Beberapa lembar kertas berisikan informasi tentang anggota-anggota Noco Miles, tengah berada di hadapan Tuan Gilmer. Lelaki berusia senja yang masih terlihat gagah itu, sedang meneliti serta menilai satu per satu dari tiap lembarnya.
“Kau butuh pengawalan tunggal ataukah tim, Gilmer?” tanya seorang pria yang merupakan pemilik Noco Miles. “Jika memang situasinya berbahaya, aku sarankan untuk memakai tim. Dengan begitu, kau tidak perlu repot-repot memilih kandidat yang terbaik karena itu terlalu sulit. Kau tahu betul kapabilitas anggota kami, bukan?” Gilmer tampak mempertimbangkan saran dari pemilik perusahaan yang juga merupakan salah satu kenalan baiknya.
Setelah beberapa saat berunding dengan batinnya, Gilmer pun memutuskan untuk menggunakan pengawalan tunggal. Pikirnya, satu pengawal saja sudah membuat Loretta tertekan setengah mati, bagaimana jika dalam tim yang terdiri dari beberapa orang sekaligus?
Sekeras-kerasnya Gilmer, ia tetaplah seorang ayah yang memikirkan kebahagiaan sang putri. Mungkin dengan hanya satu pengawal, Loretta akan sedikit bahagia. Di samping itu, ia masih memiliki beberapa bodyguard terbaik di mension yang bisa memantau sang putri.
“Terima kasih atas saranmu, Willson. Tapi aku rasa, aku hanya membutuhkan pengawalan tunggal dan ….” Gilmer menjeda lalu menggeser selembar portofolio berisikan data diri seorang pria yang sudah ia pilih. “Dia yang aku pilih. Kirimkan dia hari ini juga ke kediamanku,” lanjut Gilmer.
Willson mengangguk dengan senyuman lalu keduanya berdiri kemudian saling berjabat tangan tanda sepakat.
“Semoga kau puas dengan layanan kami,” ucap Willson sebelum Gilmer benar-benar meninggalkan ruang kerjanya.
...***...
Di samping itu, dalam sebuah ruangan super megah dan disoroti pencahayaan berwarna merah, tampak sebuah meja panjang berada di tengahnya dengan 12 orang yang sedang duduk saling berhadap-hadapan. Tepat pada bagian kepala meja, berdiri seorang pria tampan dan gagah, terlihat seolah tengah memimpin sebuah rapat.
Sebenarnya bukan sebuah rapat yang terlihat formal, tetapi hanya sedikit arahan penting untuk rekan-rekannya.
“Beberapa waktu ke depan aku mungkin tidak bisa untuk sering mengunjungi tempat ini ataupun mengatasi hal-hal lain yang mungkin saja terjadi nanti di sini. Kalaupun sempat, hanya sedikit waktu saja yang aku bisa, sebab aku memiliki sebuah misi rahasia tersendiri.” Pria yang tengah berdiri itu berbicara sambil memperhatikan rekannya satu per satu.
Mereka adalah Rex Falcon, komplotan gangster yang paling berbahaya dan terkenal beberapa tahun terakhir. Komplotan gangster ini meskipun terbilang baru, tetapi mampu menguasai hampir sebagian besar wilayah Chicago, bahkan Illinois. Nama Rex Falcon tidak lagi asing di telinga masyarakat Chicago, apalagi dalam lingkungan bisnis dan orang-orang ternama sejagat bumi the Windy City. Namun, satu hal yang tidak diketahui publik hingga kini adalah leader dari gang berbahaya tersebut.
Meskipun merupakan organisasi dunia hitam, Rex Falcon tidak pernah melakukan pembantaian dengan cara rob. Leader komplotan berbahaya ini melarang keras akan hal itu, kecuali anggotanya ditawari dalam sebuah bisnis besar yang menguntungkan bagi mereka. Dua tahun terakhir, nama Rex Falcon serta wajah-wajah anggota yang merupakan ketua dari setiap klan, kerap bermunculan di pertelevisian Chicago. Baik itu karena kasus kriminal ataupun dalam perayaan dan agenda tertentu organisasi tersebut.
“Misi rahasia?” tanya salah satu dari anggota Rex Falcon.
“Ya! Oleh karena itu, untuk sementara waktu aku percayakan Rex'F dan segala aktivitasnya kepada Kenric,” putus dia yang merupakan leader dari Rex Falcon.
Lelaki tampan dengan limited smile yang selalu menunjukan raut wajah serius itu, menunjuk salah satu anggota terbaiknya. Tidak pernah ada bantahan ataupun penolakan karena mereka begitu menghormati sang leader.
“Kau tau betul aku tidak akan pernah bisa menolak permintaanmu. Tapi ... tapi kenapa kau harus lakukan ini sendirian? Apakah itu memang harus dirahasiakan? Kami bisa menyelesaikannya bersama, bukan? Kenapa harus dirahasiakan?” protes lelaki bernama Kenric. Dia adalah salah satu dari ketua klan Rex Falcon.
“Ah, maafkan aku, Ken. Tapi ini masalah pribadi dan aku tidak ingin menyulitkan kalian dalam hal ini. Aku harap kau mengerti.” Sang leader menolak bantuan anggotanya secara halus.
Kenric hanya mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali. “Baiklah. Jika perlu bantuan, kami ada untukmu.”
Lelaki tampan itu tersenyum tipis, sangat tipis sekali bahkan tak juga nampak. Ia lalu menepuk pundak Ken yang kebetulan duduk lebih dekat dengannya.
“Pasti,” ucapnya sambil mengangguk. “Jika memang aku butuh bantuan, aku akan mengatakannya. Lagian, tidak perlu khawatir, ada dua spion yang sudah lebih dulu di sana,” jelas sang leader. “Aku harap kau bisa menjaga seluruh anggota dan kerabat Rex'F, bukan hanya klanmu,” imbuhnya lagi.
Lagi dan lagi Kenric mengangguk, lalu mereka menutup pertemuan saat itu dengan pesta minuman. Namun, tidak dengan sang leader. Ia berpamitan dengan seluruh anggotanya dan segera meninggalkan bangunan megah yang didesain khusus berbentuk elang tersebut.
Rolls-Royce Wraith berwarna hitam mengkilap, melaju dengan kecepatan sedang melewati jalanan lengang. Sang pengemudi terlihat begitu santai dalam berkendara, tidak seperti biasanya yang tampak seolah tengah mengikuti ajang formula one.
Aura tenang yang terpancar menunjukan jika ia tengah menunggu sesuatu, bahkan mungkin sudah memprediksikan apa yang akan terjadi setelah ini. Ia melirik jam tangan dengan harga fantastis yang melingkar di pergelangannya.
Lelaki berwajah tampan bak dewa Yunani itu menarik sedikit sudut bibirnya ke atas dan mulai berhitung mundur.
“10 … 9 … 8 … 7 … 6 ….” Ucapannya menggantung saat dering ponsel berbunyi. Sudut bibir lelaki itu semakin terangkat dan senyum musimannya tampak makin melebar.
“Wow, bahkan belum sampai hitungan ke-5.” Lagi ia berucap sambil menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. Bukan berarti bahwa ia tak percaya, tetapi hanya tak menyangka prediksinya secepat itu.
Tanpa menunggu lama, ia langsung menggeser ikon berwarna hijau pada layar.
📱 “Halo, selamat siang … Tuan Revas,” ucap seseorang dari seberang telepon penuh canda. Dia yang tengah menyetir mobil saat itu, menyambut dengan sedikit berpura-pura batuk.
📱 “Ah, selamat siang, om. Maaf, aku lupa dengan identitasku.” Ia merasa tergelitik dengan panggilan baru itu.
📱 “Jangan sampai hal itu membuatmu dalam masalah, Revas!”
📱 “Baiklah, baiklah, om! Apa ada kabar yang menyenangkan?”
📱 “Tentu saja, Nak. Kehadiranmu sudah ditunggu di mension Collins. Tapi sebelum ke sana, datanglah lebih dulu di Noco Miles. Om menunggumu. Ada beberapa hal yang perlu dilengkapi dan diselesaikan.”
📱 “Baik, om. Aku segera ke sana!” Menjawab tegas dan langsung mengakhiri panggilannya.
Lelaki itu menyeringai dengan perasaan tak sabar untuk segera mendatangi kediaman yang menjadi incarannya selama bertahun-tahun.
“Aku datang untukmu, Gilmer Collins!”
...🍁🍁🍁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments