Otis tidak bisa memejamkan matanya. Bayangan wajah cantik Nyonya Yolanda membuatnya kepikiran. Bagaimana mungkin dia tidak bicara dengan wanita ketika sedang bekerja. Dia memang seorang supir. Tapi banyak sedikitnya dia pasti akan berbicara dan bertanya. Entah itu sekedar bertanya Nyonya nya mau pulang atau tidak.
Otis kini dilema. Aturan ini memang terdengar sepele. Tetapi dia merasa keberatan. Tidak mungkin juga kan wanita secantik Nyonya Yolanda naksir kepadanya. Bisa di akui Otis, walau sudah berusia 35 tahun tetapi Nyonya Yolanda masih terlihat seperti gadis 19 tahun. Cantik dan kulitnya terlihat sangat kencang.
Suara ketukan pintu membuat Otis segera beranjak. Dia mengambil kaos yang tergeletak di lantai lalu memakainya. Sesegera mungkin dia membuka pintu kamar tersebut.
"Otis, maaf sudah mengganggu," ucap Pak Rahmad.
"Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan. Apa aku boleh masuk?"
Otis tersentak kaget. "Silahkan Pak. Silahkan." Pria itu segera memberi jalan untuk Pak Rahmad masuk ke dalam kamarnya.
"Tidak akan lama. Apa kau baru saja bangun tidur?" Pak Rahmad melirik tempat tidur yang sudah berantakan.
"Ya, Pak," jawab Otis asal saja.
"Begini Otis. Tadi aku bertemu dengan Tuan Abraham dan aku menyampaikannya keinginanmu untuk bekerja sambil memakai masker dan topi. Dia sangat setuju. Dia juga tidak mau Nyonya Yolanda memperhatikan wajahmu ketika bekerja. Tetapi, ada satu hal yang diucapkan Tuan Abraham hingga membuatku bingung. Sebelumnya dia tidak pernah seperti ini."
"Ada apa, Pak? Apa ada masalah?"
"Tuan memintamu untuk tidak bicara dengan Nyonya. Aku sendiri juga tidak tahu apa tujuannya. Sebelum dia tidak pernah memberlakukan peraturan aneh seperti ini."
"Mungkin dia cemburu, Pak. Dia tidak mau aku-"
"Pria yang ada di sekeliling Nyonya Yolanda jauh lebih tampan dan jauh lebih sukses darimu. Seperti yang pernah aku bilang, Nyonya Yolanda tidak mungkin tertarik padamu. Apa lagi sampai jatuh cinta. Peraturan ini akan menyulitkan dirimu sendiri."
Otis menggeleng. "Saya tidak merasa keberatan. Saya bisa menyampaikan sesuatu yang ingin saya katakan dengan menggunakan kertas."
"Bagus kalau kau merasa tidak di repotkan. Aku tidak mau sampai kau tidak siap dan memutuskan untuk menolak pekerjaan ini. Waktunya sudah dekat. Aku tidak akan mungkin memiliki waktu untuk mencari penggantimu."
Otis tersenyum. "Ya, pak. Anda tidak perlu mengkhawatirkan saya. Saya berjanji tidak akan merepotkan Anda selama saya bekerja di sini."
"Terima kasih Otis kau benar-benar anak yang baik. Aku harus pergi. Sebelum jam 07.00 kau harus sudah stand by di mobil. Pastikan semuanya lengkap dan tidak ada yang kurang. Kau harus meletakkan mobil di depan pintu keluar. Jika kau tidak tahu ke mana arah jalannya kau bisa bertanya sama sopir yang ada di sana."
"Baik, Pak. Terima kasih."
Pak Rahmad beranjak dan menepuk pundak Otis. "Kapan lagi kau bisa memiliki pekerjaan dengan gaji yang besar. Pekerjaan ini tidak terlalu sulit. Kau hanya perlu menguasai jalan dan tempat-tempat yang biasa dikunjungi oleh Nyonya Yolanda. Selebihnya kau bisa istirahat di kamar ini. Jika Nyonya Yolanda memutuskan untuk pergi ke luar negeri, bisa di bilang ku hanya akan memakan gaji buta. Nyonya Yolanda biasanya akan pergi ke luar negeri selama satu bulan penuh. Jika sudah memutuskan untuk pergi, maka dia tidak akan tanggung-tanggung untuk liburan."
Otis hanya mengangguk saja. "Oke, baiklah. Aku akan terlambat jika terus-menerus bicara seperti ini," ujar Pak Rahmad sambil tertawa. Otis juga ikut tertawa. Pria itu mengantarkan Pak Rahmad sampai ke depan pintu. Setelah pria itu pergi, Otis segera menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
"Kali ini aku harus bisa tidur. Sebentar lagi sudah sore," gumam Otis di dalam hati.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 07.30. Sudah setengah jam Otis berdiri di samping mobil. Pria itu mengenakan baju dan celana berwarna hitam yang menjadi setelannya selama bekerja menjadi supir. Pakaian berwarna hitam justru membuat Otis terlihat sangat gagah dan tampan. Di tambah lagi masker dan topi hitam yang dikenakan Otis membuat dirinya tidak terlalu seperti seorang supir.
Pintu utama terbuka lebar. Nyonya Yolanda telah keluar dengan gaun indah yang melekat ditubuhnya. Gaun berwarna gold dengan taburan Muria itu melekat sempurna di tubuh Nyonya Yolanda yang seperti gitar spanyol. Otis tidak berani mengangkat kepalanya. Dia segera menunduk agar tidak melanggar aturan yang sudah ada.
Nyonya Yolanda berdiri di samping mobil sedangkan Otis masih menunduk di balik pintu yang menghubungkannya ke jok supir.
"Tugas seorang sopir adalah membukakan pintu ketika majikannya ingin masuk!"
Mendengar sindiran Nyonya Yolanda membuat Otis segera berlari menuju ke samping mobil. Pria itu segera membukakan mobil agar Nyonya Yolanda bisa masuk ke dalam.
Setelah nyonya Yolanda masuk ke dalam mobil, Otis segera menutup pintu itu kembali. Sebelum masuk ke dalam mobil dia melihat Tika yang berdiri di depan pintu. Wanita itu tersenyum kepadanya sebelum masuk ke dalam.
"Sebenarnya tugas dia apa. Kenapa seharian penuh dia terlihat berkeliaran di dalam rumah," gumam Otis di dalam hati.
Otis melirik Nyonya Yolanda melalui spion hanya untuk memastikan Nyonyanya telah siap berangkat. Tidak ada yang ketinggalan lagi. Namun, dia juga tidak bisa bertanya. Pria itu mengambil notes kecil yang sudah ia siapkan karena ingin menulis sesuatu.
"Berangkat saja! Tidak ada yang ketinggalan!" perintah Nyonya Yolanda. Hal itu membuat Otis mengeryitkan dahi. Dia tidak menyangka kalau majikannya bisa tahu apa yang dia pikirkan. Tanpa menunggu lama, Otis segera melajukan mobil menuju ke alamat yang telah ditentukan oleh Nyonya Yolanda.
"Otis, apa kau memiliki keluarga?"
Pertanyaan Nyonya Yolanda membuat Otis semakin dilema. Sekarang dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Pria itu hanya melirik saja melalui spion sebelum memandang ke depan lagi.
"Kau bisa mengedipkan matamu jika jawabannya iya. Jika tidak, kau diam saja."
Isyarat yang diberikan Nyonya Yolanda hanya akan membuat mereka menjadi sering berkomunikasi. Padahal sebenarnya jika menurut aturan, dia tidak diperbolehkan berbicara apa lagi sampai memandang.
Namun, Otis juga tidak mau di anggap sombong. Pria itu memandang ke arah Nyonya Yolanda melalui spion sebelum memandang ke depan. Dia tidak berkedip yang menandakan kalau jawabannya tidak.
Nyonya Yolanda tersebut melihatnya. Wanita itu memandang ke luar jendela dengan senyuman penuh arti.
"Semoga saja Tuan Abraham tidak mengetahui hal ini," gumam Otis di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Tetty Muchtar Prawirakusumah
wah kasian otis kaya makan buah si malakama
2023-12-16
0
Kustri
awas ada CCTV dimana", Tis..
2023-07-09
0
Arkan Arsyad
bisa sakit mata kau Otis cuma di kedip aja matax kalau ditanya😅😅😅
2023-03-01
0