Lama aku terdiam dan terus menatap wajah Serli, aku kembali mencoba bertanya untuk memastikan benar atau tidaknya hal yang diutarakan oleh Serli padaku.
"Jadi maksudmu, kau mencurigai bahwa kecelakaan saat itu adalah sebuah rencana yang disengaja oleh seseorang untuk membunuh keluargaku?" tanyaku memastikan,
"Iya, aku juga curiga pada kedua orangtuaku terlebih atas apa yang mereka lakukan padamu dan enam bulan yang lalu" jawab Serli dengan sorot mata yang begitu yakin,
"jika semua itu benar aku masih tidak percaya kenapa kau memberitahuku semua ini, mereka adalah kedua orangtuamu sedangkan aku adalah orang yang mereka benci, meski aku tidak tau mengapa mereka tiba tiba seperti ini" balasku mencari alasan mengapa dia seperti berpihak padaku,
"Arisha, apa kau lupa kita tumbuh bersama sejak kecil dan aku juga lebih banyak menghabiskan waktu bersama nenekku, lagipula meski mereka kedua orangtuaku jika mereka memang salah bagaimana mungkin aku menutupi apalagi membelanya" ucap Serli berusaha meyakinkanku,
"Tapi aku masih ragu padamu" jawabku yang tetap merasakan kecurigaan padanya,
"aku tau pasti sulit untukmu mempercayai aku, tapi aku janji akan membantumu mencari kebenarannya, meski itu baru dugaanku aku akan mencari tau lebih dalam lagi" ucap Serli sambil memegang kedua tanganku dengan erat.
"akan aku tunggu apa kau bisa membuktikannya atau tidak" ucapku sambil melepaskan genggaman tangan Serli dan pergi meninggalkannya.
Aku menaiki tangga dan melihat Serli yang berlenggang pergi keluar dari rumah dengan wajah yang lesu, aku sebenarnya tau dia mengatakan yang sejujurnya namun aku tetap belum bisa menerima dia karena dia anak dari paman dan bibi yang merupakan dalang dari kecelakaan dan kematian kedua orangtuaku, terlebih jika semua yang telah dikatakan oleh Serli benar aku akan semakin sulit menerimanya menjadi sahabat atau bagian dari saudaraku lagi.
"Maafkan aku Serli, saat ini aku belum bisa menerima kamu lagi" ucapku pelan dan kembali bergegas ke kamar untuk beristirahat.
***********************
Di sisi lain Serli yang baru saja pulang ke kediamannya dia mendapatkan tatapan tajam dari kedua orangtuanya dan mereka nampak membenci Serli.
"Serli darimana kau?, semalam ini baru pulang" tanya ayahnya dengan nada yang tinggi,
"aku hanya berjalan jalan saja" jawab Serli sambil berjalan menuju kamarnya.
Saat hendak masuk ke dalam kamar tangan Serli ditarik sangat kuat oleh ibunya sendiri dan diseret hingga ke ruang tengah tepat di samping sofa, Serli nampak hanya diam dan pasrah dia seperti sudah terbiasa menerima perlakuan kasar dari kedua orangtuanya sendiri.
"Serli mulai bulan depan kau harus bekerja di bar milik teman ibu, kau harus bekerja untuk menghasilkan uang, kau paham!!" teriak sang ibu sambil mencengkram kuat dagu Serli.
"ciiihhh, aku tidak sudi menghasilkan uang ditempat kotor seperti itu, terlebih jika itu untuk manusia bejat seperti kalian!!" jawab Serli sambil mencipratkan ludah ke arah ibunya,
"dasar anak tidak tau diri, harusnya kau berterimakasih kami mau mengadopsimu dan membiayai hidupmu selama ini, anak sialan, plakkkk..." pungkas sang ibu sambil menampar pipi kanan Serli hingga meninggalkan bekas merah.
Mereka meninggalkan Seri begitu saja setelah memperlakukannya begitu buruk, sedang Serli berdiri tegak dan hanya mengusap pipi bekas tamparan dari sang ibu sekilas dengan tangannya, dan dia hanya menaikkan sebelah sudut bibirnya lalu masuk kedalam kamar, tergambar sangat jelas dendam dan kebencian di dalam wajah Serli pada kedua orangtua angkatnya, yah rupanya mereka adalah orangtua angkat Serli, dia diadopsi sejak bayi karena ibunya melahirkan dia diluar nikah, dia hanya dirawat oleh neneknya yang sudah tua dan renta sampai akhirnya harus diadopsi oleh sepasang suami istri yang tidak bisa memiliki anak karena mandul, awalnya Serli mengira mereka adalah orangtua kandungnya sampai ketika dia semakin dewasa perlakuan mereka semakin kasar dan selalu memperlakukan dia seperti seorang pembantu, merasa aneh dengan perlakuan orangtuanya sendiri, Serli mencari tau semua kebenaran dan dia menemukan sebuah map berisi surat adopsi dirinya belasan tahun yang lalu.
Ayah dan ibu angkatnya yang mengetahui Serli telah mengetahui identitas aslinya mereka malah semakin menjadi jadi dan terus memperlakukan Serli seenaknya, itu juga yang membuat Serli pergi dari rumah dan mencari keberadaan nenek kandungnya sampai dia berhasil mendapatkan alamatnya, semenjak itu dia memutuskan untuk menetap dirumah neneknya, sejak SMP hingga lulus SMA Serli tinggal bersama neneknya sampai neneknya meninggal dunia dan tepat enam bulan yang lalu Serli terpaksa harus kembali ke rumah yang bak neraka baginya, karena hanya dengan itu dia bisa menyambung hidup setidaknya mendapatkan tempat tinggal untuk sementara waktu.
Meski awalnya kedatangan Serli disambut dengan baik oleh kedua orangtua angkatnya, namun saat mereka mengetahui kalau Serli memergoki mereka yang tengah mengotak ngatik mobil keluarga Arisha mereka menjadi begitu sensitif dan selalu mencurigai Serli yang tidak masuk akal, mereka juga selalu menyuruh Serli untuk bekerja dan menghasilkan uang untuk mereka selama enam bulan ini dengan alasan untuk membayar biaya rumah sakit Arisha, ditambah dia diperlakukan kembali layaknya pembantu di rumah itu, dia jarang diberi makan, sekalinya mendapatkan makanan itu hanya makanan sisa dari kedua orangtuanya.
Serli yang sudah biasa menerima semua ini dia tak lagi menangis ataupun terpuruk dia hanya bersikap seperti biasa dan segera mengobati lukanya lalu dia membereskan semua pakaian yang dia punya untuk pergi dari rumah itu, Serli keluar dari sana secara diam diam dan dia kembali mendatangi rumah Arisha ditengah malam, Serli tau Arisha masih sangat membencinya namun dia tidak memiliki tujuan lain selain pada Arisha dia sama dengan Arisha tidak memiliki keluarga dan harus hidup menderita sendirian namun bedanya Serli sudah terbiasa mendapatkan semua penderitaan itu sejak masih remaja, tapi Arisha baru mendapatkannya saat ini, jadi Serli pikir wajar saja jika Arisha begitu membencinya karena dia mengira bahwa dia bersekongkol dengan kedua orangtua angkatnya, bahkan Arisha tidak mengetahui bahwa Serli bukanlah anak kandung dari paman dan bibinya.
Serli menguatkan dirinya dan mulai menekan bel juga mengetuk pintu rumah Arisha. Arisha keluar dari kamarnya dan membuka pintu dengan kesal.
"Siapa yang bertamu ditengah malam begini!" ucap Arisha sambil mengucek matanya,
Serli yang melihat Arisha membukakan pintu untuknya dia langsung memeluk Arisha dengan erat dan tanpa sadar menjatuhkan air mata yang selama ini dia pendam, Arisha kaget dan dia berusaha melepaskan pelukan Serli dari tubuhnya namun Serli memeluknya begitu erat sehingga dia hanya bisa pasrah dan terdiam.
"Serli apa apaan kau ini, lepaskan aku! mau berapa lama kau memelukku ditengah pintu seperti ini!" ucapku yang mulai kesal,
"tolong percaya padaku Arisha, aku tidak sama dengan mereka, aku akan menjelaskan lagi semuanya mengenai siapa aku sebenarnya" ucap Serli dengan deraian air mata.
Aku tidak tega melihat Serli menangis seperti itu, ditambah dia yang membawa koper dan bekas tamparan di pipinya membuatku memikirkan banyak pertanyaan, akupun membawanya masuk ke dalam rumah dan memberikannya segelas air putih untuk dia menenangkan diri, sebelumnya sangat jarang aku melihat Serli menangis, meski kami tumbuh bersama dan bersahabat sejak kecil namun aku tau Serli selalu menyembunyikan kesulitannya dari semua orang berbeda denganku yang selalu menceritakan apapun padanya, aku berusaha bertanya namun sebelum aku bertanya Serli sudah mendahuluiku dan menceritakan semua kejadian yang dia alami malam itu di rumah kedua orangtua angkatnya, dia juga memberitahuku mengenai rahasianya selama ini.
Hingga tak sadar aku juga ikut menangis mendengar semua perjalanan dan penderitaan yang Serli lalui, selama ini aku pikir Serli yang memilih tinggal bersama neneknya karena dia ingin mandiri dan hidup menghabiskan waktu untuk merawat neneknya yang sakit sakitna, namun ternyata ada cerita pilu dibalik semua itu, aku bahkan tidak pernah tau kalau Serli ternyata bukan sepupuku, meski begitu aku tetap akan menganggapnya saudaraku.
Aku memeluk Serli dan ikut menangis bersamanya aku juga meminta maaf atas apa yang sudah aku lakukan pada dia sebelumnya.
"Serli maafkan aku, aku tidak tau kau sudah melawati banyak kesulitan selama ini, dan aku berterimakasih karena kamu mau merawatku saat aku dirumah sakit" ucapku sambil memeluknya dengan erat.
"Serli, mulai saat ini kamu akan hidup bersamaku, kita adalah saudara dan kita akan menghadapi semua bersama, dan jangan merahasiakan apapun lagi dariku" ucapku memperingati Serli,
"jadi apa sekarang kamu sudah memaafkanku?" tanya Serli,
"tentu saja aku memaafkanku Serli" jawabku dengan melemparkan senyum kebahagian.
Malam itu aku bahagia setidaknya aku mengetahui sebuah rahasia besar yang menjadi alasan mengapa aku harus percaya sepenuhnya pada sahabatku, paman dan bibi yang seharusnya menjadi tempat persinggahan sebagai pengganti ayah dan ibu justru dengan tega melakukan semua ini padaku, mereka bahkan berbohong mengenai biaya rumah sakitku, aku sungguh menyesal mengapa saat itu aku tidak mempercayai Serli dan malah membencinya tanpa memberikan kesempatan untuk dia menjelaskan.
Semenjak saat itu aku memulai hari hari bersama Serli, kami terus bekerja dan mendapatkan uang untuk membayar tunggakan pada penggadaian, Serli selalu membantuku mulai dari membantuku mendapatkan pekerjaan sampai ikut menyisihkan uangnya untuk melunasi rumahku, hari hari berlalu dengan damai, paman dan bibi yang sudah mendapatkan uang dengan jumlah yang banyak dari hasil menipuku, mereka malah asik berpoya poya dan pergi berlibur ke beberapa tempat, aku kesal karena harus mendapatkan informasi kebahagiaan mereka, aku benci dan semakin mendendam pada mereka.
Tepat pagi itu aku hendak pergi ke cafe tempatku bekerja seperti biasa, aku pergi menggunakan sepeda motor berboncengan dengan Serli, di tengah jalan tidak sengaja aku berpapasan dengan bibiku yang berpenampilan begitu glamor dan menggunakan barang barang mahal di sekujur tubuhnya, dia bahkan masih berani menyapa kami dan menghentikan aku yang tengah mengemudi.
"Eh..eh...eh..berhenti! kemari, lihatlah aku sudah kaya sekarang, hah kalian ini malah melarat seperti ini kasihan sekali, dan kamu Serli coba saja kamu masih menjadi putriku kamu tidak akan menderita seperti itu hahaha" ucapnya mencemooh aku dan Serli.
"Ya...ya....ya, terserah kau saja dasar pembunuh!" ucapku kesal dan melajukan sepeda motorku sambil sengaja ku kenakan pada genangan air bekas hujan, sehingga mengenai pakaian mahal bibiku itu dan membuatnya kesal.
"Hahahaha....rasakan itu dasar manusia jahat hahaha" tawaku bersama Serli melihat kekesalan bibiku sambil membersihkan pakaiannya yang kotor.
Aku sangat senang bisa membuatnya kesal, setidaknya sedikit dendamku sudah tersalurkan meskipun itu bukan apa apa daripada apa yang sudah dia lakukan padaku dan Serli sebelumnya.
"Arisha.....seharusnya kamu tidak perlu melakukan hal tadi pada bibimu" ucap Serli yang membuatku terheran,
"kenapa tidak boleh dia itu pantas mendapatkan hal yang jauh dari yang tadi aku lakukan" ucapku merasa heran,
"kalau kau membalas orang jahat dengan dendam serta kejahatan itu hanya akan membuatmu sama dengan mereka" ucap Serli yang menyadarkanku.
Aku terdiam dan mengangguk setelah mendengar ucapan Serli, aku sadar aku telah banyak berubah tapi semua perubahanku ini karena mereka yang membuatku harus menjadi kuat, aku tidak bisa terus menjadi baik dan lemah seperti Serli, karena pada faktanya yang lemah hanya akan terus ditindas dan mendapatkan penderitaan, sedangkan aku menolak untuk mendapatkan penderitaan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments