Bab 3 Awal Kehancuran Hidup Adriana

Satu bulan sudah Adriana menjadi pembantu Erland selama di kampus. Dan selama itu juga Erland selalu membayar makan siangnya bahkan lebih. Dan entah kenapa Adriana mengartikan ini jika Erland tengah meberikan perhatian padanya. Padahal sebenarnya tidak. Erland hanya malas saja mengambil kembalian, dan dia hanya kasihan pada Adriana yang setiap makan siang di kantin makanny selalu itu itu saja. Mungkin karena memang makanan itu yang paling murah di kantin ini.

"Belilah yang lain, kenapa kau selalu membeli makanan yang sama setiap harinya. Apa tidak bosan" Erland menyodorkan uang pada Adriana.

"Saya suka saja dengan makanan itu, jadi tidak akan bosan jika harus memakannya setiap hari" Bohong. Aku juga ingin makan makanan enak lainnya di kantin ini. Tapi uangku pasti akan habis hanya dengan dua kali saja makan makanan enak di kantin ini. Aku 'kan sedang menabung untuk memberi Gwen hadiah.

"Belilah makanan yang lain dengan uang itu. Jika aku masih melihatmu makan makanan yang sama, maka aku akan memecatmu sebagai pembantuku"

"Oke oke"

Erland semakin bingung dengan Adriana. Di saat Erland mengancam seperti itu, mungkin gadis lain akan bersorak ria dan akan langsung mengiyakan ucapannya itu. Dan Adriana benar-benar berbeda. Dia justru tidak mau menerima itu. Apa gadis itu benar-benar mau menjadi pembantunya selamanya.

Dasar gadis aneh.

Adriana kembali dengan nampan berisi makanan. Erland tersenyum tipis saat Adriana menuruti perkataannya, dia menbeli makanan yang sama dengan makanan yang di pesankan untuk Erland.

"Selamat makan Kak" kata Adriana dengan tersenyum manis.

Erland hanya memalingkan wajahnya, telinganya terasa panas. Senyuman Adriana cukup manis dengan gigi gingsul nya. "Makan!"

"Oke" Adriana mulai memakan makanannya. Tidak ada lagi percakapan di antara mereka. Meski sebenarnya Adriana terus mencuri pandang pada Erland. Tapi pria itu sama sekali tidak peduli.

"Selesai makan, kau kerjakan tugasku"

Adriana langsung terbelalak, bukan masalah mengerjakan tugas. Dirinya mempunyai otak yang lumayan. Tapi meski begitu, bagaimana bisa jika dia yang baru saja masuk kuliah harus mengerjakan tugas yang sedang melanjutkan S2. Ini benar-benar tidak masuk akal.

"Tapi Kak, aku mana bisa mengerjakan tugas Kakak. Aku 'kan baru saja masuk kuliah, sementara Kakak sudah S2"

"Ck. Aku hanya minta kau untuk membantu mengetikan saja, biar aku yang memberikan materinya"

Adriana langsung menghela nafas legas. "Begitu ya, oke"

"Pulang kuliah kau ikut aku ke apartemen"

"Tapi aku kerja pulang kuliah"

"Cuti! Aku bayar sehari kerja kau"

Adriana mengangguk, memang Erland sangat menyebalkan. Dia begitu dingin dan seenaknya sendiri. Tapi, Adriana benar-benar mencintainya. Dia telah jatuh cinta sejak melihat sisi lembut Erland saat di rumah Kakak iparnya.

Hingga setelah kuliah selesai, disinilah Adriana berada. Masuk untuk pertama kalinya ke dalam apartemen milik Erland. Adriana menatap sekelilingnya, suasana apartemen yang rapi dan tenang. Benar-benar memperlihatkan sosok Erland yang sebenarnya. Dingin dan rapi.

"Kau tunggu disana, aku ambilkan laptop dan laporan yang harus kau kerjakan" Erland berkata dengan dingin, lalu dia berjalan menuju kamarnya. Meninggalkan Adrian yang masih terpesona dengan sekeliling apartemen miliknya.

"Ini sepi banget ya, benar-benar hening seperti pemiliknya" gumam Adriana sambil terus berjalan dan melihat-lihat seisi ruangan. Hanya ada satu lukisan abstrak di dinding. Foto keluarga Erland yang ada di atas meja di ujung ruangan, dekat dengan jendela besar disana. Seperti sebuah meja kerja. "...Dia penyayang keluarga juga"

Adriana mengambil bingkai foto itu. Disana adalah foto saat acara Newborn photography baby Gweny. Sebelum Kakeknya meninggal dunia. Disana juga ada foto Kakaknya dan suaminya, juga anak mereka yang baru lahir. Adriana tersenyum sendiri membayangkan dirinya bisa berada di antara foto keluarga besar Aditama.

Mikir apasi Riana, perjuangkan dulu cintamu. Jangan membuat hayalan yang akeh-aneh dulu.

Adriana mengelus foto bagian Kakak perempuannya. Wanita hebat yang jadi motivasi Adriana. Namun wanita yang juga Adriana sakiti. Mengingat hidupnya di masa lalu, Adriana benar-benar tidak merasa menjadi gadis yang baik. Dengan pengaruh Ibunya, dia bahkan tega menyakiti Kakaknya.

Adriana juga tidak menyangka jika Ibunya ternyata memiliki hati yang sangat membenci Kakaknya. Meski ya, Adriana tahu jika Kak Tyas bukan anak kandung Ibunya. Tapi kenapa Ibunya bisa sejahat itu sampai memfitnah Kak Tyas padanya, sehingga dirinya percaya dan ikut membenci Kakaknya sendiri.

"Maafkan Riana Kak, maaf karena sudah menyakiti Kakak"

...⭐⭐⭐⭐⭐⭐...

"Apa?! Kita harus meninggalkan rumah ini juga?" Julia menggeleng tidak percaya dengan apa yang baru saja di ucapkan suaminya. "...Enggak, aku gak mau hidup susah. Aku gak mau meninggalkan rumah ini. Kau ini bagaimana si sebagai laki-laki. Kau harusnya bisa mempertahankan perusahaanmu sendiri"

Plakk...

Pria pendiam seperti Eriawan, yang selalu menuruti apa saja yang diinginkan istri dan anak bungsunya itu. Kini benar-benar naik darah, di saat seperti ini istrinya malah menyalahkannya. Padahal sudah jelas sekali jika dirinya yang menyebabkan semua ini terjadi. Eriawan benar-benar merasa telah di bodohi oleh istrinya ini.

"Kau diam! Jika kau tidak melakukan transaksi itu tanpa sepengetahuan ku. Semuanya tidak akan terjadi. Kau yang terlalu serakah, Julia! Kau yang membuat semuanya menjadi seperti ini" bentak Eriawan pada istrinya

"Terserah, tapi aku gak akan sudi tinggal sama pria miskin sepertimu. Yang aku inginkan adalah harta dan kekayaan. Bukan hanya pria tua bangka sepertimu" Julia berlalu dari hadapan Eriawan dengan masih memegangi pipinya yang terasa panas karena tamparan keras suaminya. Julia pergi ke kemarnya dan membereskan pakaian dan beberapa perhiasan yang masih dia miliki ke dalam koper dan tas miliknya.

Di sisi lain, Adriana menangis di balik dinding. Pertengkaran kedua orang tuanya terdengar jelas di telinganya. Keadaan keluarganya kini sedang tidak baik-baik saja. Adriana juga tidak mau hidup susah, tapi melihat keadaan Ayahnya saat ini. Dirinya juga tidak akan tega untuk meninggalkan Ayahnya sendiri. Apalagi setelah Adriana tahu jika Ibunya adalah penyebab dari yang terjadi pada keluarganya ini. Seolah Adriana mulai mengerti, dirinya hanya dijadikan atas nama oleh Ibunya. Sering kali Ibunya mengatakan jika semuanya untuk Adriana. Tapi, nyatanya semuanya untuk dirinya sendiri. Hanya untuk kepentingan sendiri. Adriana mulai menyadari ini.

Gadis itu berjalan menyusul Ibunya ke kamar, pintu kamar sedikit terbuka. Terlihat Ibunya yang sedang memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Mungkin Ibunya akan segera pergi dari rumah ini karena tidak mau hidup susah bersama suaminya.

"Cih. Jangan harap aku masih mau menjadi istrinya setelah dia bangkrut seperti ini. Tidak ada harta juga tidak akan ada cinta"

Ya Tuhan, kenapa Mama sampai seperti itu. Aku benar-benar tidak menyangka jika Mama seperti ini.

Adriana mematung mendengar ucapan Mama di dalam kamar. Sungguh Adriana tidak pernah menyangka jika sifat asli Ibunya seperti ini. Sungguh Adriana menyesal sekarang, kenapa dia selalu patuh dengan apa yang di katakan Ibunya. Bahkan untuk menyakiti Kakaknya sendiri, Adriana selalu nurut. Karena Ibunya bilang, jika Kakaknya itu adalah pembunuh yang bisa kapan saja membunuhnya. Itu sebabnya kenapa Ayahnya juga membencinya. Sungguh Adriana terlalu bodoh saat itu.

Adriana tidak jadi masuk ke dalam kamar Ibunya. Dia kembali ke ruang tengah, disana Ayahnya masih duduk di sofa dengan tatapan bingung dan putus asa. Adriana mendekat ke arahnya dan langsung menghambur ke pelukan Eriawan. Menangis tersedu-sedu di pelukan sang Ayah.

"Pa, Riana akan ikut Papa apapun keadaannya. Riana tidak akan ikut Mama, maafkan Riana Pa" lriih Adriana dengan isakan tangis yang terdengar.

Eriawan memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang. Mengecup puncak kepala anak bungsunya ini. Tak terasa air matanya juga ikut menetes. Hidupnya hancur tidak seberapa dengan kehancuran hidup anak sulungnya yang dia terlantarkan selama ini.

Bukan masalah perusahaannya yang bangkrut atau istrinya yang ingin pergi karena Eriawan sudah tidak mempunyai apapun saat ini. Yang mengganggu fikiran Eriawan adalah anak pertamanya yang dia terlantarakan selama ini. Kehancuran hidupnya saat ini, tidak akan sebanding dengan kehancuran anaknya yang bahkan Ayah kandungnya saja membencinya.

Tuhan, apa yang telah aku lakukan selama ini. Tyas.. Maafkan Papa Nak.

Awal mulai kehancuran hidup Adriana.

Bersambung

Like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya.. Berikan bintang rate 5

Terpopuler

Comments

uyhull01

uyhull01

masukin saku aj Ri klo Erland g mau kembalian🤭

2023-01-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Gadis Yang Menerima Tawaran Erland
2 Bab 2 Erland Yang Dingin
3 Bab 3 Awal Kehancuran Hidup Adriana
4 Bab 4 Tentang Keluarga Adriana
5 Bab 5 (Gadis Manja Yang Telah Mandiri)
6 Bab 6 (Kedatangan Mengejutkan Ke Mini Market)
7 Membencinya Bersama Pria Lain
8 Perasaan Yang Kacau
9 Aku Hanya Menuruti Perintahmu?!
10 Pulang Bekerja Dengan Kerusuhan
11 Keakraban Papa Dan Pendy
12 Memangnya Kau Siapa Bagiku?!
13 Benarkah Jatuh Cinta?!
14 Membuat Adriana Kesal
15 Takut Kehilangannya
16 Menyerah
17 Menyesali Apa Yang Telah Terjadi
18 Di Abaikan, Begitu Menyakitkan
19 Rasa Bersalah Yang Masih Tetap Ada
20 Kenapa Menatapku Seperti Itu?
21 Aku Sakit Saat Melihatmu Bersama Pria Lain
22 Pria Gengsian
23 Gagal Pamer
24 Apa Akan Terhalang Restu?
25 Belum Yakin Dengan Perasaannya?!
26 Salah Faham
27 Hatiku Telah Menjadi Milikmu?!
28 Mengakhiri Semuanya Dengan Masa Lalu!
29 Ibu Yang Tidak Mengenalinya?
30 Makan Malam Di Pinggir Jalan
31 Siapa Yang Pantas?
32 Ayo Makan Bersama
33 Karena Aku Mencintainya?!
34 Mencintai Ternyata Sesulit Ini
35 Adriana Yang Aneh?!
36 Sedang Memperjuangkan Cinta
37 Erland Yang Merajuk
38 Penyesalan Itu Masih Ada
39 Kita Akhiri Saja?!
40 Berada Diantara Dua Jurang Menyakitkan
41 Menjadi Pelayan Dihari Wisuda
42 Tidak Bisa Melawan Restu Papa?!
43 Kedatangan Keluarga Erland?!
44 Restu Papa Yang Telah Didapat
45 Tidak Selemah Yang Dipikirkan
46 Mimpi Yang Tidak Terwujud
47 Alasan Erland
48 Sumber Semangat Erland
49 Nikahi Aku Kak?!
50 Masih Pemilik Hatiku
51 Cinta Tulus Adriana
52 Hatiku Tidak Baik-baik Saja
53 Ciuman Pertama, Bukan Malam Pertama
54 Pergi Kemana Adriana?!
55 Ketahuan
56 Jalan-jalan
57 Tidak Ada Balasan Yang Harus Dibalas
58 Rahasia Erlita Yang Baru Diketahui
59 Lebih Mencintaimu
60 Luka Erlita
61 Menerima Pendy Sebagai Calon Suaminya
62 Anak Dari Pengusaha Yang Bangkrut?!
63 Tidak Akan Membiarkanmu Teraskiti
64 Mau Heran, Tapi Ini Pendy!
65 Pria Penggila Kerja
66 Apa Itu?!
67 Panggilan Pendy Yang Membuat Geli
68 Aku Menikahimu, Karena Aku Mencintaimu
69 Harus Kenal Dengan Teman-temanku
70 Kehidupan Pendy
71 Tidak Akan Berpaling Darimu
72 Berfikir Bersama Pria Lain?!
73 Perkara Sendok Yang Terpisah
74 Erlita Marah?!
75 Kekesalan Erlita Masih Berlanjut
76 Perdebatan Kecil
77 Si Tukang Ngambek?!
78 Semuanya Akan Aku Lakukan Untukmu
79 Malam Yang Indah Untuk Erland
80 Ini Hadiahnya?!
81 Lamaran Dadakan
82 Kekecewaan Adriana Terhadap Mama
83 Memaafkan Lebih Baik
84 Kejutan Apa?!
85 Kau Yang Pertama Kali Bagiku!
86 Terimakasih
87 Terpenjara Dendam Pengacara Lin
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1 Gadis Yang Menerima Tawaran Erland
2
Bab 2 Erland Yang Dingin
3
Bab 3 Awal Kehancuran Hidup Adriana
4
Bab 4 Tentang Keluarga Adriana
5
Bab 5 (Gadis Manja Yang Telah Mandiri)
6
Bab 6 (Kedatangan Mengejutkan Ke Mini Market)
7
Membencinya Bersama Pria Lain
8
Perasaan Yang Kacau
9
Aku Hanya Menuruti Perintahmu?!
10
Pulang Bekerja Dengan Kerusuhan
11
Keakraban Papa Dan Pendy
12
Memangnya Kau Siapa Bagiku?!
13
Benarkah Jatuh Cinta?!
14
Membuat Adriana Kesal
15
Takut Kehilangannya
16
Menyerah
17
Menyesali Apa Yang Telah Terjadi
18
Di Abaikan, Begitu Menyakitkan
19
Rasa Bersalah Yang Masih Tetap Ada
20
Kenapa Menatapku Seperti Itu?
21
Aku Sakit Saat Melihatmu Bersama Pria Lain
22
Pria Gengsian
23
Gagal Pamer
24
Apa Akan Terhalang Restu?
25
Belum Yakin Dengan Perasaannya?!
26
Salah Faham
27
Hatiku Telah Menjadi Milikmu?!
28
Mengakhiri Semuanya Dengan Masa Lalu!
29
Ibu Yang Tidak Mengenalinya?
30
Makan Malam Di Pinggir Jalan
31
Siapa Yang Pantas?
32
Ayo Makan Bersama
33
Karena Aku Mencintainya?!
34
Mencintai Ternyata Sesulit Ini
35
Adriana Yang Aneh?!
36
Sedang Memperjuangkan Cinta
37
Erland Yang Merajuk
38
Penyesalan Itu Masih Ada
39
Kita Akhiri Saja?!
40
Berada Diantara Dua Jurang Menyakitkan
41
Menjadi Pelayan Dihari Wisuda
42
Tidak Bisa Melawan Restu Papa?!
43
Kedatangan Keluarga Erland?!
44
Restu Papa Yang Telah Didapat
45
Tidak Selemah Yang Dipikirkan
46
Mimpi Yang Tidak Terwujud
47
Alasan Erland
48
Sumber Semangat Erland
49
Nikahi Aku Kak?!
50
Masih Pemilik Hatiku
51
Cinta Tulus Adriana
52
Hatiku Tidak Baik-baik Saja
53
Ciuman Pertama, Bukan Malam Pertama
54
Pergi Kemana Adriana?!
55
Ketahuan
56
Jalan-jalan
57
Tidak Ada Balasan Yang Harus Dibalas
58
Rahasia Erlita Yang Baru Diketahui
59
Lebih Mencintaimu
60
Luka Erlita
61
Menerima Pendy Sebagai Calon Suaminya
62
Anak Dari Pengusaha Yang Bangkrut?!
63
Tidak Akan Membiarkanmu Teraskiti
64
Mau Heran, Tapi Ini Pendy!
65
Pria Penggila Kerja
66
Apa Itu?!
67
Panggilan Pendy Yang Membuat Geli
68
Aku Menikahimu, Karena Aku Mencintaimu
69
Harus Kenal Dengan Teman-temanku
70
Kehidupan Pendy
71
Tidak Akan Berpaling Darimu
72
Berfikir Bersama Pria Lain?!
73
Perkara Sendok Yang Terpisah
74
Erlita Marah?!
75
Kekesalan Erlita Masih Berlanjut
76
Perdebatan Kecil
77
Si Tukang Ngambek?!
78
Semuanya Akan Aku Lakukan Untukmu
79
Malam Yang Indah Untuk Erland
80
Ini Hadiahnya?!
81
Lamaran Dadakan
82
Kekecewaan Adriana Terhadap Mama
83
Memaafkan Lebih Baik
84
Kejutan Apa?!
85
Kau Yang Pertama Kali Bagiku!
86
Terimakasih
87
Terpenjara Dendam Pengacara Lin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!