Marsha merenung lagi perjalanan pernikahannya selama sebelas tahun dengan suaminya yang sudah memiliki satu putra mereka.
Ia menunggu saat yang tepat untuk bicara dari hati ke hati dengan suaminya untuk menyampaikan keluhannya yang selama ini ia pendam.
"Mungkin aku tidak bisa membicarakan hal sensitif ini pada saat ia pulang kerja, sebaiknya aku menemuinya di perusahaan menjelang makan siang."
Gumam Marsha lirih sambil melirik jam tangannya yang melingkar cantik di pergelangan tangannya yang mulus dan bening.
Penampilan Marsha yang terlihat sangat awet muda membuat orang tidak menyangka Marsha sudah memiliki suami maupun anak.
Siang itu ia ke perusahaan suaminya dengan memakai celana panjang jins biru laut dan blus merah di lengkapi sepatu boot dan tas selempang.
Rambutnya di biarkan tergerai indah. Kacamata hitam bertengger di hidungnya yang mancung melangkah dengan elegan memasuki lobby perusahaan di sambut oleh dua satpam yang langsung menundukkan kepala hormat kepada ibu muda ini.
"Selamat siang nona Marsha!"
Sapa para karyawan yang sedang turun makan siang. Marsha hanya tersenyum manis pada karyawan suaminya.
"Nona Marsha!" Sapa Neil saat melihat kedatangan Marsha.
"Hai Neil! Apakah suamiku ada?"
Tanya Marsha dengan tetap melangkah.
"Tunggu nona Marsha !Tuan masih ada rapat..
"Ini sudah jam istirahat. Apa yang mesti ia rapat kan?"
Tanya Marsha sambil membuka pintu ruang kerja suaminya tanpa peduli dengan peringatan asisten suaminya.
Abimanyu yang melihat kedatangan istrinya membuatnya sangat kesal.
Sementara beberapa pemegang saham yang melihat penampilan Marsha membuat mereka salah fokus dengan istrinya Abimanyu ini.
"Sebentar Tuan-tuan! Saya menemui istri saya sebentar!"
Ucap Abimanyu lalu menghampiri istrinya yang terlihat sangat cantik siang ini namun sang suami merasa tidak ada yang istimewa dari istrinya karena sudah bisa melihat Marsha selalu tampil cantik.
Abimanyu menggeret lengan istrinya keluar dari ruang kerjanya.
"Mau apa kamu ke sini, hah?"
"Tentu saja ingin menemui suamiku."
"Apakah kamu tidak lihat aku sedang sibuk hingga mengabaikan makan siang ku. Kamu kira aku di sini sedang main duduk santai dan mengandalkan asisten ku untuk menghandle semua pekerjaanku, hah?"
"Sudah tahu kamu bisa mengandalkan asisten mu, kenapa memaksakan diri untuk tenggelam dalam urusan yang melibatkan waktu dan tenaga mu?" Sarkas Marsha.
"Aku tidak bisa melakukan itu dan kau tahu akan hal itu bukan?"
"Lantas kapan kamu waktu untukku? Kamu bahkan pulang hampir tengah malam dan langsung tidur dan keesokan paginya kau berangkat lagi tanpa menanyakan apapun padaku."
"Emang apa masalahmu? Kamu kelihatan segar bugar. Butuh uang tinggal tarik, mau jalan-jalan ada mobil. Mau ke luar kota atau keluar negeri kamu bisa melakukan semuanya tanpa perlu harus menganggu urusan ku."
Ucap Abimanyu dengan suara sedikit menekan keras berisik pada istrinya yang hanya bisa termangu.
"Kau...jadi selama ini kau pikir aku hanya cukup bahagia dengan semua fasilitas yang kamu sebutkan tadi...?"
"Iya! Apa lagi yang kurang, hah? Sekarang pulanglah atau ke butik mu karena aku tidak ingin di ganggu. Mengerti..?"
Wajah kelam Abimanyu menatap tajam istrinya tanpa punya hati sama sekali.
"Baik aku pulang. Jangan salahkan aku, jika aku selingkuh." Ancam Marsha melangkah pergi sambil mengusap air matanya yang sudah jatuh berderai..
Hatinya sangat sakit bahkan terlalu perih mendengar penuturan suaminya yang terlalu frontal padanya.
."Aku akan membuatmu menyesal Abimanyu karena sudah mengabaikan aku dan menganggap aku hanya pajangan di rumahmu." Umpat Marsha.
Marsha membawa kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata membuat roda mobil itu seakan melayang di atas aspal itu.
Sementara Abimanyu sudah duduk lagi di tempatnya lalu membahas lagi meeting mereka yang sempat tertunda.
"Maaf sudah membuat kalian menunggu. Aku harus bicara dengan istriku sebentar. Biasalah urusan wanita."
Ucap Abimanyu dengan senyum pelitnya.
"Apakah itu istri kedua anda Tuan?"
Tanya tuan Hendro yang baru bergabung di perusahaan itu.
"Istri saya hanya satu."
"Istri anda terlihat sangat muda tuan. Maafkan saya kalau kurang etis."
"Tidak apa tuan Hendro. Perbedaan usia kami sekitar sepuluh tahun jadi istriku masih terlihat awet muda."
Ucap Abimanyu bangga.
Meeting kembali di lanjutkan dengan agenda meeting yang membahas strategi pemasaran produk mereka yang membutuhkan nilai saham yang tidak sedikit.
Marsha hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang terlihat sangat menyedihkan. Memiliki segalanya namun hatinya terasa kosong.
Jiwanya terluka dan entah apa lagi ia rasakan saat ini. Jika tidak ingat putranya Al, rasanya ia ingin melenyapkan tubuhnya di muka bumi ini.
Mobil mewah itu terus melaju. Marsha tidak tahu ke mana ia harus melepaskan segala sesak di dadanya. Rasanya dia tidak punya lagi harga diri atau sesuatu yang bisa ia banggakan dalam dirinya untuk menaklukkan sang suami.
Ia memilih pantai Ancol untuk sekedar melepaskan beban di hatinya saat ini. Entah kenapa ia sudah merasa muak dengan sikap tak acuh suaminya.
Di pantai itu mobilnya berlabuh. Ia duduk sendirian menatap laut dengan angin sepoi menyapu wajahnya. Rasa gundahnya mulai berkurang jika sudah memandang laut.
Marsha tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikan wajah cantiknya yang sudah lama tak pernah dilihatnya.
"Marsha...!"
Gumam pria tampan itu ingin menghampiri Marsha yang tampak terlihat sedih bahkan wajah itu terlihat sembab habis menangis.
"Ada apa denganmu, sayang?"
Batin pria tampan itu yang tidak suka melihat gadis pujaannya itu saat ini bersedih.
Abimanyu yang baru pulang dari perusahaan sedang menapaki anak tangga dengan perlahan. Ia mengira saat ini istrinya sudah kembali ke rumah usai menemuinya di perusahaan dan saat itu ia tinggalkan Marsha karena sedang meeting. Abimanyu membuka pintu kamarnya secara perlahan. Betapa kagetnya ia saat melihat di kamarnya tidak ditemukan Marsha.
"Ke mana Marsha pergi? Apakah saat ini dua masih di butik?" Tanya Abimanyu dalam diamnya.
Ia segera menghubungi sekertaris istrinya untuk menanyakan keberadaan Marsha karena ponsel Marsha sulit dihubungi.
"Hallo..!"
"Hallo tuan Abimanyu!"
"Apakah Marsha ada di butik?"
"Sejak tadi siang kami belum melihat nona Marsha. Kami pikir ia masih ada di rumah tuan." Ucap sekertarisnya Marsha .
"Apakah dua sedang bertemu dengan klien?"
"Mungkin saja karena banyak permintaan dari Kline mengenai gaun pengantin yang akan mereka kenakan sesuai dengan konsep mereka inginkan."
"Baiklah. Kalau bisa nanti Marsha pulang tolong kabari saya." Pinta Abimanyu cemas.
"Baik Tuan! Nanti saya segera mengabari anda."
Baru saja sekertarisnya menutup telepon dari Abimanyu, Marsha muncul dengan wajah kusut sambil menenteng sepatunya.
Para karyawannya tidak Berani menegurnya karena Marsha tidak begitu suka ada karyawannya yang kepo akan hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
ABI JUGA, KBAHAGIAAN WANITA ITU BKN HNY SKDAR UANG, TPI PRHATIAN SUAMI, BIASANYA SEORANG CEO SENANG ISTRI DTG KE KANTOR, KRN SBAGAI PNYEMANGAT .
2023-06-19
0
Yuliana Tunru
wajar tdk wajar istri.minta perhatian dan cinta tdk melulu soal uang ..dasar abimanyu sdh tdk punya waktu mgkin jg cinta nafkan batin pun abai..salah apa marsha mencari tujuan hidupx yg terasa hambar yg tdk bisa di beli oleh uang abi..jgn salah kan marsha selingkuh yaaaa..lanjut thor yg byk upx..👍👍👍
2023-01-05
2