Bab 4

Walaupun rumah yang saat ini di tinggali nya tak se mewah istana tempat asalnya, Acalapati atau yang sekarang menjadi Sekar sedikit bernapas lega karena Sekar juga tinggal di tempat yang layak dan juga segala kebutuhannya terpenuhi.

Sekar menatap jengah pada piring yang tengah tersaji dihadapannya, bagaimana tidak. Satu piring nasi putih yang masih mengepul di letakkan di hadapannya bersama sayur mayur yang di pisah di piring lain, masih terdapat dua butir telur rebus sebagai pelengkap.

Dalam hati menggerutu, bagaimana tubuh wanita ini tidak melar jika satu porsi makanannya mengalahkan porsi makan Acalapati tiga hari.

"Makanlah, Sekar. Kamu harus segera pulih" tangan keriput menimpa punggung tangannya yang sedang berada di pangkuan. Acalapati ingin menyemburkan kekesalannya, tetapi dia sadar itu tidak akan sama seperti dulu.

Acalapati masih tidak terima dengan takdir hidupnya, terapi dia tau tidak ada cara lain selain menjalaninya.

Karena tidak segera memakan makanannya seperti biasa, Raden merasa ada yang aneh dengan sikap sang istri. Juga jika biasanya Sekar akan sangat perduli dengan keberadaannya kali ini tidak sana sekali, wanita itu hanya terus menatap makanannya seolah lebih menarik dari pada dirinya. Padahal sebelumnya Acalapati sedang kesal karena makanan yang di suguhkan membuatnya merasa langsung kenyang.

"Aku ingin makan sayur" tiba-tiba Raden mengatakan hal itu. Biasanya Sekar akan buru-buru melayani Raden tetapi jelas saat ini tidak, karena Sekar bukanlah wanita yang dinikahi Raden satu minggu yang lalu, wanita yang di manfaatkan oleh Raden untuk memenangkan hati neneknya.

Raden melihat Sekar yang tidak bergeming. Ini tidak pernah terjadi, bahkan sebelum menikah Sekar sudah tinggal hampir tiga bulan bersama mereka, wanita itu begitu memanjakan Neneknya dan tidak keberatan membantunya melakukan apapun. Raden berniat akan menikahi Yuana tetapi dengan izin Sekar, karena Raden tau Sekar akan menuruti segala keinginannya seperti surat perjanjian yang telah mereka buat sebelum adanya akad.

Kerutan di dahi Raden semakin banyak saat melihat Sekar hanya memakan beberapa sendok nasi dan satu butir telur. Setelah wanita itu mengabaikan keinginannya memakan sayur yang membuat Raden mau tidak mau melayani dirinya sendiri. Raden tidak bisa mencegah kekesalan hatinya, terlebih saat setelahnya Sekar malah melenggang begitu saja masuk kembali kedalam kamar.

Apa-apa an wanita itu?

"Raden!" Seketika Raden urung mengejar Sekar karena pangilan dari Neneknya.

"Sekar masih belum sehat"

Tangan Raden terkepal kuat. Raden tau pasti jika wanita yang dinikahinya itu begitu menghargai makanan, Sekar tidak pernah makan dalam porsi sekecil itu, Raden tau Sekar adalah penyuka semua jenis makanan. Bahkan porsi makanannya dua kali lipat dari porsi makan Raden sendiri.

"Nek aku akan pergi bekerja" meskipun dongkol dengan keanehan Sekar, Raden mencoba tetap tenang. Dia menang kerap merasa kasian pada Sekar mengingat asal usul wanita itu tidak ada yang tahu, dia kasihan dan berniat membantu nya agar bisa hidup layak, meskipun ada tujuan lain dibalik rencananya.

Di dalam kamarnya Sekar merasa lemas, mungkin karena tubuh dan pikirannya yang tidak sejalan membuatnya sedikit kesulitan, satu jam setelah dia meninggalkan meja makan perutnya sudah mulai keroncongan.

"Dasar tubuh brengsek" makinya pada dirinya sendiri. Bahkan tubuh gemuk nya sudah mulai gemetaran.

Sungguh siksaan yang pedih untuknya. Tiba-tiba air matanya mengalir, jika dahulu dia bisa mengamuk kapan saja tetapi saat ini itu terasa mustahil, untuk mengerakkan badannya saja dia cukup kesulitan.

"Aku benci takdir ini" gumamnya sebelum semuanya berubah gelap.

Sekar membuka matanya dan menemukan Raden yang menatapnya dingin.

"Malu-maluin" Sekar berpaling muka mendengar suara asing dari samping tempatnya terbaring.

Yuana menatapnya sinis, dengan tidak tahu malunya wanita itu melingkarkan tangannya ke lengan Raden.

Sekar mengeram kesal. Dua manusia laknat ini benar-benar!.

"Keluar kalian!" Sekar berucap tegas. Dia sangat muak dengan dua orang itu.

"Apa kamu bilang? Heh gendut! Sudah bagus aku dan mas Raden sudi melihatmu yang merepotkan"

"Yuana!" tegur Raden seperti melarang kekasihnya memaki istrinya, tapi sama sekali tidak berpengaruh pada Sekar.

"Apa sih mas, si gendut ini memang malu-maluin, masak pingsan gara-gara kelaparan. Sangat tidak pantas, dia membuat Nenek dan kamu malu!"

Apa???? Serius? Dia tak sadarkan diri karena lapar? Oh tidak! Acalapati semakin frustasi saja dengan tubuh barunya.

Aggggghhhh!!! Acalapati hanya bisa terus meraung dalam hati, sampai kapan dia terpenjara di tubuh sialan ini?

Acalapati kembali merenung. Semua akan baik-baik saja jika dia mau beradaptasi dengan perubahan yang ada, tetapi itu tidaklah mudah.

"Anda ingin diet?" tiba-tiba seorang Dokter cantik memudarkan lamunannya.

Sekar berkedip menatap wajah wanita itu dengan serius, wajah Dokter itu sangatlah tidak asing. Dia sangat mirip dengan Ibu mertuanya, Ibu yang berada di kerajaan tempat suaminya berada.

"Anda ingin diet?" Karena tidak mendapat jawaban Dokter itu kembali bertanya.

Ana, nama Dokter yang tengah menyapa Sekar, Dokter umum yang sejak awal melihat Sekar begitu tertarik, entahlah ada sesuatu yang menarik perhatian Ana, Sekar tampak begitu akrab meski mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.

"Ya," Sekar menjawab ragu-ragu."Bisakah aku melakukan operasi Bariatrik?" tanya Sekar terlihat sangat putus asa.

Oh, Ana sangat terkejut mendengar ucapan Sekar.

"Berapa lama anda mengupayakan penurunan berat badan sebelumnya, apakah benar-benar tidak mengalami penurunan?"

Pertanyaan Ana membuat Sekar menunduk. Mana tau dia, mungkin Sekar si pemilik tubuh tidak pernah mempermasalahkan soal berat badannya.

"Aku hanya merasa buruk!" oh sungguh Acalapati tidak akan pernah mengatakan itu dalam kehidupan sebelumnya, tetapi sekarang dia justru gemar merasa seperti itu.

"Anda tidak memenuhi kriteria untuk melakukan operasi Bariatrik, anda tidak se gemuk itu, akan sangat berisiko jika memaksakan, saya pikir mencoba tindakan non bedah masih bisa menurunkan berat badan anda"

Kalau dipikir-pikir Sekar memang tidak terlalu gemuk, hanya mungkin berat badannya tiga kali lipat dari badan Acalapati, bisa jadi karena Acalapati yang terlalu syok dengan segala perubahan ini dan merasa tidak biasa.

Mungkin benar jika ada yang pernah berkata 'orang yang bisa meringankan beban pikiran kita adalah diri kita sendiri'

Raden menjemput Sekar di rumah sakit, Yuana ikut menemaninya, terlihat sekali Yuana ingin memanas-manasi Sekar dengan sikapnya yang begitu manja pada Raden, tetapi tidak menimbulkan perasaan apapun di hati Sekar selain ingin menenggelamkan kedua mahluk laknat itu ke dasar lumpur.

"Kamu sudah menandatangani surat persetujuan pernikahan kami kan Sekar?" tanya Yuana saat mereka sudah masuk kedalam mobil yang akan mengantarkan Sekar kembali kerumah Raden.

Raden ikut melihat Sekar dari spion mobil untuk melihat reaksi wanita itu, tetapi langsung memutar lehernya saat melihat Sekar malah pura-pura tidur.

"Eh, cewek gendut sialan, aku sedang bicara!" teriak Yuana pada Sekar yang sedang memejamkan mata.

Yuana ingin menyerang Sekar tetapi Raden melarangnya. Akhirnya Yuana hanya bisa menggerutu sebal sedangkan Sekar menerbitkan senyum tipis di bibirnya.

Senyuman itu tak luput dari penglihatan Raden yang merasa Sekar benar-benar tidak seperti biasanya.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

😊😊😊

2023-02-17

0

mia

mia

masih menyelami cerita ..🤭🙈

2023-01-07

1

M. salih

M. salih

Sejak awal sepertinya Raden tertarik pada Sekar, mungkin tidak memandang fisik. Tapi dia sdh terlanjur bersama yuana, mungkin begitu

2023-01-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!