"Aku harus segera pulang." Mereka akhirnya berpisah, Frans mengantarkannya hanya sampai di jalan besar. Lalu Nayra berjalan kaki memasuki komplek perumahan yang elit.
"Nayra, darimana saja kamu?" tanya Dara yang melihat Nayra masuk melalui pintu belakang.
"Aku habis dari rumah." Nayra tampak buru-buru, ia harus segera ke kamar. Pandangan pelayan tak lepas pada Nayra, mereka berbisik mengatakan Nayra yang sombong pasca menikah dengan Erland. Bahkan senyuman ramahnya kini tak lagi terlihat.
Di dalam kamar, Erland sedang bersender di ranjang. Saat melihat Nayra sudah kembali, Erland menyuruhnya untuk membuatkan jus.
"Nayra, kamu sudah pulang?" Ia bertemu Rhianna saat ia sedang berjalan.
"Iya, Ma." Panggilan itu atas permintaan Rhianna. Nayra sudah menjadi putrinya, jadi Nayra berhak memanggilnya dengan sebutan Mama.
"Kamu mau kemana? Jika perlu apa-apa, suruh saja pelayan." Ucapan Rhianna membuat pelayan yang sedang bersih-bersih seketika menghentikan aktivitasnya. Ia merasa iri dengan Nayra yang sekarang menjadi Nona di rumah.
"Tuan Erland meminta saya untuk membuatkan jus, Ma," jawabnya.
"Loh kok masih manggil Tuan. Kan kalian sudah suami istri." Tanpa pikir panjang Rhianna langsung menghampiri putranya. Tidak terima jika menantunya masih menganggap Erland sebagai majikan. Mereka sudah suami istri, seharusnya hubungan mereka sudah berbeda.
"Ma ...." panggil Nayra tapi Rhianna tak menghiraukan. Kini ia bingung harus menyusul mertuanya atau membuatkan jus.
"Nayra, kamu beruntung sekali." Seorang pelayan senior menghampiri Nayra. Entah apa yang dilakukan Nayra sehingga nyonya besarnya menyukai Nayra. "Sebenarnya rencana kamu apa sih?" selidiknya. Nayra dibuat bingung dengan pertanyaan itu, ia tidak tahu kenapa sikap pelayan di rumah terasa berbeda saat ia sudah menjadi istri Erland.
"Iya, Nayra. Kamu pasti ada maksud tertentu." Pelayan yang lain ikut memprovokasi. Mereka menatap sinis Nayra.
"Hey, kenapa pada kumpul di sini! Ayo kembali ke kerjaan masing-masing." Bi Har datang, ia merupakan pelayan senior yang bisa dibilang sering menjadi tangan kanan Rhianna.
"Jangan dengerin kata mereka. Bibi yakin kamu anak yang baik." Wanita paruh baya itu menepuk punggungnya pelan, ia juga memberikan senyumannya yang tulus.
"Erland! Kenapa kamu masih memperlakukan Nayra sebagai pelayan? Dia sekarang adalah istrimu!" teriak Rhianna saat sampai di kamar putranya. Ia menatap Erland dengan tajam.
Kupingnya sakit mendengar teriakan Rhianna yang menggema.
"Erland?" Putranya tak kunjung menjawab. Erland seakan acuh.
"Iya, Ma. Dia sekarang istriku. Lagipula apa salahnya aku menyuruhnya membuatkan jus. Bukankah tugas seorang istri juga harus melayani kebutuhan suami."
Rhianna berjalan mendekat, lalu ia duduk di dekat ranjangnya. "Bukan itu, Erland. Kenapa Nayra masih memanggilmu dengan sebutan tuan. Apakah kalian belum memiliki nama panggilan sendiri?"
Erland memang melupakan itu, Nayra jelas masih memanggilnya dengan sebutan tuan. Karna mereka belum membicarakan soal hal ini.
Satu gelas jus sudah siap di atas nampan. Dengan hati-hati Nayra membawanya.
"Nayra, aku saja sini yang bawa." Dara menawarkan bantuan, ia tak mempermasalahkan Nayra yang menikah dengan Erland. Perlu diakui Nayra cukup cantik, jika dipoles sedikit mirip seperti seorang artis. Buktinya saat acara pernikahan kemarin, Nayra sungguh berbeda. Dia jauh kelihatan lebih cantik.
"Tidak usah, Dara. Pekerjaanmu juga masih banyak," tolak Nayra masih mempertahankan nampannya berada di tangannya. Tapi Dara yang kekeh ingin membawa nampan itu membuat Nayra akhirnya mengalah.
Mereka akhirnya berjalan bersama menuju kamar. Kini kamarnya tak lagi dibelakang. Seluruh barangnya sudah dipindahkan ke kamar ini.
"Nayra, walaupun kamu sudah menjadi seorang Nona. Kamu jangan pernah melupakan aku ya." Dara takut kehilangan sosok Nayra. Ia sudah nyaman berteman dengannya.
"Tidak akan pernah, Dara. Kita tetap berteman. Aku juga tidak membatasi hubungan pertemanan kita." Nayra tersenyum, ia tak mungkin berubah hanya karna menikah dengan Erland. Dia tetaplah menjadi sosok Nayra yang apa adanya.
Erland dan Rhianna serentak memandangi Nayra yang datang bersama Dara. Pelayan itu menaruh segelas jus di atas nakas lalu pamit pergi.
"Nayra, kamu ini kan sudah menjadi istri Erland. Jadi kamu jangan panggil Erland dengan sebutan tuan lagi." Nayra mengangguk, tapi ia bingung harus memanggilnya dengan sebutan apa.
Rhianna akhirnya keluar kamar. Ia meninggalkan suami istri itu berduaan di dalam kamar.
"Kamu ingat perjanjian kita. Dan jangan sampai mamaku mengetahuinya. Saat ada mama kamu harus memanggilku dengan sebutan Mas Erland."
Lagi-lagi Nayra hanya mampu mengangguk patuh. Tak ada perintah yang berani ia bantah. Ia harus menuruti semua permintaannya.
"Umur kamu berapa?" Tiba-tiba Erland menanyakan umurnya.
"26 tahun, Tuan," jawab Nayra. Ia sebenarnya malu jika membahas soal umur.
Tak sengaja ia menyemburkan jus yang baru ia minum karna terkejut mendengar jawaban Nayra.
"Ah gila. Jadi aku dan kamu umurnya tua kamu?" Erland tersenyum mengejek. Ia pikir umur Nayra jauh dibawahnya, ternyata ia lebih tua satu tahun dengannya. Tapi wajahnya tak memperlihatkan umurnya yang sudah matang.
"Kenapa, Tuan? Apa ada yang salah?" tanya Nayra tidak terima.
"Tidak." Erland menggeleng.
***
Berbekal sebuah alamat yang diberikan salah satu tetangganya. Pasangan suami istri itu berusaha mencari rumah dari alamat itu. Tepat di sebuah rumah mewah dengan gerbang yang tinggi, mereka berhenti. Menatap dengan takjub rumah besar itu.
"Benar ini, rumah nomer 251," ucap sang istri. Kepalanya melongok ke dalam lalu satpam yang berjaga langsung menghampiri keduanya.
"Maaf, kalian ini siapa? Ada perlu apa?" tanya satpam itu dengan tatapan tidak suka.
"Kami adalah Paman dan Bibi dari Nayra. Dia tinggal di sini, kan?"
Satpam itu mengangguk seraya berpikir. "Nayra yang baru saja menikah, kan? Istri dari tuan Erland."
Keduanya mengangguk bersamaan, lalu satpam membukakan pintu gerbang menyuruhnya untuk segera masuk.
"Wah, bagus sekali rumahnya. Pantas saja Nayra tidak mengundang kita. Ia pasti terlena dengan suaminya yang kaya," bisiknya pada sang suami.
Saat mereka masuk, ada seorang pelayan yang menyapanya dengan hangat. Yaitu Bi Har, ia menanyakan pada mereka ingin bertemu dengan siapa.
"Nayra. Nayra itu keponakan kami. Sudah lama kita tidak berjumpa," kata mereka sangat antusias.
Nayra yang sedang menyisir rambutnya dikejutkan oleh ketokan pintu. Ia baru saja bersantai setelah membantu Erland membersihkan diri. Bahkan dia belum sempat berdandan setelah mandi.
"Bi Har, ada apa?"
"Itu di ruang tamu ada paman dan bibi dari kamu, Nayra," ujar Bi Har memberitahu. Nayra heran, paman dan bibinya datang? Bukankah mereka mengatakan tidak mau ada sangkut pautnya dengan dia lagi. Paman dan Bibinya seakan lepas tangan dengan kehidupan dia dan Alvin.
"Paman, Bibi ...." Keduanya langsung memeluk Nayra dengan erat. Seakan meluapkan kerinduan yang mereka pendam selama ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sry Rahayu
aduh, pasti ni ada udang di balik bakwan..
2023-01-05
1
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Biasa Nayra, kamu udh menikah dgn orang kaya paman bibi mendekat, seperti semut akan mendekati gula
2023-01-05
0