Bab 5. Awal yang indah

Pagi ini Biqha bangun dengan semangat. Seperti biasanya setelah melaksanakan sholat subuh, dia langsung menyelesaikan kue-kue yang akan dia jual hari ini. Lalu menyiapkan sarapan untuknya dan juga adiknya.

Setelah selesai dengan urusan di dapur. Biqha lantas bergegas membersihkan diri, mandi dan berdandan. Bersiap untuk menyongsong hari ini.

Biqha kembali berdiri di depan cermin meja riasnya. Berlenggak-lenggok memastikan penampilannya sudah rapih. Dengan blus berwarna peach dan bawahan rok panjang warna senada, dipadukan dengan blezer dan hijab pasmina berwarna hitam. Penampilan Biqha tampak manis dan cerah.

Biqha meraih tas di atas nakas sebelah tempat tidurnya. Sebelum keluar kamar, Biqha memeriksa isi tasnya terlebih dulu. Kemudian dia melihat kartu nama Yoga dan mengambilnya. Dilihatnya lagi kartu nama itu dan tersenyum.

" Bhihsmhillah... " ( Bismillah )

Ucap Biqha penuh semangat.

Biqha Keluar kamar langsung menuju meja makan untuk sarapan. Di sana adiknya sudah bersiap untuk makan.

" Mbak pake lipstik ya...? "

Tanya Narendra yang takjub melihat penampilan sang kakak.

Biqha tersipu malu, ketauan memakai make up oleh adiknya.

" Khennahphah? Ghakh bhaghus yakh?

( Knapa? Gak bagus ya? ) Tanyanya.

" Ada apa nih ? Tumben-tumbenan mbak dandan. " ucap Rendra menggoda kakaknya.

" Mau ketemu gebetan ya.... " sambungnya lagi sambil memakan sarapanya.

" Aawww..." Rendra sedikit berteriak saat sang kakak memukul lengannya.

" Mhasakh mhauh khethemmuh ghebkhethan bheghinnih... "

( Masa mau ketemu gebetan begini....)

Ucap Biqha sambil menunjuk penampilannya.

" Bisa aja kan sekalian. Soalnya kalo cuma mau ngelamar kerja aja..... Biasanya mbak gak pernah dandan segitunya. Sampe pake lipstik segala. Bibir mbak kan udah merah, kenapa harus dimerah-merahin lagi? "

Goda Rendra lagi.

Sebenarnya Biqha berdandan biasa saja, hanya menggunakan lipstik dan pensil alis untuk merapikan alisnya. Lipstik yang dia pakai juga berwarna pink lembut. Entah kenapa dia ingin sedikit berdandan dan terlihat lebih cantik hari ini.

" Happah therhaluh mhennorh yhah?"

( Apa terlalu menor ya? )

" Gak sih... Cuma aneh aja. " Jelas rendra lagi

" Khah...? "

Biqha panik dengan kata aneh dari Rendra. Dia langsung membuka tasnya mencari cermin. Ingin memastikan kembali make up nya.

" Gak.... Gak... Gak... Maksud Rendra bukan itu. " Jelas Rendra pada kakaknya.

" Rendra cuma heran aja. Kok tumben-tumbenan mbak Biqha dandan. Biasa juga cuma pake bedak tabur doang. " Sambungnya.

Biqha menarik nafas lega melihat penuturan adiknya.

" Mbak cantik kok. Dandan ya makin cantik lah.... " Puji Rendra.

Biqha tersenyum manis, tersipu dengan pujian dari sang adik.

Setelah selesai sarapan, mereka keluar rumah. Bersiap berangkat ke tujuan masing-masing.

" Mbak mau Rendra anter ? "

Rendra menawarkan untuk mengantar kakaknya ke tempat tujuan. Sambil menyusun beberapa kotak kue di bagian depan motor metiknya, untuk di bawa ke kampus dan beberapa warung yang searah dengan kampusnya.

" Ghakh ushah... Nthih khammuh thelhat. "

( Gak usah.... Nanti kamu telat. )

" Ya udah..... Rendra berangkat ya mbak. Assalamualaikum... "

" Whah halhaikhum shalham... "

( wa alaikum salam )

Rendra pamit. Tak lupa dia mencium punggung tangan kakaknya. Setelah itu baru menyalakan motornya dan pergi.

Biqha menatap punggung adiknya yang menjauh dengan senyum lega. Ada rasa bangga dalam dirinya melihat sang adik tumbuh dengan baik. Meski sejak kecil sudah tidak memiliki ayah dan saat remaja juga sudah kehilangan ibu.

Rendra juga sangat mandiri dan juga pintar. Sehingga dia bisa mengikuti jejak Biqha yang selalu berhasil mendapatkan beasiswa karena prestasinya.

Saat lulus SMA, Rendra langsung mencari pekerjaan untuk membantu Biqha. Karena Rendra tau pasti sulit bagi kakaknya itu mendapatkan pekerjaan, karena kekurangan yang ia miliki.

Selama ini, Biqha hanya mengandalkan hasil berjualan kue untuk menghidupi dirinya dan juga Rendra. Karena itu Rendra memutuskan mencari pekerjaan, yang bisa dia lakukan sambil tetap kuliah. Untuk meringankan beban kakaknya.

Rendra sangat mandiri. Dia tidak mau membebani Biqha sebagai kakak, yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga mereka.

Sudah dua tahun ini, Rendra bekerja di sebuah mini market. Karena Rendra kuliah pagi, Jadi dia mengambil shift malam untuk bekerja.

Melihat sang adik yang begitu bekerja keras. Sampai terkadang terlihat begitu kelelahan. Belum lagi terkadang dia juga suka telat ke kampus, atau ke tempat kerja. Juga terkadang pulang hingga lewat tengah malam, karena susah mendapat angkutan umum ataupun ojol saat pulang kerja.

Karena di hari ulang tahun Rendra tahun lalu, Biqha membelikan sang adik motor. Meski hanya motor bekas, tapi masih bagus dan masih bisa berfungsi dengan baik.

***

Biqha berdiri di depan gedung megah yang menjulang tinggi. Biqha tercengang menatap gedung itu. Dia berpikir apa mungkin dia bisa diterima di perusahaan sebesar ini. Sedangkan di perusahaan-perusahaan tempatnya melamar sebelumnya, yang tidak terlalu besar saja dia tidak diterima.

Tapi Yoga menyuruhnya datang. Jadi dia meyakinkan diri untuk memasuki gedung itu. Dengan membawa amplop coklat berisi CV-nya, Biqha melangkah memasuki gedung.

Tatapan ramah lalu seketika berubah menjadi tatapan remeh ataupun kasihan. Hampir selalu Biqha dapatkan, saat orang mendengarnya berbicara. Tak terkecuali orang-orang yang ada di gedung ini. Dari mulai security, resepsionis, hingga kini dia berada di ruang HRD lantai lima.

Di Ruang HRD, Biqha menunggu panggilan. Di sana juga ada empat orang lainnya sedang menunggu di interview. Dua orang wanita dan dua orang pria.

" Mau interview juga ya ? " Tanya seorang pria berbasa basi.

Biqha menggeleng.... semua menatap bingung padanya.

Biqha sendiri juga bingung. Saat tadi dia bertanya pada resepsionis, kemana dia harus mengantarkan surat lamarannya. Resepsionis itu menyuruhnya ke lantai lima ke ruangan HRD. Sampai disini dia malah disuruh menunggu, bersama orang-orang yang sedang akan di interview.

' Apa ini karna Yoga.... ? '

Tanya nya dalam hati.

Yoga menyuruhnya datang hari ini membawa CV-nya. Dia pikir untuk mengajukan lamarannya dulu. Tapi sekarang dia malah disuruh menunggu untuk interview langsung.

Pukul 11.20 WIB peserta ke empat keluar dari ruangan interview. Sudah hampir dua jam Biqha menunggu sampai akhirnya tiba gilirannya dipanggil.

Sebelum memasuki ruangan, di depan pintu masuk Biqha menutup matanya sejenak berdoa di dalam hatinya.

' Ya Allah..... Lancarkan segalanya untuk hamba. Agar hamba bisa mendapatkan pekerjaan ini. Dan semoga ini bisa menjadi awal yang indah untuk hidup hamba... amiinnn.... '

Di dalam ada tiga orang penyeleksi interview. Dua pria hampir paruh baya, dan seorang wanita berusia kisaran kepala empat. Mereka menerima CV Biqha dan mulai membacanya. mereka mengangguk-anggukan kepalanya dengan senyum terukir di bibir mereka melihat CV itu.

Saat mereka mulai mengajukan pertanyaan. Biqha menjawab dengan berbicara perlahan, sekaligus menggerakkan tangannya menggunakan bahasa isyarat. Raut wajah mereka berubah. Mereka terperanga bukan karena jawaban Biqha, melainkan karena kenyataan yang baru mereka ketahui.

Mereka kembali melihat CV di depan mereka. Memeriksa kembali riwayat pendidikan Biqha.

Disana tertulis bahwa Biqha lulus sekolah dasar dari sekolah luar biasa. Namun SLTP dan SMA BIqha lulusan sekolah umum, yang merupakan sekolah favorit di kota jakarta.

Bahkan Biqha mendapat predikat cumlaude fakultas ekonomi akuntansi Universitas Indonesia. Di sana juga tertera bahwa Biqha memiliki beberapa prestasi lain ya, salah satunya pemenang olimpiade matematika dan fisika.

Ketiga penyeleksi itu tercengang dengan prestasi-prestasi Biqha. Namun tentu saja ada plus dan minusnya. Prestasi Biqha memang mencengangkan. Tapi kondisi Biqha ditakutkan akan menghambat kerjasama tim keuangan dan pembukuan.

Tapi kembali lagi ini adalah rekomendasi dari pimpinan perusahaan. Tentu ini menjadi pertimbangan yang berat bagi mereka. Hingga mereka memutuskan akan mendiskusikannya kembali dengan pimpinan mereka.

" Baiklah mbak Nabiqha..... Kami akan mempertimbangkan terlebih dahulu semuanya. Secepatnya kami akan memberikan kabar tentang hasil interview hari ini. Terima kasih. "

Ucap ketua penyeleksi.

" Shammah-shammah phakh, bhukh. Therhimmhah khashih hathas whakhtunyah. " ( Sama-sama pak, buk. Terima kasih atas waktunya. )

Biqha menyalami satu persatu penyeleksi itu dan disambut juga dengan senyuman oleh mereka.

****

Di sisi lain Yoga sedang berdebar-debar menanti kedatangan Biqha di kantornya. Ada rasa cemas di hatinya, mengingat Biqha yang dulu selalu menolak bantuannya. Bukan tidak mungkin kali ini Biqha juga akan menolaknya. Dan hal yang paling disesalkan oleh Yoga adalah, bagaimana dia bisa lupa meminta nomor ponsel Biqha.

Setidaknya bila dia memiliki nomor ponsel Biqha, dia masih bisa berkomunikasi dengan Biqha. Sekalipun Biqha tidak bersedia datang hari ini. Namun itu hanya menjadi harapan kosong saat ini.

Yoga benar-benar resah. Sampai tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya. Namun tiba-tiba telepon di meja kerjanya berbunyi. Yoga pun dengan segera mengangkatnya.

" Baiklah. Terima kasih.... "

Yoga meletakan gagang telepon itu mengakhiri panggilannya.

Hati Yoga berbunga-bunga mendapat kabar tentang kedatangan Biqha. Rasanya senang bukan kepalang. Yoga lantas meminta pihak HRD, untuk menempatkan Biqha di urutan terakhir peserta interview. Agar dia bisa merencanakan makan siang bersama dengan Biqha lagi.

Setelah mendapat kabar bahwa interview sudah selesai, Yoga langsung berlari keluar ruangannya menuju lift khusus petinggi perusahaan. Namun sebelum mencapai lift Yoga dikejutkan dengan kemunculan seorang wanita berpakaian seksi, yang melekat sempurna ditubuh moleknya.

" Sayang.... " Sapa wanita itu langsung memeluk Yoga.

Yoga terpaku, tergagap tak berdaya. Seketika pikirannya buyar.

' Alin... apa yang dia lakukan disini? sial.... '

Gumam Yoga dalam hatinya.

" Sayang... Kamu kesini kok gak kasih kabar dulu sih. " Yoga melepas pelukannya.

" Sengaja. Kan biar surprise. "

Jawab Alin langsung menggelayut manja pada lengan Yoga.

" Kenapa sih? Kok kamu kayak gak seneng gitu aku datang. " Tanyanya.

" Bukan... Bukan gitu sayang. Tapi.... Aku lagi sibuk banget hari ini. Aku lagi buru-buru banget. " Ucap Yoga berdalih.

Yoga melirik arlojinya dengan cemas. Dia harus segera pergi jika ingin bertemu Biqha. Tapi Alin tiba-tiba saja datang dan menghambatnya.

" Memangnya kamu mau kemana? ini jam makan siang loh..... Aku sengaja datang kesini supaya kita bisa makan siang bareng."

Ucap Alin dengan nada kecewa.

" Maaf sayang aku gak bisa. Aku ada janji sama klien siang ini. Aku bener-bener lagi buru-buru. Aku udah telat sekarang. Ntar malam aja kita dinner. Ok....! "

Yoga melepaskan tangannya dari gandengan Alin. Kemudian merangkul bahunya dan mengecup kepalanya sejenak.

" Kamu pergi sendiri bertemu klien? "

Alin mengerutkan kening melihat tidak ada sekertaris yang mendampinginya bertemu klien. Lagi dan lagi Yoga kelabakan dibuatnya.

" Emmm... Sebenernya klien ini teman kuliahku saat di London. Kami mau membahas bisnis baru. " Jawabnya kikuk.

" Sayang..... jangan bilang kamu curiga sama aku.... "

Sambung Yoga dengan seketika melepas rangkulanya. Berakting seolah marah karena merasa dicurigai.

" Maaf sayang. Aku gak maksud gitu. Aku cuma kecewa aja. Aku udah bela-belain nyempetin kesini, supaya bisa makan siang bareng kamu. Kamunya malah mau pergi. "

Yoga memegang kedua bahu Alin dan menatapnya lembut.

" Makanya lain kali...., kalo mau kesini kabari aku dulu. Biar aku bisa atur jadwalku buat kamu. "

Yoga melihat arlojinya lagi. Sudah sangat terlambat, tapi dia berharap Biqha masih menunggu angkutan umum atau ojol di depan kantor. Dan semoga dia masih sempat bertemu denganya.

" Aku udah gak ada waktu lagi sayang. Aku udah telat banget. Aku harus pergi... " Ucapnya semakin panik.

" Ayo.... Aku antar kamu ke bawah ! "

Ucapnya sembari menarik tangan Alin dan melangkah dengan cepat.

Mereka pun memasuki lift bersama sampai ke lantai dasar. Sampai di bawah Yoga menuntun Alin, melangkah cepat menuju parkiran. Di sana Yoga menunggu Alin berlalu lebih dulu.

Setelah itu baru menyusul Biqha, yang tadi sempat dilihatnya masih berdiri dipinggir jalan depan. Dia sengaja keluar lewat depan, karena ingin memastikan keberadaan Biqha. Dan dia sangat bersyukur melihat Biqha masih ada disana.

Terpopuler

Comments

Afra Ashimah Munawwaroh

Afra Ashimah Munawwaroh

loh loh jadi yoga udah punya pacar saya kira jomblo

2023-03-12

0

Afra Ashimah Munawwaroh

Afra Ashimah Munawwaroh

aamiin... moga keterima
semangat biqha

2023-03-12

0

Afra Ashimah Munawwaroh

Afra Ashimah Munawwaroh

ya ampun kita sama,🙈

2023-03-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Bertemu dengan yoga
2 Bab 2. Mengenang kisah cinta pertama
3 Bab 3. Mengenang kisah cinta pertama 2
4 Bab 4. Mengenang kisah cinta pertama 3
5 Bab 5. Awal yang indah
6 Bab 6. Perhatian Yoga
7 Bab 7. Kegalauan Yoga
8 Bab 8. Rendra dan kakak laki-lakinya.
9 Bab 9. Kencan sama adik
10 Bab 10. Bertemu rival lama
11 Bab 11. Menjadi karyawan kantoran.
12 Bab 12. Dia lagi...
13 Bab 13. Perdebatan Yoga dan Erick
14 Bab 14. Menjaga jarak
15 Bab 15. Tidak akan menyerah....
16 Bab 16. Impian yang terwujud
17 Bab 17. Ericko Ardiansyah
18 Bab 18. Teman baru
19 Bab 19. Cemburu
20 Bab 20. Cemburu 2
21 Bab 21. Jadian kan?
22 Bab 22. Ternyata.....
23 Bab 23. Jack black
24 Bab 24. Tom and Jerry
25 Bab 25. Rahasia Erick.
26 Bab 26. Kencan pertama
27 Bab 27. Tentang Erick
28 Bab 28. Privasi Erick
29 Bab 29. Kejutan.....
30 Bab 30. Rencana pernikahan.
31 Bab 31. Kesal.
32 Bab 32. Hadiah terbaik.
33 Bab 33. Kehangatan keluarga.
34 Bab 34. Kecurigaan
35 Bab 35. Kebenaran
36 Bab 36. Orang ketiga
37 Bab 37. Obsesi cinta
38 Bab 38. Sakit....
39 Bab 39. Maaf....
40 Bab 40. Introgasi
41 Bab 41. Tamu tak diundang
42 Bab 42. Salah paham.
43 Bab 43. Berjanjilah.....
44 Bab 44. Bertemu Alina.
45 Bab 45. Alina dan Biqha
46 Bab 46. Makan Bersama.
47 Bab 47. Kemarahan Erick.
48 Bab 48. Tidak ingin menyesal.
49 Bab 49. Kehilangan akal.
50 Bab 50. Karna Cinta
51 Bab 51. Kembali membaik
52 Bab 52. Tidak seperti dulu.
53 Bab 53. Terlanjur mencinta
54 Bab 54. Mencari alasan.
55 Bab 55. Aku mohon.....
56 Bab 56. Erick.....
57 Bab 57. Jangan menyerah......
58 Bab 58. Bi.....
59 Bab 59. mencoba tegar
60 Bab 60. Pelangi setelah hujan
61 Bab 61. Memutar balikan Fakta
62 Bab 62. Cemas dan panik
63 Bab 63. Malaikat penolong.
64 Bab 64. Lukisan kenangan.
65 Bab 65. Keresahan.
66 Bab 66. Kambing hitam.
67 Bab 67. Tekanan.
68 Bab 68. Luka.....
69 Bab 69. Merasa bersalah.....
70 Bab 70. Percaya padaku.
71 Bab 71. Kenangan pahit.
72 Bab 72. Kenangan pahit 2
73 Bab 73. Kenangan pahit 3.
74 Bab 74. Berjuang bersama
75 Bab 75. Tidak adil
76 Bab 76. Demi Erick.
77 Bab 77. Jangan.....
78 Bab 78. Amarah dan airmata.
79 Bab 79. Tetaplah disini.....
80 Bab 80. Pesan perpisahan.
81 Bab 81. Runtuh.
82 Bab 82. Bukti
83 Bab 83. Hotel prodeo
84 Bab 84. Bersama-sama lagi....
85 Bab 85. Mantan.....
86 Bab 86. Di paksa menikah
87 Bab 87. Menaruh curiga
88 Bab. 88. Melangkahi mayatku.
89 Bab 89. Gelisah
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1. Bertemu dengan yoga
2
Bab 2. Mengenang kisah cinta pertama
3
Bab 3. Mengenang kisah cinta pertama 2
4
Bab 4. Mengenang kisah cinta pertama 3
5
Bab 5. Awal yang indah
6
Bab 6. Perhatian Yoga
7
Bab 7. Kegalauan Yoga
8
Bab 8. Rendra dan kakak laki-lakinya.
9
Bab 9. Kencan sama adik
10
Bab 10. Bertemu rival lama
11
Bab 11. Menjadi karyawan kantoran.
12
Bab 12. Dia lagi...
13
Bab 13. Perdebatan Yoga dan Erick
14
Bab 14. Menjaga jarak
15
Bab 15. Tidak akan menyerah....
16
Bab 16. Impian yang terwujud
17
Bab 17. Ericko Ardiansyah
18
Bab 18. Teman baru
19
Bab 19. Cemburu
20
Bab 20. Cemburu 2
21
Bab 21. Jadian kan?
22
Bab 22. Ternyata.....
23
Bab 23. Jack black
24
Bab 24. Tom and Jerry
25
Bab 25. Rahasia Erick.
26
Bab 26. Kencan pertama
27
Bab 27. Tentang Erick
28
Bab 28. Privasi Erick
29
Bab 29. Kejutan.....
30
Bab 30. Rencana pernikahan.
31
Bab 31. Kesal.
32
Bab 32. Hadiah terbaik.
33
Bab 33. Kehangatan keluarga.
34
Bab 34. Kecurigaan
35
Bab 35. Kebenaran
36
Bab 36. Orang ketiga
37
Bab 37. Obsesi cinta
38
Bab 38. Sakit....
39
Bab 39. Maaf....
40
Bab 40. Introgasi
41
Bab 41. Tamu tak diundang
42
Bab 42. Salah paham.
43
Bab 43. Berjanjilah.....
44
Bab 44. Bertemu Alina.
45
Bab 45. Alina dan Biqha
46
Bab 46. Makan Bersama.
47
Bab 47. Kemarahan Erick.
48
Bab 48. Tidak ingin menyesal.
49
Bab 49. Kehilangan akal.
50
Bab 50. Karna Cinta
51
Bab 51. Kembali membaik
52
Bab 52. Tidak seperti dulu.
53
Bab 53. Terlanjur mencinta
54
Bab 54. Mencari alasan.
55
Bab 55. Aku mohon.....
56
Bab 56. Erick.....
57
Bab 57. Jangan menyerah......
58
Bab 58. Bi.....
59
Bab 59. mencoba tegar
60
Bab 60. Pelangi setelah hujan
61
Bab 61. Memutar balikan Fakta
62
Bab 62. Cemas dan panik
63
Bab 63. Malaikat penolong.
64
Bab 64. Lukisan kenangan.
65
Bab 65. Keresahan.
66
Bab 66. Kambing hitam.
67
Bab 67. Tekanan.
68
Bab 68. Luka.....
69
Bab 69. Merasa bersalah.....
70
Bab 70. Percaya padaku.
71
Bab 71. Kenangan pahit.
72
Bab 72. Kenangan pahit 2
73
Bab 73. Kenangan pahit 3.
74
Bab 74. Berjuang bersama
75
Bab 75. Tidak adil
76
Bab 76. Demi Erick.
77
Bab 77. Jangan.....
78
Bab 78. Amarah dan airmata.
79
Bab 79. Tetaplah disini.....
80
Bab 80. Pesan perpisahan.
81
Bab 81. Runtuh.
82
Bab 82. Bukti
83
Bab 83. Hotel prodeo
84
Bab 84. Bersama-sama lagi....
85
Bab 85. Mantan.....
86
Bab 86. Di paksa menikah
87
Bab 87. Menaruh curiga
88
Bab. 88. Melangkahi mayatku.
89
Bab 89. Gelisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!