"Dari Ba ba li." Chiyo yang cukup tergagap saat mengatakan nya. Karena nama Bali terbilang populer dan bahkan Chiyo pernah datang kesana namun saat masih kecil.
"Bali? Astaga...pantas saja, wajah kamu mirip-mirip bahkan serupa dengan Akira."
Chiyo tersenyum ragu dan mendelik seketika kala Tama menyebut nama Akira. "Akira?"
"Iya, Akira itu juga orang Bali, perantau dia di Jakarta ini." Tama yang kemudian merebahkan punggung nya begitu saja pada kasur nya.
Sementara Chiyo, Chiyo hanya akan susah beradaptasi dengan kebiasaan Tama yang sepertinya jorok. Bayangkan saja! Boxer berwarna warni, dari warna terang hingga warna gelap dari seorang Tama tergeletak dimana-mana.
"Hai Tama..." sapa mami Reina yang berdiri di ambang pintu kamar kost milik Tama yang kemudian ternganga melihat ketampanan Chiyo yang paripurna. "Dia siapa Tama?"
"Oh, dia teman baru ku mami, dia Chiyo."
"Oh my God Tama, tampan sekali dia." Mami Reina mencoba masuk ke kamar Tama dan berusaha menyentuh wajah mulus Chiyo, namun dengan cepat dia menghindar.
"Chiyo, don't be afraid of me! Aku tidak akan memakan mu sayang." Gaya bicara mami Reina yang terbilang berani dan terlihat menggoda apalagi berpakaian seksi dengan rok mini berikut tank top yang melekat menutupi bagian tubuhnya.
Berbeda dengan Tama yang semakin beriak tawa menyaksikan Chiyo yang ketakutan dan geli melihat mami Reina. Tama seolah sudah biasa melihat pemandangan dengan beragam cewek-cewek seksi dari yang berbuah dada sebesar melon hingga sebesar buah jeruk medan.
"Kamu tenang saja Chiyo, mami Reina nggak nggigit kok!"
Namun begitu Chiyo tetap tidak mau mendekat dan mami Reina pun akhir nya mengambil boxer berwarna pink cerah yang tergeletak begitu saja di atas lantai. "Ih...jorok sekali kamu Tama!" Mami Reina yang kemudian melempar boxer tersebut tepat di atas wajah Tama. "Chiyo...muach." Gaya bibir sensual mami Reina yang membuat Chiyo semakin bergidik ngeri.
Dan itu malah menjadi tontonan asyik buat Tama yang sejak tadi tidak basa-basi untuk tertawa.
Alhasil mami Reina keluar. Dan Chiyo melempar bantal tepat di badan Tama karena kesal. Bukan malah membantu mengusir mami Reina, Tama malah asyik tertawa.
Begh
"Hahaha..." suara Tama yang semakin menggema. Karena bertambah satu teman dalam kamarnya, pastilah akan dimulai cerita.
.
.
Malam pun akhirnya tiba. Hingga Chiyo merasa tidak enak hati saat Tama membayar makanan nya lagi. Dia bisa mengerti, berapa gaji yang di dapat Tama yang hanya staf biasa di Hanzo Market. Pastilah hanya cukup untuk biaya makan dan kebutuhan dia sendiri sehari-hari.
"Tama, aku janji setelah mendapat gaji. Aku akan lunasi semua biaya makanku dan biaya tidur ku ke kamu."
"Tenanglah Chiyo!" Tama yang kemudian menepuk punggung Chiyo meskipun dalam hatinya resah juga, karena sebagian uang nya telah ia kirimkan untuk ibu nya.
Namun setelahnya mereka kembali mencari makan malam, keduanya dikejutkan dengan teriakan amarah dari mami Reina.
"Pergi kau! Dasar modal singkong kebun doang!" Bersamaan dengan satu persatu sandal dan sepatu mami Reina, dari yang sepatu olahraga hingga seperti sepatu pesta dengan hells tinggi nya melayang ke udara berusaha menghantam itu pria yang tengah lari tunggang langgang dengan kemeja berantakan dan memegang celana jeans dan membenahi ikat pinggang.
Membuat Tama tertawa terpingkal namun tidak pada Chiyo yang tidak tentram dan kurang nyaman jika melihat mami Reina.
"Kemana pria itu?" tanya mami Reina dengan nafas engos-engosan. Belum lagi pakaiannya yang tidak pernah sopan dan selalu menantang.
"Ya pergilah mami. Kenapa? Mami di kibulin lagi?" tanya Tama seolah sudah terbiasa mendengar dan melihat tingkah mami Reina yang seperti itu.
" Awas saja Tama, kalau aku ketemu dia lagi. Aku pites-pites dia!" geram mami Reina yang terdengar dari intonasi bicara nya.
Sedangkan Tama sejak tadi hanya tertawa, sementara Chiyo hanya diam dan langsung masuk kamar.
"Chiyo, good night..." Mami Reina bahkan sampai menjulur-julurkan lidah dan dimainkannya itu lidah yang membuat Chiyo yang melihatnya bertambah geli ke arah ngeri.
.
.
"What?" pekik Chiyo langsung jenggirat terduduk di atas tempat tidur saat Tama memberi tahu jika mami Reina adalah seorang pria melambai. "Oh my God." Chiyo yang susah sekali menelan ludahnya. Merasa tidak percaya karena mami Reina terlihat begitu cantik seperti layaknya seorang perempuan seksi dan menggoda.
Maka dari itu, setiap pria yang kencan kepada nya merasa tertipu karena singkong bertemu dengan singkong dan tentulah yang singkong waras lari terbirit-birit setelah tahu jika mami Reina ternyata seorang pria.
Hanya jurus mengandalkan operasi bagian dada yang segede semangka kebun dan permak wajah sana-sini, mami Reina dapat mengelabuhi para pria yang kurang dimanja istrinya.
Hidup di Jakarta tidak semudah yang dibayangkan oe. Tidak ada penghasilan, tamatlah jadi gelandangan jalan.
"Apa itu berisik?" teriak yang sedang digosipin malam karena kamar mereka tetanggaan.
"Meong..." Tama yang menirukan suara kucing jantan.
"Tama..." Sahut lagi dari kamar sebelah yakni kamar mami Reina.
"Sudah kita tidur yuk!" Tama yang main merentangkan tangan saja mengajak Chiyo tidur.
Namun Chiyo malah memandangi Tama, yang sudah merebah, takut jika ternyata Tama juga seorang pria melambai dan pastinya itu berbahaya demi kelangsungan hidup Chiyo ke depan nya.
"Tenang saja! Aku bukan seperti mami Reina." Bersamaan dengan terbuka nya mata dari Tama dan kagetnya Chiyo seolah Tama tahu apa yang tengah dipikir kan nya.
"Kalau kamu risih tidur dengan ku. Kamu bisa tidur di bawah."
Membuat Chiyo tetap diam sementara Tama melanjutkan tidur nya. Dan benar saja, baru beberapa menit. Tama begitu mudah terpejam padahal nyamuk di dalam kamar sangatlah banyak.
Bahkan sejak tadi dia tidak berhenti mengusir nyamuk yang berusaha memberi jejak pada kulit mulus nya. Namun tidak pada Tama, dengan bertambah nya jam, Tama malah semakin pulas dan mendengkur keras yang menandakan dia sudah bermimpi jalan-jalan ke air terjun Niagara.
"Tam, Tama..." Chiyo yang berusaha memanggil nya untuk bertanya tentang selimut tebal sebagai alas tidur di bawahnya. Namun Tama tidak mendengarnya dan Alhasil Chiyo berusaha mencari sendiri di manapun berada namun dia tidak berhasil menemukannya.
Chiyo yang tidak bisa tidur karena Tama semakin malam semakin menjadi mendengkur nya. Membuat dia susah tidur dan akhirnya meringkuk di atas lantai sampai pagi.
Sampai dimana cahaya menyilau lewat celah-celah jendela dan membuat keduanya terbangun karena mau masuk kerja.
"Jadi kamu semalam tidur di bawah." tanya Tama yang padahal tahu dan kasihan melihat Chiyo si tampang orang kaya itu meringkuk tidur di atas lantai.
"Kamu mendengkur, aku tidak bisa tidur."
"Yasudah lah, sekarang mandi. Cepat! Keburu antri."
Chiyo yang kemudian tergesa menuju kamar mandi di ujung timur dari kamar nya dan beruntung belum ada yang mandi. Namun ketika masuk, Chiyo benar-benar ingin muntah ketika melihat hajat entah siapa yang belum tuntas dan masih tersisa di closet.
Hingga dia menutup kedua mata dan memberikan air yang banyak pada itu closet tanpa membuka mata nya.
Punggung Chiyo yang melemas dan bersandar pada dinding kamar mandi. Bola mata nya berkaca-kaca mengingat semua hal saat dirinya di Jepang. Dia bahkan tidak membayangkan jika akan seburuk ini hidupnya kini. Jujur dia tengah menjerit memanggil nama mommy nya.
Mommy
bersamaan dengan tetesan bulir jernih yang berhasil mengaduk-aduk perasaan nya. Rasanya ingin bersujud meminta maaf pada Daddy Kenji dan mencabut hukuman nya untuk membawanya kembali ke negeri sakura.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments