...🕯️🕯️🕯️...
Kedua mata Syifa yang sedikit membengkak karena semalaman ia menangis meratapi kesedihan yang dialami terbuka secara perlahan. Mungkin ini agak terlalu berlebihan bagi sebagian orang tapi merayakan hari ulang tahun di hari yang sangat spesial bersama dengan orang yang ia sayangi adalah hal yang paling berharga bagi hidup Syifa.
Namun, sekalipun tak ada yang pernah memberikan kejutan kepadanya di hari ulang tahun. Syifa bangkit dari tempat tidur lalu membuka jendela seperti apa yang ia lakukan setiap harinya. Saat ia membuka jendela, mendorong kedua sisi pintu jendela hingga pemandangan di luar kamarnya terpampang dengan jelas.
Ia tersenyum menarik sambil nafas dalam-dalam merasakan segarnya udara pagi yang mengisi rongga paru-parunya.
"Happy birthday Syifa. Selamat ulang tahun yang ke-16 tahun. Semoga hari ini ada yang memberi kejutan untuk Syifa," ujar Syifa dengan senyuman dan setelahnya ia kembali menari berputar bagaikan ia sedang berada di sebuah awan yang bertabur dengan kelopak bunga mawar merah yang menyengat dengan aroma yang begituan sangat wangi.
Saat mandi pun Syifa bersenang merdu sambil mengusap permukaan kulitnya dengan sabun dan sesekali memainkan busa membayangkan betapa indahnya saat teman-temannya benar-benar memberikan kejutan di hari ulang tahunnya.
Saat ia keluar dari kamar mandi Syifa kembali berputar-putar lalu mencubit satu persatu boneka yang masih berada di atas kursi mengelilingi kue ulang tahun yang ia tiup semalam.
"Umur baru dan kebahagiaan baru. Semoga hari ini menjadi hari yang paling membahagiakan untuk Syifa. Selamat ulang tahun Syifa," ujarnya sekali lagi.
Syifa melangkah menuruni anakan tangga menuju dapur. Seperti biasa sarapan pagi untuk gadis cantik dan ceria seperti Syifa. Tidak sedang memuji diri sendiri hanya saja ini sebuah kenyataan. Syifa selalu mengagumi kecantikannya saat ia berada di depan cermin. Rasanya Syifa seperti seorang putri dengan senyuman manis di hari ulang tahun. Intinya Syifa sangat bahagia.
Langkah Syifa yang begitu sangat ceria terhenti saat ia tak menemukan seorang pun di meja makan. Ia menatap bingung hingga akhirnya menoleh saat suara seseorang melangkah di belakangnya.
"Embok, selamat pagi!" sapa Syifa pada pembantunya yang berumur sudah tua itu. kata tua itu bisa Syifa lihat dari rambutnya yang sudah banyak beruban serta kulitnya yang semakin hari semakin mengkriput.
Salah satu wanita yang paling Syifa sayangi adalah wanita bernama mbok Jati. Mbok Jati sudah lama bekerja di sini emenjak Syifa masih kecil hanya saja akhir-akhir ini mbok Jati tidak menginap saat malam hari di rumah ini dan memutuskan untuk pulang ke rumah anaknya yang jaraknya tidak jauh dari rumah milik ibunya Syifa.
Mbok Jati meletakkan nasi goreng ke atas meja dan tertawa kecil saat Syifa memeluknya dengan erat.
"Wah, kenapa, kok sepertinya senang sekali hari ini?" komentar mbok Jati yang benar-benar merasakan aura kebahagiaan yang terpancar dari senyum dan pelukan dari Syifa.
"Tentu aja hari ini Syifa sangat bahagia."
"Benarkah?"
"Iya."
"Bahagia kenapa? orang non Syifa setiap hari selalu bahagia kelihatannya."
"Iya mbok, Syifa tahu tapi hari ini Syifa lebih bahagia. Coba tebak kenapa Syifa bahagia hari ini!"
"kenapa, ya?" tanya mbok Jati yang terlihat sedang berpikir membuat Syifa menggigit bibir menahan agar tidak menjerit saking bahagianya.
"Ayo tebak!" minta Syifa sambil mengangkat kedua alisnya.
"Apa? Mbok sudah capek mikirnya," ujarnya menyerah lengkap dengan logat Jawanya yang kental.
Syifa menghilangkan senyumnya sejenak dan tak berselang lama ia senyumnya kembali mengembang.
"Hari ini Syifa ulang tahun, yeeee!!!" sorak Syifa bahagia sambil bertepuk tangan dan melompat serta berputar membuat mbok Jati menggeleng pelan.
"Berapa tahun?" tanya mbok Jati.
"Coba tebak berapa!"
"Berapa, ya?"
"Ayo berapa? Kalau mbok lihat-lihat umur Syifa berapa?"
Mbok Jati terdiam lalu ia menatap dari ujung kaki sampai kedua matanya bertemu pandang dengan Syifa yang masih terdiam sambil menopang pinggang.
"15 tahun?"
Syifa menghela nafas berat.
"Salah."
"Yah, mbok salah yo?"
"Ya jelas salah lah mbok. Umur Syifa udah 16 tahun."
"Wah, selamat ulang tahun ya non Syifa. Mbok endak tahu tanggal ulang tahunnya non Syifa terus mbok Jati juga ndak punya kue buat ngasih ke non Syifa."
"Enggak apa-apa kok, mbok. Syifa nggak apa-apa kalau nggak dikasih kue."
"Yang bener?"
"Iya bener masa Syifa harus bohong, sih sama mbok Jati. Mbok Jati, kan Syifa udah anggap sebagai nenek kandung Syifa sendiri," ujar Syifa membuat mbok Jati tersenyum bahagia.
Syifa yang sejak tadi tersenyum kini menoleh kembali menatap ke arah meja makan, tempat yang begitu sangat sunyi.
"Bu Rahmi sudah pergi dari tadi ke kantor," ujar mbok Jati tanpa menunggu Syifa bertanya.
Nafas Syifa seakan tertahan di dalam rongga tenggorokannya. Ibunya pergi pagi-pagi sekali tanpa mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Hah, begitu sangat menyakitkan.
Syifa kembali tersenyum berusaha untuk memperlihatkan kepada mbok Jati jika ia sedang baik-baik saja.
"Enggak apa-apa, kok, mbok kalau Ibu nggak ada yang penting, kan di rumah ini ada mbok Jati."
Mendengar hal itu membuat mbok Jati tersenyum lalu mengangguk pelan membuat Syifa segera duduk dan menyantap nasi goreng yang telah dibuat oleh mbok Jati. Sudah beberapa tahun ini Syifa memang jaranh sarapan pagi bersama dengan ibunya terlebih lagi dengan Papanya pasalnya papa dan ibunya itu telah bercerai saat Syifa berusia 5 tahun dan memutuskan Syifa harus mengikuti pada ibunya karena saat pengambilan hak asuh ibunya lah yang menang dalam persidangan itu.
Tapi perpisahan antara dua belah pihak itu tidak membuat Syifa merasa kekurangan kasih sayang seorang Papa karena setiap ia mendapat libur sekolah ia selalu datang berkunjung ke rumah papanya walaupun papanya itu telah menikah lagi dan memiliki beberapa anak.
Syifa sering sekali berpikir andai saja papa dan ibunya tidak berpisah mungkin Syifa juga akan punya adik tapi semua telah berlalu. Takdir yang digariskan oleh Tuhan tidak seperti itu. Mungkin Tuhan telah menakdirkan jika Syifa akan menjadi anak tunggal dari dua keluarga.
Jika papanya yang telah menikah dan memiliki beberapa anak berbeda dengan Ibunya yang tidak pernah lagi menikah setelah perceraian itu. Entah karena rasa trauma yang mendalam pada seorang pria atau memang ia fokus ingin mengurus Syifa.
Tapi bagi Syifa hal mengurus anak tidaklah bisa dijadikan sebagai alasan atas ketidak menikahnya dia karena bagi Syifa hal yang paling utama bagi ibunya adalah pekerjaan.
Lihat saja pagi-pagi ini seperti ini ibunya sudah ada di tempat kerja meninggalkan Syifa tanpa mengucapkan kata ucapan ulang tahun untuk Syifa.
...🕯️🕯️🕯️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments