MENGAKHIRI HUBUNGAN

Flasback on

Adam duduk disebuah bangku taman, wajahnya terlihat mendung, berulangkali dia meremas rambutnya yang menandakan kalau saat ini dia tengah depresi, depresi karna dia tidak menjadi yang terbaik diangkatannya, Adam takut, takut papanya marah, marah karna sang papa selalu menekannya untuk menjadi nomer satu.

"Papa pasti akan marah besar." kalimat yang telah berulangkali dia lafalkan, "Ini salahku karna tidak berusaha dengan keras." Adam terus menyalahkan dirinya.

Disaat frustasi melanda, sekuntum bunga mawar merah disodorkan ke depan wajahnya, Adam otomatis mendongak untuk melihat siapa gerangan yang menyodorkan bunga tersebut padanya.

Ternyata itu adalah seorang badut berkostum kelinci.

Badut itu menggoyang-goyangkan bunga ditangannya dengan harapan Adam akan mengambil bunga tersebut.

"Aku gak butuh bunga." Adam mengusir secara halus.

Namun ternyata sik badut tidak menerima penolakan dari Adam, dia terus menggoyang-goyangkan tangannya berharap sik cowok menerima bunga yang disodorkan olehnya.

Akhirnya meskipun terpaksa, Adam mengambil bunga tersebut juga supaya sik badut cepat pergi.

Sik badut mengangguk, sepertinya dia senang bunga pemberiannya diterima.

Dan bukannya pergi seperti harapan Adam, badut berkostum kelinci itu malah duduk disebelahnya.

"Ini badut kenapa malah duduk sieh." kesal Adam, dia bersiap ingin mengusir sik badut, namun urung dia lakukan tatkala sik badut membuka kepala kelincinya, Adam tidak menyangka kalau orang yang berada dibalik kostum badut tersebut adalah seorang gadis, gadis belia lagi dilihat dari wajahnya yang terlihat masih unyu-unyu, Adam taksir mungkin umurnya sekitaran 18 an.

"Huhhh, panas banget sumpah." sik badut yang tidak lain adalah Tari mengipas-ngipaskan tangannya ke wajahnya yang dibanjiri oleh keringat, "Gini amet cari uang."

"Kamu perempuan." tanya Adam spontan.

"Menurutmu."

"Kamu kenapa berkostum badut begini."

"Cari uanglah."

"Cari uang, kenapa kamu cari uang, bukannya diusia kamu seperti ini masanya kamu sekolah."

"Iya itu kalau orang yang punya banyak uang, kerjaannya tinggal belajar sudah deh kelar urusan, tapi bagi aku yang berasal dari keluarga sederhana, harus sekolah sekaligus cari uang untuk biaya." keluhnya.

"Ohhh ya, kamu belum bayar, ayok sini bayar bunganya, itu bunga terakhir lho, ini hari keberuntunganku, bungaku laku semuanya hari ini." wajah yang tadi terlihat kelelahan itu kini terlihat ceria.

"Berapa."

"Dua puluh ribu."

Adam merogoh dompetnya dari kantong celananya, mengambil uang kertas berwana merah dan menyerahkannya pada Tari.

"Niehhh."

"Ada uang pasnya gak."

"Gak ada, itu doank."

Tari menyodorkan beberapa lembar uang sebagai kembalian, namun dengan kemurahan hatinya Adam malah mengikhlaskan kembalian dari uang yang diberikan kepada Tari tersebut.

 "Tidak usah, kembaliannya untuk kamu saja."

"Ehhh, beneran ini kak, kembaliannya untukku."

"Iya."

"Rizki anak sholehah." gumam Tari penuh syukur.

"Terimakasih ya kak, semoga kakak selalu diberi kesehatan, panjang umur, dimudahkan segala urusannya dan yang paling penting enteng jodoh." doa Tari panjang lebar.

Adam terkekeh, kini dia sudah bisa tersenyum, gadis disampingnya ini bisa membuatnya tersenyum dan tentunya juga bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini mengingat kondisi gadis disampingnya tidaklah seberuntung dirinya, dia tidak perlu kerja untuk membiayai sekolahnya, kerjaannya cukup hanya belajar dan belajar.

"Amin." Adam mengaminkan doa yang dilafalkan sik gadis padanya.

"Kamu masih sekolah." dia bertanya.

"Lagi nunggu pengumuman kelulusan kak."

"Oo, sebentar lagi masuk kuliah donk ya."

"Inginnya sieh gitu, ini lagi kerja jualan bunga untuk ngumpulin uang untuk biaya kuliah, syukur-syukurnya sieh dapat beasiswa."

"Kasihan sekali." batin Adam prihatin.

"Terus kenapa kamu pakai kostum badut kelinci begitu, apakah kamu tidak kepanasan atau gimana."

"Panas kak, tapi yah mau gimana, aku terpaksa menggunakan kostum kelinci ini, soalnya teman-temanku suka ngebuli aku kak."

"Astaga, jahat sekali teman-teman kamu itu."

"Yahh maklumlah kak, aku sekolah disekolah elit, rata-rata teman sekolahku anak orang kaya, mungkin hanya aku yang anak orang miskin yang sekolah disana, aku masuk ke sekolah itu karna beasiswa, disekolah saja aku sering dibuly, apalagi kalau mereka tahu kalau aku jualan gini pasti aku akan tambah dibully, tapi untungnya aku punya sahabat yang selalu membelaku." jadi curhat gini sik Tari, padahal mereka baru kenal.

"Kakak sendiri, kenapa kakak terlihat sedih begitu, kakak terlihat frustasi."

Adam kemudian menceritakan kegalauan hatinya sehingga menyebabkannya bersedih begitu.

Mereka adalah dua orang yang baru saling kenal, tapi mereka berdua merasa nyaman satu sama lain untuk menceritakan permasalahan yang saat ini tengah mereka rasakan.

Mencoba untuk menghibur laki-laki itu, dengan bijaknya Tari berkata, "Kakak jangan sedih begitu, masak hanya gara-gara nilai begitu orang tua kakak akan memarahi kakak, ya walaupun memarahi, aku yakin itu maksudnya demi kebaikan kakak, memacu kakak supaya bisa mendapatkan nilai yang lebih lagi." kata-kata yang diucapkan oleh Naomi dibarengi dengan senyum yang membuat Adam yang melihatnya merasa lebih baik dan tidak menyalahkan dirinya lagi.

"Iya kamu benar, kalau papaku marah, itu pasti demi kebaikanku juga."

Dan pertemuan hari itu berakhir begitu saja, namun pertemuan dengan gadis itu membekas dihati Adam, dia jadi menyesal sendiri kenapa tidak menanyakan nama gadis penjual bunga itu, dan Adam tambah menyesal karna tidak meminta nomer gadis itu.

Namun kemudian, ternyata takdir kembali mempertemukan mereka, Adam yang saat ini menjadi panitia ospek dikampusnya bertemu lagi dengan Tari karna Tari ternyata adalah mahasiswa baru dikampusnya, karna beruntung bisa bertemu dengan gadis itu membuat Adam berjanji untuk mengejarnya dan usahanya tidak sia-sia karna gadis yang bernama Mentari itu akhirnya menjadi kekasihnya dan sebentar lagi akan berubah statusnya menjadi istrinya.

Flasback off

"Yahh begitulah kak ceritanya." Adam mengakhiri ceritanya.

Tentu saja pertemuan dengan Tari merupakan sesuatu hal yang tidak akan pernah bisa dilupakan oleh Adam, dan tidak semuanya dia ceritakan hanya garis besarnya saja.

"So sweet banget sieh." timpal Hawa senyum-senyum, hanya dia yang benar-benar mendengarkan kisah cinta sang adik, sementara kedua orang tuanya dan suaminya tidak peduli sama sekali dengan kisah cinta Adam dan Tari.

Mama Cellin yang awalnya antusias ingin bertemu dengan kekasih anaknya itu kini kehilangan minatnya saat mengetahui latar belakang gadis itu, menurutnya gadis itu tidak selevel dengan keluarganya, papa Atta jelas yang paling tidak suka disini, kalau mama Cellin masih bisa bersikap ramah dan tersenyum palsu hanya untuk menghargai putranya, tapi papa Atta jelas-jelas tidak begitu, wajah laki-laki itu terus saja menampakkan wajah datar dan dingin.

Tari tidak buta, dia bisa merasakan kalau keluarga suaminya tidak menyukainya, meskipun mamanya Adam bersikap ramah, tapi Tari tahu itu hanya pura-pura saja.

Dan setelah selesai acara makan malam, kini mereka berkumpul diruang tengah.

Adam yang kebelet pamit ke kamar mandi, Tari tidak ingin ditinggalkan oleh Adam, tapi rasanya gak mungkin juga dia menahan Adam yang kebelet. Sebenarnya begitu acara makan malam berakhir, Tari ingin langsung pulang, tapi dia tidak enak sama Adam sehingga disinilah dia berada sekarang, duduk bersama mama Cellin, sedangkan papa Atta entah kemana dia berada, dan Hawa beserta suaminya begitu acara makan malam berakhir langsung pamit pulang, sebenarnya Hawa ingin lebih lama berada dirumah orang tuanya, dia ingin ngobrol lebih lama dengan kekasih adiknya, sayangnya, pengasuh Orlin putrinya menelpon kalau putri semata wayangnya itu menangis mencari dirinya.

Saat ini mama Celin tidak lepas memandang Tari, dan itu membuat Tari canggung, dia hanya menunduk tidak berani manatap mata tajam mama dari kekasihnya, Tari hanya memilin tangannya, hal itu sering dia lakukan saat dirinya tengah gugup, seperti saat ini

"Dari yang saya simpulkan setelah mendengar cerita putra saya, kalian sepertinya sudah lama menjalin hubungan." setelah beberapa saat memperhatikan Tari mama Celin akhirnya buka suara juga, dan saat putranya tidak ada, wanita paruh baya itu tidak bersusah-susah untuk bersikap ramah.

"Mmm, iya tan, kurang lebih 4 tahun." jawab Tari.

"Hhhmmm, lumayan lama juga."

"Iya tan."

"Saya yakin, dalam jangka waktu 4 tahun itu, putra saya telah banyak memberikan kamu barang-barang mewah, dan memberikan uang untuk keluargamu, secara, ayahmu adalah seorang sopit angkot yang penghasilannya saja mungkin tidak cukup untuk makan." mama Cellin melancarkan serangannya.

Tari mendongak, menatap mama Celin dengan pandangan menyelidik, "Maksud tante apa."

Mama Celin tersenyum sinis, "Bukankah maksud saya sudah jelas, kamu pura-pura tidak mengerti agar kamu kelihatan lugu dan polos dihadapan saya, baiklah akan saya perjelas, kamu mendekati putraku karna tahu dia berasal dari keluarga kayakan, kamu sadar dengan menikahi putraku, kamu dan ayahmu yang hanya seorang penarik angkot itu bisa hidup enak tanpa perlu susah payah bekerja lagi."

Tari menganga, tidak menyangka kalau mama dari orang yang dia cintai menghinanya dengan terang-terangan, sakit rasanya saat mendengar dirinya dan ayahnya dihina, sementara faktanya tidak seperti yang dikatakan oleh mama Celin.

"Aku….aku tidak seperti itu tante, aku dan ayahku tidak pernah punya niat seperti itu, aku benar-benar tulus mencintai mas Adam." Tari meluruskan, dia benar-benar tidak terima dirinya dikatakan pacaran dengan Adam karna gara-gara harta, dia benar-benar tulus mencintai Adam.

"Semua wanita juga akan mengatakan hal itu, bilangnya tulus dan benar-benar cinta, tahunya hanya cinta sama harta putraku."

Tari menunduk, air matanya merembas dari sudut matanya, dia sudah tidak tahan dengan hinaan yang dilontarkan oleh mama kekasihnya tersebut.

Adam kembali, laki-laki itu tersenyum karna berfikir mamanya dan kekasihnya telah berakrab ria dan membicarakan banyak hal.

Melihat Adam, Tari buru-buru menghapus air matanya, dia berusaha menormalkan wajahnya.

Adam langsung duduk didekat kekasihnya, "Maaf ya sayang lama."

Tari berusaha tersenyum untuk membalas ucapan Adam, "Tidak apa-apa mas."

"Kalian membicarakan apa saja." keponya.

"Rahasia donk sayang, ini urusan perempuan." mama Celin kembali memasang topeng diwajahnya dengan bersikap ramah.

"Oke, aku mengerti." jawab Adam tidak mencecar lebih jauh.

"Mas, aku sebaiknya pulang ya, sudah malam, takutnya ayah khawatir." intrupsi Tari.

"Kamu mau pulang sekarang, baiklah."

"Ma, Tari katanya sudah mau pulang."

"Oh, kamu sudah mau pulang ya, cepat amat, padahal tante seneng lho ngobrol dengan kamu Tari." 

Tari hanya diam, malas dia menggubris wanita yang penuh dengan kepalsuan itu.

"Sudah malam ma, takutnya ayah Tari khawatir kalau Adam telat mulangin anak perempuannya."

"Baiklah, hati-hati bawa mobilnya ya sayang."

"Iya ma pasti."

"Tari pamit tante." ujarnya datar dan mencium punggung tangan mama Celin.

"Sering-sering ya sayang main kesini." ujarnya dilisan, padahal dihati mama Celin sangat berharap ini adalah pertemuan terakhir, bahkan dia berharap hubungan putranya dan gadis miskin itu berakhir, dia benar-benar tidak ingin punya menantu dari kalangan bawah.

Naomi hanya diam tidak menggubris kata mama Celin, Adamlah yang menjawab, "Iya ma, Adam akan lebih sering membawa Tari ke rumah supaya mama ada temannya."

Mama Cellin tersenyum kecut.

"Kami pamit dulu ma."

"Hati-hati ya sayang."

"Oke ma."

"Ayok sayang." Adam menuntun Tari keluar.

****

Mobil melaju dengan pelan, suasana didalam mobil hening, yang dilakukan Tari adalah diam dengan pandangan lurus ke depan, wajahnya juga terlihat sendu, hal tersebut membuat Adam bertanya.

"Sayang, kamu kenapa."

Tari yang tengah asyik dengan dunianya sendiri tidak mendengar.

"Sayang." Adam menyentuh lengan kekasihnya.

"Ehhh, kenapa mas."

"Kamu kenapa, kok ngelamun."

Tari menggeleng, "Aku gak apa-apa mas."

"Yakin gak apa-apa."

"Iya, aku beneran tidak apa-apa."

Adam tidak curiga sedikitpun kalau mamanya yang membuat Tari jadi bermuram durja begini, yang dia tahu, keluarganya adalah orang baik yang tidak melihat status sosial seseorang, dan hal itu membuatnya yakin kalau orang tuanya akan menerima Tari sebagai menantunya.

Adam meraih tangan Tari, tangan yang selalu memberinya kehangatan, Tari menoleh dan melihat senyum teduh dibibir Adam, Adam mengarahkan tangan Tari kebibirnya, dan sikap manis Adam itu selalu sukses membuat Tari tersenyum.

"Kamu bisa cerita ke aku kalau kamu punya masalah Tari, ada apa hah."

Tari menggeleng, "Beneran aku tidak apa-apa mas, hanya saja Tari merasa capek."

Adam mengelus puncak kepala Tari, dan merebahkan kepala itu untuk beristirahat dipundaknya, "Istirahatlah sayang, pundakku akan selalu ada untukmu kapanpun kamu membutuhkannya."

Tari kembali meneteskan sebulir kristal bening yang buru-buru dia hapus, dia tidak mau Adam melihatnya menangis.

Tari sudah memutuskan, memutuskan yang terbaik untuk mereka berdua, keputusan yang sangat berat baginya, tapi Tari yakin, itulah yang terbaik untuk mereka berdua.

Adam menghentikan mobilnya begitu sampai digang jalan masuk menuju rumah Tari, Tari menarik kepalanya dari pundak Adam, sejak dalam perjalanan, dia sudah menguatkan mental dan hatinya, dan sebelum mengatakan apa yang akan dia katakan, Tari menarik nafas dan membuangnya, dan barulah dia mengucapkan kalimat yang sangat berat untuk diucapkan oleh lisannya.

"Mas, hubungan kita sampai disini saja ya." saat mengatakan hal itu, Tari tidak berani melihat mata Adam, dia menunduk sambil memilin tangannya.

Adam terkekeh menanggapi ucapan Tari, "Kamu ngomong apa sieh sayang, gak jelas banget, kamu ngelantur ya." difikirnya Tari bercanda.

"Aku…." Tari berusaha menahan air matanya, "Aku serius mas, kita akhiri saja hubungan kita ini, lupakan aku mas, karna mas Adam berhak mendapatkan wanita yang jauh lebih baik daripada aku." 

Adam masih mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Tari, dia masih berfikir kalau kekasihnya itu tidak serius menyudahi hubungan mereka.

"Selamat tinggal mas Adam." pamitnya dan keluar.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!