Satu Kost Bersama Tama

"Hem enak, ini sangat enak." Chiyo yang langsung memasukkan tahu berontak isi daun ketela pedas itu dengan rakus ke mulut nya.

Mengalihkan Tama dari kedua matanya yang mulai perlahan meneliti ujung rambut hingga ujung kaki nya. Sampai dimana Tama sudah melupakan apa yang akan diucapkan nya.

"Enak kan?" tanya Tama guna memastikan jika tahu berontak yang dijual temannya sangatlah enak gila.

Chiyo mengangguk berulang dengan mulut yang penuh dengan tahu yang menurutnya rasa dari isi tahu tersebut sangatlah pedas dan membakar lidahnya.

"Uogh..." Karena Chiyo tidak tahan, Chiyo pun memuntahkan makanan yang sejak tadi dia sengaja tahan karena tidak enak hati dengan Tama. "Huh...hah! Pedas sekali ini Tama." Chiyo dengan mengibaskan tangan di dekat area mulutnya.

"Minum ini!" Tama memberikan segelas es cincau yang dibelinya baru saja di stand minuman dengan begitu heboh pula karena Chiyo juga sangat heboh dengan rasa pedas gila dengan level yang entah berapa.

Maklum, mulut dan perut Chiyo tidak pernah sejak kecil makan yang namanya tahu berontak apalagi dengan isian daun ketela pedas pula. Yang ada, sejak kecil perutnya sudah terbiasa dengan makanan khas Jepang seperti sushi, ramen dan aneka daging-dagingan.

"Astaga Chiyo..." Tama melihat jika Chiyo dengan sekejap menghabiskan es cincau dengan gelas plastik bening ukuran besar itu.

"Kenapa melihat ku seperti itu?"

"Kamu haus?"

Chiyo pun mengangguk malu. Karena sebenarnya dia bukan haus saja, melainkan juga lapar.

Tama kemudian mengajak Chiyo untuk makan. Dan apa yang terjadi? Chiyo makan mie instan sebanyak lima bungkus dan habis dengan sekejap pula karena saking laparnya.

Namun pandangan Tama yang sejak tadi ingin bertanya namun selalu lupa. "Itu koper kamu?"

Chiyo mengangguk setelah meneguk es jeruk yang dipesan kan Tama untuknya.

"Sebentar-sebentar! Jangan bilang kalau kamu baru datang dari Jepang?" Wajah serius Tama yang padahal dia asal menebak dan setelahnya dia tertawa terbahak, begitu juga dengan Chiyo yang awalnya menanggapi serius kemudian ikut tertawa juga.

"Eh, tapi benar lho. Kalau wajah mu itu seperti orang kaya." Tama yang melanjutkan gurauan nya yang padahal benar ada nya.

Sementara Chiyo menyentuh tulang rahang nya bergantian. "Kalau aku kaya, bukankah seharusnya aku tidak ada di depan mu? Membayar makanan dan minuman itu saja aku tidak mampu. Bahkan malam ini, aku tidak tahu akan tidur dimana?"

"Hahaha, benar juga ya. Wajah mu saja yang tampang seperti orang kaya. Namun kantong mu, kering kerontang...Hahaha." Dengan gaya bicara Tama yang membuat Chiyo tersenyum pahit. Sementara Tama semakin terbahak.

"Kalau begitu, untuk sementara kamu tinggal bersama ku. Kita satu kost. Sampai dimana kamu mendapat gaji pertama dan setelah itu, terserah kamu. Mau ngekost sendiri atau tetap tinggal satu kost dengan ku."

Membuat mata Chiyo berbinar terang. Seperti menemukan oase di padang tandus nya gurun pasir. "Benar Tama?"

"Iya, aku serius. Lagi pula ini sudah hampir petang. Kamu mau tidur dimana? Di emperan depan Hanzo Market?"

Chiyo yang geleng-geleng kepala dengan wajah melas.

"Kalau begitu ayo! Let's go!" Keduanya yang bangkit dari kursi warung dan Tama membayar makan mereka berdua yang kemudian pulang ke kost nya.

Sementara dua bola mata Chiyo berkaca-kaca, karena merasakan cukup susah juga ternyata mencari uang untuk sesuap nasi demi perut terasa kenyang.

Sedangkan sebelumnya. Dia dengan mudah mengabiskan lembaran-lembaran kertas bernilai tanpa pikir panjang untuk sesuatu yang tidak penting.

"Chiyo! Buruan!" panggil Tama karena Chiyo berjalan seperti keong dan sangat lamban.

"Tunggu!" Chiyo yang kemudian berlari guna mengejar Tama. Keduanya pun terlihat dekat meskipun mereka baru mengenal dalam sehari itu.

"Kita sudah sampai! Dan semoga kamu betah di kost ku Chiyo."

Chiyo hanya terdiam dan menggaruk area pelipis nya. Berharap dia betah meskipun sudah dapat ditebak nya jika kamar kost Tama tidak lah terlalu luas.

Ceklek

Tama yang membuka daun pintu kamar kost nya.

Dan benar saja, hanya ada satu tempat tidur ukuran 120x120 cm dan juga kipas angin. Meja untuk meletakkan barang-barang dan lemari pakaian kecil yang entah bagaimana Tama meletakkannya hingga membuat mata Chiyo sakit.

Bagaimana tidak? Semua baju-baju Tama bahkan berserak di atas kasur nya dan penuh sesak rasanya dengan hanya ada barang-barang tersebut. Hanya ada space kecil di dekat kasur dan sepertinya untuk duduk dua orang menikmati makan di lantai dengan menatap pintu. Namun untungnya ada jendela kamar yang lumayan buat bernafas dan berganti udara setiap hari nya.

"Mau berdiri saja? Masuk!"

Chiyo yang melepas sepatu pantofel mewahnya dan lagi-lagi Tama mendelik ternganga hingga duduk dan menyungging guna melihat itu sepatu yang terlihat berharga lebih dari nya.

Chiyo yang sadar jika sepatu mahalnya itu mencuri perhatian Tama.

Tama yang mendongak menatap wajah datar Chiyo, sementara Chiyo membungkuk guna melepas sepatu pantofel nya yang sejak tadi menyilaukan kedua mata Tama.

"Katamu kamu tidak punya uang, lalu ini apa?" Tama yang memegang sepatu pantofel Chiyo dengan bertuliskan brand ternama dan dia yakin jika di Plaza Indonesia, sepatu Chiyo adalah sepatu yang biasa digunakan oleh kalangan sosialita. Kalangan berduit tebal dan bukan kalangan seperti dirinya yang bekerja sebagai staf Meat di Hanzo Market.

Chiyo sebenarnya gugup, gugup jika Tama mengetahui identitas dirinya sebenarnya. Namun dengan cepat dia berusaha keras berbohong kepada Tama. "Oh, ini adalah sepatu mahal yang dibelikan Daddy, maaf maksud ku ayah ku dengan harga diskon besar-besaran." Cukup masuk akal alasan Chiyo, meskipun Tama meragu dan berdiri kembali seraya memperhatikan teman baru nya itu. "Hahaha...kamu bahkan akan banyak melihat baju diskon dan celana diskon ku dari brand-brand ternama lainnya di dalam koper," imbuh Chiyo yang mendudukkan pantat nya pada kasur tipis di depan nya.

"Oh ya?" Tama seraya memegangi janggut nya dan memainkan jari telunjuk nya. Memperhatikan Chiyo yang 360° berbeda dengan penampilan nya. Tama langsung menarik dan mengelus lengan Chiyo dengan dua jari yakni telunjuk dan jari tengahnya dari atas ke bawah.

Yang jujur membuat Chiyo terkejut hingga menarik kepalanya dari posisi semula.

Belum lagi setelah itu, Tama menyentuh kan telapak tangan nya, yang bahkan tidak cuci dari makan apa saja yang sejak tadi di masukkan ke dalam perut nya. Dari yang tahu berontak entah habis berapa, ditambah saat di warung depan Hanzo market yang masih memakan seputaran gorengan.

Dan sekarang tangan nya menyentuh pipi Chiyo yang terbilang bersinar, putih, bersih tanpa noda atau bekas jerawat atau apapun itu. Tama betul-betul memperhatikan dengan seksama hingga wajah keduanya bergeser ke kanan dan ke kiri, karena Chiyo menghindari Tama yang begitu seksama menelisiknya.

Tama yang akhirnya kembali berdiri tegak. Mengacak kasar rambutnya karena tidak tahu harus berkata apa. Hingga akhirnya dia bertanya. "Dari mana kamu tadi?"

"Dari..." Chiyo yang belum melanjutkan jawaban nya.

Kalau aku bilang dari Jepang dan dihukum oleh Daddy. Aku sendiri juga tidak tahu sampai kapan aku di sini.

Yang ada mereka pasti akan tertawa, karena dikira aku halu. Bahkan bisa-bisa dianggap gila oleh mereka.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!