"Apa yang kau lakukan?"
Adriana yang masih memegang bingkai foto keluarga Erland langsung terlonjak kaget mendnegar suara datar dan dingin Erland. Hampir saja bingkai foto itu terjatuh, untung saja Adriana memegang foto itu dengan erat. Dia menaruh kembali bingkai foto itu, lalu dia berbalik menghadap Erland.
"Enggak papa, aku hanya sedang melihat foto Kak Tyas. Aku kangen sama dia"
Erland berbalik dan melangkah menuju sofa. "Kenapa tidak menemuinya saja"
Adriana mengikuti Erland di belakangnya. "Nanti saja, aku ingin memberikan ponakan ku hadiah. Sejak kelahirannya, aku belum membelikan apapun untuk Gweny"
Erland duduk di sofa, mengambil buku dan mulai membukanya. "Memangnya kau mau membelikan Gwen apa?
Adriana ikut duduk di sofa, tepat di samping Erland. Namun saat mendapatkan pelototan tidak suka dari Erland di pindah ke sofa tunggal disana. "Belum tahu mau membelikan apa, aku masih mengumpulkan uangnya dulu"
Erland menatap Adriana dengan tatapan yang sulit di artikan. "Sudahlah, kau cepat kerjakan tugasku"
Erland pun menunjukan bagian bab mana saja yang harus Adriana ketik di dalam laptopnya. Semuanya Adriana kerjakan dengan baik dan penuh semangat. Bisa bersama Erland seperti ini saja sudah sangat membuat Adriana bahagia. Apalagi dia bisa melihat wajah Erland dari dekat sejak menjadi pembantunya. Tidak perlu lagi bersembunyi-sembunyi untuk bisa melihat wajah tampan yang dia kagumi itu.
Erland yang dingin, tapi Adriana pernah melihat sosok hangat di balik topeng wajah dinginnya itu. Hal itulah yang membuat Adriana menyukainya sampai sebesar ini. Dimana saat Erland mencoba menenangkan baby Gweny yang sedang menangis saat itu. Selalu terbayang di ingatan Adriana sampai kapanpun. Senyumnya yang menenangkan saat dia menggendong baby Gweny. Adriana jatuh cinta untuk pertama kalinya pada sosok itu.
Erland masuk sebentar ke kamarnya untuk mengecek beberapa laporan yang di kirimkan perusahaan Ayahnya. Dia memang masih menjalankan kuliah S2. Tapi Ayahnya sudah mulai memberinya tanggung jawab untuk perusahaan. Erland sebenarnya tidak keberatan, karena memang ini basic nya.
Mengurus perusahaan memang sudah menjadi keterampilan Erland. Sejak sekolah menengah atas, di pernah meyakinkan salah satu investor perusahaannya dengan ide yang dia berikan secara spontan. Ayahnya tahu jika anaknya sudah pasti menuruni bakatnya dalam bernisnis. Makanya Erland tidak terlalu merasa terbebani dengan ini.
Jika sudah menyangkut pekerjaan, maka Erland sering lupa waktu. Dia tidak sadar jika sudah hampir 2 jam berada di kamar dan mengecek semua email laporan perusahaan. Dia menyudahinya, dan keluar dari kamar. Di lihatnya buku-buku masih berserakan di lantai dan meja, laptop sudah tertutup mungkin karena Adriana sudah mengerjakan semuanya. Sementara gadis itu tertidur dengan tangannya yang tertumpu di atas meja dan di jadikan bantalan olehnya.
Erland berjalan mendekatinya, berjongkok di depan gadis itu. Wajah teduh itu terlelap begitu tenang. Hidung mancung dan bulu mata lentik memang membuat Adriana semakin terlihat cantik. Entah sadar atau tidak, tapi tangan Erland sudah mengelus lembut pipi mulus Adriana. Namun, setelah sadar Erland langsung menarik tangganya. Berubah menjadi menepuk bahu Adriana untuk membangunkannya.
"Bangun kau, apa sudah selesai mengerjakan tugasku?"
Adriana mengerjap, dia bangun dengan tangan mengucek matanya yang sedikit perih. Lalu dia menatap Erland dengan senyuman. "Sudah selesai, aku sudah simpan juga di file baru yang aku beri nama..."
"Nama apa?"
"Peri Cintaku"
Erland sampai melotot mendengarnya, dia menggelengkan kepala heran. Kenapa bisa Adriana memberikan nama itu. Sungguh sangat luar biasa sekali gadis ini sampai berani memberi nama sebuah file di laptop Erland dengan nama alay seperti itu.
"Ganti! Itu file tugas kuliah bukan judul lagu"
Adriana cemberut, mau tidak mau dia mengganti nama file itu sesuai dengan judul tugas kuliah Erland yang baru saja di kerjakannya.
Erland berdiri, dia menyambar jaket yang tersampir di sandaran sofa dan memakainya. "Ayo aku antar kau pulang"
Aa.. Kok pulang? Aku masih ingin berduaan dengannya.
Erland menatap Adriana yang masih diam di tempatnya. Tidak ada pergerakan sama sekali saat dirinya mengajaknya pulang. "Kenapa? Kau masih ingin disini? Silahkan saja, toh aku juga akan pulang ke rumah"
Ishh.. Orang ini.
Adriana cemberut, dia bangun dan menyambar tasnya. Mengejar Erland yang sudah lebih dulu keluar dari apartemen. "Untung cinta, gitu banget si kelakuannya. Dingin kayak es balok"
"Aku mendengarnya!"
Deg..
Adriana berbalik dan menatap Erland yang ada di belakangnya saat Adriana baru saja menutup pintu apartemen. Adriana nyengir, tidak berniat menjelaskan apapun. Erland menggeleng pelan lalu dia berjalan mendahului Adriana. Tidak ingin ketinggalan, gadis itu pun langsung berlari mengejar Erland yang siap masuk ke dalam lift. Kotak besi ini membawa mereka ke lantai dasar apartemen. Dimana mobil Erland terparkir di basement Apartemen.
Adriana mengikuti langkah Erland bagaikan anak ayam yang mengikuti jejak induknya. Erland membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Adriana menghela nafas, dia berharap Erland akan membukakan pintu mobil untuknya. Tapi tidak mungkin juga itu terjadi, Adriana terlalu berharap lebih.
Masuk ke dalam mobil dan Erland langsung melajukan mobilnya keluar dari basement Apartemennya. Belum juga setengah perjalanan, Adriana sudah tertidur. Mungkin dia memang sangat kelelahan. Erland tahu jika Adriana bekerja paruh waktu setelah kuliah. Pantas saja jika gadis itu sangat kelelahan.
Sesekali Erland melirik wajah Adriana yang terlelap. Wajah yang dulu terawat, kini terlihat lebih kusam. Bahkan Adriana yang pandai ber-make up, kini hanya tinggal wajah polos tanpa polesan make up apapun. Bahkan terkesan lebih kusam.
Kehidupan memang berputar, Adriana yang dulu berkecukupan bahkan semua yang dia inginkan selalu di turuti oleh kedua orang tuanya. Tapi, semuanya hancur dalam sekejap karena kecerobohan Ibunya. Atau mungkin ini hanyalah sebuah karma untuk Adriana dan Ibunya. Karena dulu dia selalu menyiksa Kakaknya. Meski sebenarnya Adriana hanya mengikuti apa kata Ibunya, dan dia selalu percaya dengan ucapan Ibunya.
Ayuningtyas, adalah Kakak perempuan satu Ayah dengan Adriana. Ibunya meninggal karena menyelamatkan dirinya dari kecelakaan sewaktu kecil. Lalu, Ayahnya menikah lagi dengan Julia. Ibu dari Adriana. Hingga Adriana lahir di antara mereka. Salah Adriana sendiri yang selalu menuruti semua yang di ucapkan Ibunya. Dia selalu percaya apa yang Ibunya katakan adalah benar, termasuk tentang Kakak perempuannya yang membunuh Ibu kandungnya sendiri.
Hingga Adriana sangat takut mendekati Kakaknya, bahkan dia sering mendzolimi Kakaknya itu. Hingga kebangkrutan perusahaan Ayah, membuat Adriana sadar jika Kakaknya tidak bersalah. Ibunyalah yang egois. Dia ingin memiliki semua harta Ayah tanpa harus membaginya dengan Tyas, sebagai anak Ayah dari mendiang istri pertamanya.
Dan sekarang Ibunya pergi entah kemana setelah mengetahui jika perusahaan Ayah bangkrut. Masih untung karena keluarga dari suami Kak Tyas membantu Ayah. Memberinya pekerjaan. Sosok pria tampan yang menjadi Kakak iparnya adalah dewa penolong bagi Adriana dan Ayah.
Dan kini dia mencintai Erland, saudara sepupu dari Kakak Iparnya itu.
Bersambung
Like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya.. Berikan bintang rate 5
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
uyhull01
yang penting kmu brubah jd lebih baik Adriana,
2023-01-04
0