SISTEM DUA BELAS CINCIN
Roma mengembuskan napas beratnya sambil duduk di salah satu kursi di dalam kereta cepat. Hari senin di minggu dengan jadwal yang sangat padat, begitu kiranya yang Roma lihat di buku agenda miliknya.
Sebenarnya ia merasa lelah untuk bekerja setiap harinya yang kadang tak ada libur malah lembur, andai saja ia orang kaya atau terlahir dari keluarga pemilik salah satu perusahaan terkemuka, mungkin ia tak akan melakukan hal itu.
Sembari menunggu kereta itu sampai di stasiun pemberhentian di dekat kantornya, ia menyibukkan diri sambil memainkan ponsel pintarnya. Tak ada pesan dari siapapun, ia lajang berusia 30 tahun, dan ini belum waktunya gajian orang tuanya tak akan repot-repot menghubunginya.
Hidupnya terkesan membosankan, tak ada warna atau corak sederhana. Andaikan ia bisa meminta, ia sangat berharap memiliki kehidupan yang jauh menyenangkan dari pada saat ini. Kehidupan yang selama ini hanya bisa ia saksikan di film ataupun video game.
Memang hanya dua hal itu yang bisa membuatnya bahagia, tertawa dengan senangnya, karena menurutnya bersama dengan manusia cukup menyebalkan.
Selain itu ia juga memelihara kucing jenis persia yang ia rawat secara diam-diam, karena pemilik apartemen tak mengizinkan penghuni membawa hewan peliharaan, anehnya pemilik itu memelihara seekor anjing jenis husky yang ia beri nama Dobby Dohgsen. Namanya diambil dari penyanyi jazz era 50 an.
Ketika Roma masih sibuk dengan ponsel pintarnya, tiba-tiba saja kereta cepat itu lambat, lalu berhenti seketika. Lampu di dalam sana berkedip-kedip, mirip adegan film horor.
Dari salah satu alat pengumuman yang terpasang di setiap sudut gerbong, dikatakan bahwa kereta mengalami kendala mesin yang cukup fatal dan akan dilakukan perbaikan. Seluruh penumpang di dilarang keluar dari sana dan harus tetap tenang.
Roma terkejut mendengarnya, karena ia pasti akan terlambat sampai di kantor, saat hendak menghubungi atasnya untuk izin datang lambat, ponsel pintarnya tiba-tiba saja tak ada jaringan.
Sepertinya karena di dalam kereta cepat yang rusak itu, ponsel pintarnya pun ikut bermasalah.
Entahlah, Roma tak banyak berpikir. Ia memasang earphone di kedua lubang telinganya dan menyaksikan sebuah film yang sudah ia unduh cukup lama, tetapi tak sempat ia tonton.
Saat Roma sibuk menonton tanpa peduli keadaan sekitar, terdengar sebuah ledakan cukup hebat. Bahkan hingga menembus earphone milik Roma, ia melepaskannya dan melihat ke sumber suara, semua orang yang ada di gerbong itu bingung dan panik.
Teriakan mulai terdengar, Roma yang tak paham tak tahu harus melakukan apa. Bahkan apa yang sebenarnya terjadi ia pun tak tahu. Semua orang yang ada di sana berdiri begitu juga dengan Roma.
Kemudian terdengar bunyi ledakan kedua dan ketiga yang lebih kencang. Api menjalar dengan cepat di kereta itu, semua orang panik. Lalu ketika ledakan keempat kalinya, kereta itu hancur seketika dan terbalik di lintasan tempat diperbaiki.
Tak ada kepanikan lagi, semua orang terpanggang dan tertumpuk di antara puing kereta yang berbahan dasar baja berat itu. Termasuk dengan Roma.
Saat tubuhnya sekarat, Roma sebenarnya tak banyak bisa berpikir, ia pasti akan mati di sana dalam keadaan mengenaskan, terpanggang. Ia belum menikah, belum pernah merasakan berhubungan dengan seorang perempuan sampai usia 30 tahun.
Setelah ini siapa yang akan mengurus kedua orang tuanya yang sudah jompo dan egois itu? Siapa yang akan memberi makan kucing lucunya? Siapa yang akan menamatkan level game? Siapa yang akan menyelesaikan menonton filmnya? Ah dan siapa yang akan menghapus riwayat pencarian di internetnya yang berisi hal-hal aneh?
Napas Roma kemudian sesak, sakit sekali, ajal sudah semakin dekat, dan ia pun memutuskan untuk menutup matanya.
Tak berapa lama, dadanya tak sesak lagi, ia bernafas dengan lega, tak ada masalah sama sekali. Roma membuka matanya dan saat ini ia tak lagi di dalam kereta cepat, ia sudah di udara, melayang di atas kereta yang tengah rusak itu.
Tubuhnya dibawa terbang, saat Roma menatap ke belakang, tak nampak wajahnya, tetapi terlihat sayapnya yang besar dan megah. Pasti itu malaikat pencabut nyawa, karena ia yakin saat ini sudah mati.
Lalu tanpa menunggu lama, dirinya yang saat ini sudah tinggal jiwa dibawa terbang dengan kecepatan tinggi, saking tingginya ia yakin itu melebihi partikel cahaya. Mirip seperti teleportasi di film super hero.
Tak lama ia dan malaikat itu berhenti, lalu tubuhnya dijatuhkan begitu asal. Roma terkejut, meskipun ia tak merasakan sakit, karena ia sudah tak beraga lagi.
"Welcome to heaven," ujar sebuah suara, dengan bahasa Inggris aksen British.
Roma bangkit dan berusaha mencari sumber suara itu. Tak ada siapapun di sana selain dirinya dan seluruh tempat yang berwarna putih terang, dengan cahaya yang mirip sinar matahari yang menyilaukan mata, tapi tak panas.
Apa benar ini surga? Tanya batin Roma.
"Tentu saja bukan. Mana ada surga seperti ini, berbeda dari yang kau baca di berbagai literasi dan kitab agama, bukan?" ujar suara itu lagi.
Roma terkejut karena suara itu tahu apa yang ia tanyakan di batin tadi.
"Di dunia ini semua hal aku tahu, jangan kan suara batinmu, ukuran yang menggantung itu pun aku tahu," sambungnya.
Mendengar ucapan itu Roma tersadar, bahwa ia tak mengenakan sehelai pakaian pun, ia telanjang bulat di sana, meskipun tubuhnya bersih dan terawat, tetapi tetap saja ia merasa malu jika harus melakukan hal itu di sini.
"Si..siapa kau? Dan aku ada di mana?" tanya Roma kemudian, ia sudah sangat penasaran.
"Di alam batas antara hidup dan mati, tempat menuju akhir, serta tempat menuju peradilan. Tapi inti sebenarnya kau sudah mati. Itu saja."
"Berarti tubuhku sudah mati dan ini hanya ragaku saja?" Suara yang kemudian mengaku dirinya Dewa itupun mengangguk. "Apa yang membawaku tadi malaikat kematian?"
"Benar sekali, aku yang menyuruhnya membawa dirimu ke tempat ini. Tempat yang sebenarnya tidak semua orang bisa berada di sini, tergantung tempatnya juga. Kadang berwarna biru, merah, putih, hitam atau warna tosca dan polkadot."
"Apa itu seperti sebuah patokan sesuatu? Misal warna putih untuk orang berhati lembut dan suci, kemudian yang hitam untuk sebaliknya?"
"Tidak. Aku hanya ingin ganti suasana saja, bosan kalau hanya itu-itu saja," kata si dewa yang membuat Roma berpikir itu hal yang aneh.
"Lalu sebenarnya apa yang aku lakukan di sini? Katamu tidak semua orang ada di tempat ini? Berarti aku terpilih, bukan?" tanya Roma lagi. Kini semakin banyak dengan pertanyaannya.
"Kau terlalu banyak menonton film fantasi, tetapi itu memang benar. Kau salah satu orang yang beruntung dan terpilih untuk mendapatkan hidup kembali setelah mati, bukan reinkarnasi, tetapi jiwamu akan berpindah ke bumi lain."
Roma yang mendengar si Dewa mengatakan itu hanya diam saja. Apa yang terjadi padanya begitu cepat hingga ia bingung apakah itu nyata atau sekedar mimpi?
"Apa kau setuju dengan hal itu?" sambung si dewa sambil bertanya.
Roma masih berpikir terus menerus, ia memang akan mati di bumi miliknya dan akan hidup kembali. Sebenarnya itu yang ia inginkan selama ini, bahkan sebelum kematiannya ia berharap memiliki kehidupan yang jauh lebih menyenangkan daripada apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya.
"Apa ini bukan mimpi? Aku tak ingin berharap lebih jika ini bukan nyata." Roma mengatakan hal itu dengan ragu.
"Kau ingat terakhir kali dengan tubuhmu yang terpanggang dan bertumpuk baja? Dengan keadaan seperti itu mana mungkin kau masih bisa bermimpi."
Benar apa yang dikatakan si dewa itu, seharusnya Roma tak usah terlalu pikir panjang tentang itu.
"Baiklah. Kalau begitu aku harus melakukan apa?"
Kemudian Dewa itu mengatakan untuk memberikan tugas pada Roma untuk mengumpulkan 12 Cincin Bintang yang tersebar di seluruh penjuru dunianya yang baru.
Kedua belas cincin itu memiliki kekuatan yang begitu hebat dan menjadi rebutan banyak makhluk, diantaranya manusia, iblis dan monster.
Selain itu Roma juga mendapatkan sebuah sistem maha kuasa yang akan membantunya dalam menjalankan semua tugas yang ada.
Roma setuju dengan hal itu. Lalu si dewa memintanya untuk menutup mata seperti sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Stephen O
tubuh sama raga itu bukannya sama?
2023-02-04
0
𝙍𝙮𝙪𝙪 𝘼𝙯𝙖𝙩𝙝𝙤𝙩𝙝
... Ilustrasi karakternya mana? Udah bagus awal awalnya
2023-01-31
2
Rizki Al-Mubarok
Penulis fantasy adalah kang halu yang sesungguhnya, karena latarnya benar-benar hasil halu.
2023-01-27
1