“Kita perlu mencari guru sihir untuk Roma,” ujar Estrilda pada suatu malam saat ia dan Gustaf hendak tidur.
“Apa harus sedini ini?” tanya Gustaf kemudian.
“Dini? Usianya sudah tujuh tahun, anak bangsawan seusianya sudah melakukan hal itu, jika tidak dipelajari sejak awal, ia tak akan bisa,” kata Estrilda.
Gustaf terdiam, seolah memikirkan apa yang dikatakan Estrilda. Perkataan istrinya itu memang benar adanya, karena sudah sewajarnya anak seorang baron yang akan mewarisi kebangsawannya belajar sihir dan beladiri.
Lagi pula Roma sudah bisa membaca, pastinya ia juga akan mudah merapalkan mantra yang ada di buku sihir. Dari kekuatan sihir dan daya mana yang ia serta keluarganya miliki pasti akan mudah Roma melakukan hal itu.
“Aku akan mencarikan guru untuknya nanti secara bergantian, sihir dan juga beladiri,” ucap Gustaf.
Estrilda mengulas senyum untuk hal itu. Ia sebenarnya tak tega mengajarkan pelatihan yang cukup keras pada Roma sedini ini, tetapi jika tidak sekarang mau kapan lagi.
Usianya terus berjalan, sebelumnya ia pikir Roma masih bayi, tetapi ternyata sekarang ia sudah kanak-kanak, jika dibiarkan maka sebentar lagi ia akan remaja dan dewasa dengan cepat.
Hanya Roma yang menjadi seorang pewaris dari keluarga Baron Raffa, karena sistem baron adalah turun-temurun dan memiliki ahli waris untuk meneruskan pekerjaanya.
Roma harus siap untuk itu, kemungkinan tujuh hingga sepuluh tahun ke depan, saat Gustaf bertambah tua dan tak bisa menjalankan kehidupannya.
Dan juga sebelum Roma masuk sekolah bangsawan pada usia sepuluh tahun atau sekitar tiga tahun lalu.
Di sekolah itu Roma harus belajar menjadi seorang bangsawan, hidup sebagai bangsawan, dan juga bagaimana caranya ia menjadi pengganti orang tuanya.
“Aku dengar Kozar sedang mencari murid,” kata Estrilda lagi.
“Kozar?” Terasa tak asing bagi Gustaf, sepertinya ia pernah mendengar nama itu, padahal ia belum setua itu, tetapi ia mudah lupa.
“Mantan prajurit kerajaan, bukannya kau yang mengurus dokumen pensiun dininya, setelah perang perebutan wilayah selat dia sudah tak bisa menjadi prajurit lagi,” papar Estrilda, mengingatkan Gustaf tentang Kozar.
“Ah iya, aku baru ingat. Sepertinya kita bisa menyuruhnya untuk menjadi guru berpedang dan beladiri Roma, untuk guru sihir nanti bisakah kau yang mencari di kota Timur, aku yakin di sana banyak penyihir hebat,” ujar Gustaf.
Estrilda terdiam mendengar ucapan Gustaf itu. Sudah cukup lama ia tak pergi ke kota Timur, tempat di mana ia dilahirkan dan besarkan, tetapi karena satu konflik yang cukup berat akhirnya ia memutsukan untuk pergi dari kota itu.
Ditemani Gustaf ia meninggalkan kota itu, meskipun ia berharap pergi ke sana untuk menemui ayahnya.
“Aku pikir ini akan bagus untukmu dan Ayahmu, kau bisa membawa Roma ke sana, kau bisa tunjukkan pada Ayahmu bahwa kau memiliki anak, keturunannya. Mungkin dia masih membenciku, tetapi ia tak akan membenci cucunya,” sambung Gustaf lagi, saat ia tersadar bahwa ucapannya membuat Estrilda bimbang.
Memang kembali ke kota Timur bukan suatu yang mudah bagi Estrilda, sudah lebih dari sepuluh tahun ia tak kembali. Jika ia ke sana, ia tak ingin hal buruk terjadi lagi, masalah rumit yang sulit diatasi seorang diri.
“Kau harus ikut,” kata Estrilda pada Gustaf yang kemudian mengangguk mengerti, karena ia pikir lari dari masalah yang sudah selama itu tidaklah baik.
Setelah perbincangan yang cukup panjang sebelum tidur itu, keduanya pun memutuskan untuk mengistirahat diri, karena esok pagi banyak hal yang harus mereka lakukan.
Estrilda mengurus mansion dan beberapa lainnya, sedangkan Gustaf akan memeriksa serta mengurus dokumen, ia akan pergi ke wilayah barat untuk melihat kondisi di sana, seperti yang diminta sang raja.
Pekerjaan baron memang terasa cukup sulit, maka tak heran para baron diberi gelar kehormatan dan kemudian menjadi seorang bangsawan seperti yang lain meskipun tingkatannya juga paling rendah.
Itu adalah salah satu apresiasi yang diberikan atas kerja keras mereka selama ini.
***
Pada hari-hari setelahnya Roma pun akhirnya memiliki guru berpedang yang tak lain Kozar, seorang mantan komandan prajurit terhebat yang dimiliki kerajaan, tetapi akhirnya memutuskan untuk pensiun dini, sebab anggota tubuhnya tak lagi lengkap.
Kozar memiliki luka serius dibagian mata dan membuat sebelah matanya tak bisa melihat, hal itu mengganggu banyak hal dalam dirinya, hingga ia memutuskan untuk keluar dari sana.
Tanpa menjadi seorang prajurit ternyata membuatnya bosa, hingga ia pun kembali ke dunia berpedang, tetapi dengan mengumpulkan banyak murid.
Dan sebenarnya Roma adalah murid pertamanya, karena saat baru saja mencari murid Gustaf meminta dirinya untuk menjadi guru bagi Roma.
Kozar tak akan menolak permintaan itu, karena selama menjadi prajurit kerajaan hingga pensiun, baginya Gustaf adalah orang yang sangat baik.
“Aku akan mengajari anakmu sedikit keras, apa itu tak masalah?” tanya Kozar pada suatu hari saat yang sama ketika Gustaf memintanya.
“Aku tak pernah bermasalah jika kau melakukan apapun pada anakku, karena ia perlu itu. selama ini aku dan Estrilda selalu memanjakannya. Jika kau bersikap keras dan tegas itu bisa mengolah pikirannya supaya menjadi anak yang bisa berpikir bahwa dunia tidak seenak rumahnya.”
Semenjak apa yang dikatakan Gustaf itu, Kozar langsung mengajarinya dengan cara yang keras dan tegas.
Latihan beladiri dan berpedang yang dilakukan Roma baginya begitu sulit, hampir setiap hari ketika selesai berlatih tubuhnya kotor dan penuh luka, hingga membuat Estrilda merasa kasihan pada Roma.
“Apa ini sakit?” tanya Estrilda saat ia menyela luka Roma.
Dari raut wajah Roma jelas sekali bahwa ia kesakitan, Estrilda perlahan pun merasa tak tega dengan semua latihan ala prajurit itu.
“Mau berhenti latihannya?” tanya Estrilda lagi pada Roma. Sebagai seorang ibu melihat apa yang terjadi pada Roma ia tak tega.
Namun, kemudian Roma menggeleng dan berucap, “tidak, Ibu. Roma akan tetap berlatih, supaya bisa menjadi lebih kuat lagi, sebelum latihan ini selesai Roma tak akan berhenti.”
Mendengar apa yang dikatakan Roma itu Estrilda berusaha mengulas senyumnya untuk berusaha menyemangati Roma.
Selain berlatih ilmu berpedang dan beladiri, Roma juga harus belajar tentang sihir. Maka dari itu Estrilda dan Gustaf membawanya pergi ke kota Timur, kota yang dijuluki sebagai pusatnya penyihir di Kekaisaran, bukan hanya kerajaan.
Meskipun Estrilda masih sedikit ragu untuk pergi ke sana, karena pemimpin tertinggi persekutuan penyihir di kota Timur adalah ayahnya sendiri. Seorang laki-laki yang sudah ia tinggal pergi selama sepuluh tahun.
Dulu Estrilda dikenal sebagai seorang anak penyihir terhebat, selain itu ia juga memiliki sihir yang hebat dengan level yang begitu luar biasa.
Jika ia masih ada di kota Timur mungkin saat ini ia sudah menjadi penerus sang ayah, tetapi ia memilih pergi dan menikah dengan Gustaf secara diam-diam, meskipun akhirnya sang ayah tahu akan hal itu.
Selama perjalanan menuju tempat itu Estrilda terus saja khawatir, jika sang ayah tak mau menerimanya, tetapi pikirannya salah. Ternyata ayahnya sangat menerimanya dan juga sudah memaafkan kesalahan dirinya dan Gustaf.
Bahkan sang ayah sudah langsung akrab dengan Roma yang tak lain adalah cucunya.
Selama beberapa di kota Timur akhirnya Estrilda mengatakan niatnya yang sesungguhnya, bahwa ia meminta salah penyihir untuk mengajari Roma.
Sang ayah paham dengan hal itu, akhirnya bukan hanya satu, tetapi dua guru penyihir langsung yang diberikan untuk menjadi guru Roma.
Semenjak hari itu pelajaran sihir dan beladiri dilakukan bergantian. Roma kecil dengan mudah mempelajari itu semua secara bersamaan, bahkan di usianya yang masih muda ia memiliki bakat sihir yang hebat.
Kemampuannya berjalan dengan baik, hingga tak terasa dua tahun lebih sudah berlalu dan Kozar selesai memberikan ilmu bela dirinya, begitu juga dengan kedua guru sihir yang Roma miliki mereka pun sudah mengajarkan semua hal pada Roma.
Bahkan kedua gurunya sampai bingung harus mengajari Roma sihir dan teknik apa lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments