang terisak dibalik tembok belakang gudang. Biqha pun menghampirinya.
Yoga dengan cepat mengusap wajahnya dan menoleh ke arah asal suara. Dia melihat seorang siswi berhijab, yang mungil dan cantik sudah ada disebelahnya.
Dia tidak begitu mengenal gadis yang saat ini ada didekatnya, tapi dia tau kalo gadis itu adalah teman sekelas dari sahabatnya. Dia tau karena pernah beberapa kali melihatnya, saat menemui Erick di dalam kelas pada jam istirahat.
Mereka memang tidak sekelas saat SMA, karena Erick masuk di kelas unggulan. Ya... meski agak badung, sahabatnya itu memiliki otak yang sangat cerdas.
" Khammuh khapphai dhishinnih? "
( Kamu ngapain disini? ) Tanya Biqha.
Yoga hanya terpaku melihat Biqha. Karena kurang mengerti apa yang diucapkannya. Biqha yang paham kalau Yoga pasti tidak mengerti, dengan cepat mengambil notes kecil dan pulpen dari saku seragamnya. Kemudian menulis disana. Setelah itu menyerahkan notesnya pada Yoga.
// kamu kenapa? lagi ada masalah ya? //
Yoga pun menggelengkan kepalanya setelah membaca notes Biqha. Tiba-tiba lonceng tanda istirahat pun berbunyi.
Biqha melihat jam dipergelangan tangannya. Waktu menunjukkan saatnya jam istirahat. Namun melihat mata Yoga yang basah dan wajahnya yang muram, dia memutuskan untuk menemaninya. Biqha berpikir tidak jadi masalah, karena dia punya waktu sampai jam istirahat berakhir.
Kemudian Biqha mengambil notesnya kembali dan menulis lagi lalu menyerahkan pada yoga.
// kalau kamu butuh temen cerita, aku bisa kok jadi pendengar yang baik. walau mungkin gak kan bisa membantu menyelesaikan masalahmu.... tapi setidaknya bisa membuat kamu sedikit lega. //
Selesai membaca notes itu, Yoga kembali beralih pada Biqha. Dan Biqha tersenyum manis sekali padanya. Senyum Biqha bagai penenang bagi Yoga.
Biqha yang masih mengenakan baju olah raga, mendudukan tubuhnya bersandar pada tembok di sisi samping gudang. Kemudian menatap Yoga dan tersenyum kembali.
Yoga seperti terhipnotis dengan senyum Biqha. Dia pun ikut menjatuhkan bokongnya duduk di sebelah Biqha. Yoga menceritakan masalahnya. Biqha pun mengamati dengan seksama. Karena pendengarannya kurang baik, jadi Biqha terus menatap wajah yoga agar bisa membaca gerak bibirnya.
" Therhus..... khammuh...... shemmbhuyih... dhishinnih ? "
( Terus... kamu.... sembunyi... disini? )
Biqha sengaja mengucapkan secara perlahan dan terbata agar yoga bisa memahami ucapannya.
Yoga yang mulai paham mengangguk cepat.
" Khem..... Chemmhen. "
( Khem..... Cemen.)
Seketika raut wajah Yoga berubah mendengar Biqha mengatainya 'cemen'. Yah... kata itu yang Yoga tangkap dari ucapan Biqha barusan.
Melihat wajah Yoga yang berubah kesal, Biqha tersenyum kecil sambil mengelengkan kepalanya pelan. Biqha pun kembali menulis di notesnya. Sementara Yoga hanya terdiam memperhatikan biqha yang sedang menulis. Setelah selesai Biqha memperlihatkannya.
// kamu kan cowok... masa sembunyi cuma gara-gara dikata-katai, dijahili terus dibuli doang. Itu artinya kamu lemah, kamu kalah dan mereka menang. //
Biqha kembali menulis. Begitulah caranya berkomunikasi bila teman-temannya tidak mengerti apa yang dia ucapkan. Apalagi kalau harus mengucapkan kalimat yang panjang.
// Kamu lihat aku. aku tidak bisa mendengar. Suaraku aneh dan ucapanku juga tidak jelas. Teman-teman memanggilku dengan sebutan 'si gaguk'. Mereka bilang suaraku aneh seperti suara dinasaurus. Tapi aku gak memperdulikannya. **Kare**na ucapan mereka itu gak penting. Kalau kamu terus mendengarkan ejekan mereka, kamu sendiri yang akan rugi. Seperti sekarang kamu menjadi terpuruk sendiri. Membolos saat jam pelajaran akan membuatmu jadi tertinggal. Sedangkan mereka akan semkin senang melihat keterpurukanmu. Jadi abaikan saja mereka ! Selagi mereka tidak berlaku kasar padamu, jangan hiraukan mereka. Kalaupun mereka sampai berlaku kasar, kamu jangan takut. Lawan saja mereka ! Kamu kan cowok, harus berani ! Masa kalah sama aku yang cewek, gaguk lagi. Lagi pula mereka kan sudah dapat peringatan dari kepala sekolah. Jadi kalau mereka berani main kasar, mereka pasti akan dapat sanksi dari sekolah. Jadi kamu gak perlu takut. //
Yoga menatap Biqha dan tersenyum tipis. Begitupun sebaliknya, Biqha tersenyum memberi semangat padanya. Kata-kata biqha menjadi semangat tersendiri baginya.
" Hangghap shadjha mherhekhah hannjhing yhang shukhah mhekhnghong ghong."
( Anggap saja mereka a****g yang suka menggongong )
Ucap Biqha sambil menepuk pundak Yoga.
" Khamuh khafhilhahyhah. "
( kamu kafilahnya )
Lanjut Biqha kemudian menunjuk pada Yoga.
Yoga mengangguk dan tersenyum lebar. Kata-kata semangat dari Biqha, seperti suntikan vitamin yang masuk ke dalam tubuhnya yang lemah. Dia menjadi segar dan kembali bertenaga.
" Makasih ya... Udah mau nemenin aku. "
Biqha tersenyum manis.
" Aku Yoga. "
Yoga mengulurkan tangan ke hadapan Biqha.
" Hakhuh thahuh. "
( Aku tau )
" Hah ? "
Yoga bingung dengan maksud Biqha. Dia menggaruk-garuk kepalanya.
Biqha menunjukkan ke arah sisi kiri seragam Yoga disana ada nametag 'PRAYOGA HERMAWAN'
" Oh... "
Lalu mereka pun tertawa bersama.
" Hayhoh khithah khembahlih khe khelhas. Jham histhiyakhat shudhah mhauh habbhis"
( Ayo kita kembali ke kelas. Jam istirahat sudah mau habis. )
" Ayo.... "
Yoga pun mengikuti langkah Biqha yang sudah lebih dulu bangkit dari duduknya dan beranjak menjauh dari sana.
" Eh.. ... tunggu ! Nama kamu siapa ? "
Tanya Yoga.
Tapi Biqha mengabaikanya dan terus berjalan ke depan.
" Hei..... "
Panggil Yoga pada Biqha.
" Oh iya...... Dia kan gak bisa denger ya.... "
Seketika Yoga baru teringat kalau cewek yang bersamanya tadi tuna rungu. Yoga pun langsung berlari mendekatinya, dan segera meraih tangannya.
" Nama kamu siapa ? "
Karena Biqha masih menggunakan baju olahraga, jadi Yoga tidak bisa melihat nametag nya.
Biqha tersenyum, kemudian meraih telapak tangan Yoga yang menariknya tadi. Lalu menulis namanya disana. Setelah itu dia melambaikan tangan dan pergi berlalu kembali ke kelasnya.
Yoga memandangi telapak tangannya dengan bahagia.... karena merasa mendapat teman baru. Atau mungkin perasaan bahagia yang lebih dari itu.
Sejak hari itu, mereka jadi semakin dekat. Tiap kali jam istirahat, Yoga selalu datang ke kelas unggulan untuk menemui sahabatnya dan juga Biqha. Meski mereka gak selalu bisa bareng, karna Biqha dan Erick yang gak bisa akur. Selalu ada aroma persaingan diantara sahabatnya dan Biqha. Karena Erick dan Biqha adalah rival yang selalu berebut posisi pertama di sekolah.
Semakin hari Yoga semakin kagum pada sosok Nabiqha. Nabiqha yang penuh semangat, mandiri, cerdas, baik, sopan, lemah lembut, sederhana dan juga kuat. Sedikit banyak telah membantu mengubah Yoga menjadi sosok yang lebih berani, lebih percaya diri dan lebih mandiri. Biqha sering berkata pada yoga.
" Laki-laki itu gak boleh manja. Laki-laki harus jadi pemimpin, jadi imam. Jadi gak boleh manja. "
Lama kelamaan rasa kagum itu berubah jadi rasa sayang, rasa cinta... rasa ingin memiliki. Dan semakin hari rasa itu semakin tumbuh.
Suatu ketika dibagian belakang gedung sekolah, Yoga kembali diganggu oleh teman-temannya saat Erick sedang membolos. Yoga memberanikan diri melawan mereka. Meski seorang diri sedang mereka berempat. Yoga tetap melawan, seperti yang Biqha katakan dia 'tidak boleh takut'. Yoga tidak mau lagi terlihat lemah. Hingga mereka pun berkelahi, lebih tepatnya Yoga dikeroyok oleh mereka.
" SHETTTOOOOPPPPPH..... "
( STOOOPPPP....)
Terdengar teriakan dari kejauhan yang tidak jelas. Tapi siapapun pasti tau itu suara siapa, karna hanya satu orang yang memiliki suara unik sepertinya.
Tak berselang lama, Biqha sudah berada ditengah-tengah mereka. Berhasil melerai dan langsung berdiri di depan Yoga berusaha melindunginya. Gadis mungil itu seakan tidak punya rasa takut. Dia menghalau empat lelaki dengan postur tubuh yang jelas lebih besar darinya.
" Hei.... gaguk. Lo gak usah ikut campur deh, ini urusan cowok. Minggir lo... "
Bentak Aldi yang berlagak seperti ketua genk.
" Tau nih. Minggat sono.... Belajar aja di perpus. Jangan kepo sama urusan orang. " Tambah yang lainya.
" Hakhuh ghakh hakhan bhiarh...."
( Aku gak akan biar....)
" Akkhhhh.... udah lah. Capek gue dengerin si gaguk ngomong. Pusing. "
Potong Aldi cepat sebelum Biqha menyelesaikan kalimatnya.
" Hari ini cukup. Awas aja lo kalau berani ngelaporin kita lagi. "
Tambahnya kemudian beralih pada Yoga.
" Yuk cabut..... "
Selepas kepergian mereka, Biqha gegas membantu Yoga dan memapahnya ke UKS.
Biqha dengan lembut membantu membersihkan luka-luka di wajah Yoga dengan alkohol. Setelah itu mengoleskan obat di setiap lukanya. Pelipis kiri dan sudut bibir Yoga berdarah. Kedua pipinya dan kening sebelah kanan memar. Cukup parah memang, tapi yoga tidak menyesal.
Karena meski hanya sekali dua kali, Yoga berhasil juga membalas pukulan mereka. Dan dia bangga akan hal itu. Sebab ini pertama kali dalam hidupnya dia berkelahi. Apalagi imbasnya dia bisa dapat perhatian dan kelembutan dari sang pujaan hati.
" Biqha.... aku sayang kamu."
Biqha langsung terpaku, terkejut tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Yoga meraih tangan yang sedari tadi mengoleskan obat di wajahnya, dan menggenggamnya dengan penuh perasaan.
" Aku akan berubah Bi... Aku gak akan biarkan mereka menindasku lagi. Aku juga udah belajar beladiri sama Erick. Supaya aku bisa jadi cowok yang kuat dan bisa selalu di andalkan. Aku pengen jadi pelindungmu Bi.... Aku gak akan biarin siapa pun ngata-ngatain kamu. Sekalipun itu Erick, sahabatku sendiri. "
Biqha tidak bisa berkata apapun, dia masih sangat terkejut. Dadanya berdebar-debar dengan pernyataan dan sikap Yoga padanya saat ini.
" Aku pengen kita sama-sama terus kayak gini Bi...."
Tambahnya sambil menatap lekat dan penuh harap pada Biqha.
" Biqha... mau ya jadi pacar aku !"
Bola mata Biqha membulat sempurna. Mulutnya ternganga tak percaya, dan jantungnya semakin berdegub kencang.
" Bi..... mau kan..... kita pacaran ? "
Harapnya masih mengenggam erat tangan Biqha.
Biqha masih terdiam. Bingung harus berkata apa.
" Biqha..... " panggil Yoga sekali lagi.
Satu detik, dua detik, tiga detik...
" Mhahaf Gha'..... Hakhuh ghakh bhishah. "
( Maaf Ga'.... Aku gak bisa.)
Biqha menatap sendu pada Yoga.
Kemudian Biqha menarik tangannya dari genggaman Yoga. Terlihat jelas raut kekecewaan diwajah Yoga.
" Hakhu ghakh mhahu phacharhan dhulhu shamphai hakhu lhulhus. Hakhu mhahu fhokhus bhelhajhar shamphai jhadhi sharjhanhah. Shepherthi harhaphan halmharhum ahyhahkhu. Mhahaf yhah Gha'..."
( Aku gak mau pacaran dulu sampai aku lulus. Aku mau fokus belajar sampai jadi sarjana. Seperti harapan almarhum ayahku. Maaf y Ga'...)
Yoga tersenyum miris, mencoba menerima kenyataan dan memaklumi alasan Biqha.
" Bukan karena kamu gak suka sama aku kan Bi...?" Tanyanya masih tidak percaya
Biqha melambai-lambaikan kedua tangannya cepat, di sertai gelengan kepala.
" Khammhuh bhaikh. Hakhuh shenneng bhishah phunnyakh themmhen khayyakh khammuh"
( Kamu baik. Aku seneng bisa punya temen kayak kamu.)
Meski kecewa dan patah hati. Tapi Yoga tetap bersyukur Biqha masih mau berteman denganya. Apalagi terbukti setelah hari itu, Biqha tidak berubah terhadapnya. Tidak menghindar dan menjauhinya. Cukup baginya bisa tetap dekat dengan Biqha sebagai temannya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Necan
makasih ya dukungannya..... semoga readers menikmati ceritanya.
2023-03-06
0
Afra Ashimah Munawwaroh
iya yoga, dengarin apa kata biqha, kamu gak usah takut
2023-03-05
0
Afra Ashimah Munawwaroh
pantas saja di katain anak mama, ternyata anak satu-satunya, pasti sangat disayang banget
2023-03-05
0