Secepat kilat video itu langsung tersebar ke seluruh isi kampus. Semuanya wanita yang pernah mengejar Erland dan menyatakan perasaan pada pria itu langsung mengerubungi Adriana dan bertanya-tanya kenapa gadis itu sampai mau menerima tawaran Erland yang tidak masuk akal.
"Jadi kenapa kau mau menerima tawarannya?"
"Iya, dia itu hanya menjadikanmu pembantu bukan pacar. Kamu kok bodoh banget mau menerima tawaran gila itu"
"Apa kamu tidak punya harga diri sampai mau di rendahkan oleh Erland?"
"Kau jangan diam saja, cepat jawab"
"Iya, kenapa mau si di rendahkan sama pria seperti Erland"
Adriana menatap tenang semua orang yang sepertinya sangat menantikan jawaban darinya. "Memangnya propesi pembantu itu rendah ya? Merendahkan harga diri itu bukan menjadi pembantu, tapi jadi pela*cur. Lagian kalian semua tidak akan bisa apa-apa tanpa pembantu kalian..."
"...Jadi, jangan merendahkan profesi itu. Lagian sebuah cinta itu perlu perjuangan dan di perjuangkan. Aku sadar diri kok aku ini siapa? Memang pantas saja Erland menolakku. Tapi, aku tidak akan mudah menyerah seperti kalian-kalian. Aku akan tetap meperjuangkan perasaan cintaku padanya. Karena aku tulus pada dia"
Semuanya terdiam mendengar ucapan Adriana. Tidak ada lagi yang berani menjawab. Adriana berlalu pergi dengan santainya setelah membungkam semua mulut-mulut berbisa penuh noda itu. Sementara di ujung lorong, Erland terdiam mendengar dan melihat apa yang di lakukan Adriana. Pada awalnya dia mengira jika gadis itu akan merengek menangis dan meminta ampun setelah di keroyok banyak pertanyaan oleh gadis-gadis yang dulu pernah mengejarnya.
Tapi, dugaan Erland benar-benar meleset. Adriana malah terlihat tenang dan berhasil membungkam semua mulut gadis-gadis itu dengan begitu tenang.
Dia benar, pembantu memang tidak rendah. Tapi kenapa dia mau menerimanya hanya karena atas nama cinta.
"Land, parah si kalau sampe lo menyia-nyiakan gadis seperti Adriana" Beno menepuk bahu Erland dengan tatapannya yang terkesima dengan apa yang di lakukan Adriana pada mulut-mulut berbisa dari gadis-gadis disana.
"Ck. Itu hanya cara dia saja agar menarik perhatianku. Cih. Tidak akan pernah aku tertarik dengan gadis seperti itu" Erland berlalu meninggalkan kedua temannya yang menatap heran pada pria yang terlalu dingin itu. Bahkan bukan hanya pada wanita, tapi juga pada setiap orang yang mendekatinya hanya untuk menjilat. Bukan karena tulus berteman dengannya.
"Gila ya si Erland itu terbuat dari apaan si. Dingginnya udah ngalahin kutub utara tahu" kata Beno yang menatap kepergian Erland dengan tatapan bingung sekaligus ngeri.
Riki merangkul bahu Beno dan mengajaknya untuk menyusul ketua geng mereka. Sebenarnya mereka saja yang menobatkan Erland sebagai ketua geng. Padahal Erland tidak pernah merasa menjadi ketua dan dia juga tidak mau. Lagian ketua geng apaan kalau anggotanya hanya mereka bertiga. Geng trio macan kali ahh.
"Udahlah, emang itu yang bikin Erland cool dan terlihat keren di mata para gadis. Buktinya elo yang ramah tamah, murah senyum sama setiap gadis sampe sekarang gak ada yang nyangkut juga 'kan?"
Beno hanya mendengus kesal mendengar ucapan Riki. Mau menyangkal tapi memang benar apalagi di ucapkan sahabatnya itu. Jadi Beno hanya bisa pasrahkan diri ini pada Tuhan. cieleh.. Galau nih si Beno kelamaan jomblo.
...⭐⭐⭐⭐⭐⭐...
"Bawa tasku" Erland melemparkan tas miliknya pada Adriana yang sigap menangkap tasnya, meski hampir saja terjatuh karena apa yang di lakukan Erland terlalu tiba-tiba.
"Oke"
Adriana menuruti saja, dia berjalan mengikuti Erland dan kedua temannya yang selalu lengket pada pria itu selama mereka berada di kampus. Memeluk tas Erland di dadanya. Santai saja saat banyak yang menatap dirinya dengan tatapan aneh dan merendahkan. Memangnya apa salahnya? Dia hanya sedang memperjuangkan cintanya. Jadi, ini adalah bagian dari usahanya.
Masuk ke dalam kantin kampus, Erland memilih meja di ujung yang dekat dengan jendela. Saat Erland dan kedua temannya sudah duduk, Adriana masih berdiri dengan sedikit kerepotan dengan tas berat Erland dan juga tas miliknya.
"Kau pesankan makanan untukku!" Erland menatap dingin Adriana yang berdiri di samping meja.
"Oke" Adriana menaruh tas Erland dan tas miliknya di atas meja.
"Ri, sekalian pesenin gue juga dong" teriak Beno namun dia langsung diam saat mendapatkan tatapan tajam tidak suka dari Erland.
"Pesan sendiri, kalian tidak punya hak untuk memerintahkan dia. Dia hanya pembantuku, bukan pesuruh kalian berdua!" tekan Erland di setiap kalimatnya
"Kenapa si Land, kan sekalian aja gitu..." Beno langsung menghentikan ucapannya saat mendapatkan tatapan menusuk dari sahabatnya. "...Iya iya, gue pesen sendiri"
"Ada apa?" tanya Erland saat melihat Adrian malah kembali ke meja mereka.
Adriana cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maaf, tadi lupa nanya. Mau di pesenin apa?"
"Ck. Dasar bodoh, kau bilang kau suka padaku. Tapi sama sekali tidak tahu makanan apa yang aku sukai"
Kan aku hanya menyukaimu, bukan ibumu yang harus tahu apapun tentang dirimu.
"Nanti aku akan cari tahu, tapi sekarang apa yang ingin Kak Erland pesan?"
Erland pun menyebutkan makanan dan minuman yang dia inginkan untuk makan siang kali ini. Setelah mengetahui apa yang di ingikan Erland, Adriana segera memesannya. Adriana membawa nampan berisi makanan pesanan Erland dan juga makanan miliknya. Gila saja kalau sampai Erland tidak mengizinkannya makan siang. Dia bisa mati kelelahan karena menuruti semua keinginannya yang terkadang sangat aneh bin ajaib itu.
"Nih.." Erland menyodorkan selembar uang berawana merah pada Adriana yang sudah duduk di depannya.
Adriana menatap bingung uang yang di berikan Erland itu. "Ini apa?"
"Kau benar-benar bodoh ya, berapa lama kau lahir ke dunia ini?"
"19 tahun" jawab Adriana dengan polosnya
"Sudah 19 tahun kau tidak tahu kalau ini mata uang Indonesia?"
"Bukan begitu tapi..." Rasanya Adriana ingin sekali melemparkan mangkuk berisi mie ayam miliknya ke wajah mengesalkan Erland. Dia tahu jika itu mata uang tanah air ini. Tapi masa Erland tidak tahu apa yang di maksud Adriana barusan. Benar-benar keterlaluan kalau dia sampai tidak tahu.
"Itu untuk ganti uangmu, kau beli makanan ini dengan uangmu 'kan" kata Erland yang mulai memakan makanannya dengan santai.
"Ohh. Yaudah, bentar ini kembalinya" Tinggal jawab gitu aja ribet banget si. Untung cinta.
"Tidak perlu, kau ambil saja sekalian untuk membayar makananmu juga. Aku tidak butuh uang kembalian"
Dih sombong sekali dia. Dasar orang kaya. Tapi lumayan jugalah biar bisa nabung buat belikan keponakan ku hadiah.
Adriana mengambil uang itu dan memasukannya ke dalam saku kemeja yang di pakainya. "Terimakasih Kak"
"Hmm"
Mereka lanjut makan sampai dua orang pengikut Erland datang dengan makanan yang di beli masing-masing. Beno yang duduk di samping Adriana dan Riki yang duduk di samping Erland.
"Gila, kalian lagi ngobrolin apa nih? Asyik banget kayaknya" kata Beno yang tidak pernah bisa diam jika sedang berkumpul seperti ini.
"Makan!" Tatapan tajam Erland berhasil membuat Beno bungkam. Pria itu tahu jika arti kata makan yang di ucapkan Erland dengan penuh penekanan itu, adalah agar dirinya diam dan hanya makan dengan tenang.
Bersambung
Like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya.. Berikan bintang rate 5
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
uyhull01
lah iya orkay mah g bisa ngapa-ngapain klo g ada pembantu,
tp Land nanti kmu bakal bucin lho klo Adriana g ada,
2023-01-03
0