Nayra menggeleng. "Tidak. Bukan karna itu." Dengan cepat Nayra melepaskan tangannya. Tak ingin ada orang yang melihat keduanya. Apalagi jika yang melihat adalah orang rumah, bisa-bisa Nayra dalam bahaya.
"Frans, aku mohon kamu pulang saja. Kita akan bicarakan ini nanti. Aku janji akan menemui mu secepatnya." Nayra mengusir Frans seraya mendorong tubuhnya untuk pergi.
"Janji ya? Aku tunggu." Frans mengedipkan matanya sebelah lalu tersenyum lebar sebelum meninggalkan kekasihnya sendirian di sana.
Saat ingin masuk lagi ke dalam gedung, Nayra menoleh ke kanan dan kiri. Saat situasi sudah aman, ia perlahan masuk ke dalam.
"Darimana saja kamu?" Tiba-tiba Erland sudah duduk di atas kursi roda. Nayra kebingungan untuk menjawab. Dan juga tak percaya bahwa Erland bisa naik ke kursi roda itu tanpa bantuannya.
"Tu-tuan, Anda—"
"Aku dari tadi memanggilmu. Tapi malah pelayan yang datang," ungkapnya dengan kesal.
Ia menghela napasnya, dalam hatinya syukurlah jika ada pelayan yang datang.
"Hey, jawab! Darimana saja kamu?" bentaknya.
Erland memang tak bisa berbicara lembut, ia selalu meninggikan suaranya. Nayra tidak bisa membayangkan apa jadinya pernikahannya nanti.
"Maaf, Tuan. Tadi saya keluar sebentar mencari angin."
Pria itu memandanginya dari atas sampai bawah. Ini pertama kalinya Erland melihat Nayra pakai baju bebas. Biasanya ia akan memakai pakaian khas pelayan saat bekerja di rumah. Bahkan rambutnya yang biasa diikat ke atas, kini dengan bebasnya digerai.
"Soal perjanjian tadi, kamu setuju, kan?" tanya Erland memastikan.
Nayra tanpa keraguan mengangguk. Baiklah dia akan jadi istri Erland selama setahun. Dan setelah itu dia bisa kembali ke pelukan Frans.
"Iya, Tuan. Saya menyanggupi perjanjian itu. Berarti itu artinya saya bebas—"
"Tidak! Kamu tidak akan bebas melakukan apa pun tanpa seijin ku. Karna apa yang kamu lakukan akan berdampak juga denganku. Jadi jangan coba-coba melakukan hal yang membuat reputasi ku hancur. Aku adalah seorang pengusaha yang cukup terkenal di kota ini, semua orang hampir mengenalku. Jadi, kamu juga harus bersikap yang baik saat berada di luar."
Wanita itu mengangguk patuh. Ia tahu, menjadi istri seorang pengusaha tak semudah yang ia bayangkan. Apa pun yang akan dilakukan nanti harus ia pikirkan matang-matang.
"Hm, baik, Tuan. Berarti tugas saya—"
"Tugas kamu masih seperti seorang pelayan. Dan kita punya batasan. Aku tidak mau tidur satu ranjang denganmu. Kamu tidur saja di bawah." Erland lagi-lagi memotong perkataannya. Begitu menyebalkan sekali.
"Hah? Apa? Selain pemarah dia juga sangat tega."
Dengan sabar, Nayra mengangguk. Tak apa lah tidur di bawah, lagipula ia sudah terbiasa tidur di bawah.
***
Pagi ini Nayra sudah membuat janji dengan Frans, setelah ia meminta ijin untuk keluar dengan alasan ingin menemui adiknya di rumah. Alvin memang masih tinggal di rumah, ia sendirian di sana. Setelah menemui Frans, dia juga akan ke rumah.
Sebuah cafe yang menjadi favorit mereka selama bertahun-tahun. Mereka sering berkunjung kemari. Tempatnya yang nyaman dan juga harga makanan yang murah menjadi pilihannya.
Cukup lama Nayra menunggu, hingga minuman yang ia pesan sudah hampir habis. Tak sabar ia menunggu kekasihnya yang memang sering sekali ngaret. Frans jarang sekali tepat waktu. Pria itu sering sekali membuatnya kesal.
Sosok pria bertubuh tegap masuk ke dalam cafe. Ia memakai jaket levis dengan rambut setengah berantakan. Sepertinya ia baru saja bangun tidur dan langsung menuju kemari.
"Lama sekali!" Nayra menyebikkan bibirnya. Ia tak punya banyak waktu. Apalagi meminta ijin pada Erland susahnya minta ampun.
"Maaf, sayang. Aku baru bangun tidur."
Dan benar saja, Frans selalu saja menggampangkan segala sesuatu. Bahkan bertemu dengannya tak membuatnya excited.
"Kamu sebenarnya sayang beneran sama aku gak sih? Kenapa kamu seakan menyepelekan hubungan ini?" tanya Nayra dengan raut wajahnya yang kesal. Bertahun-tahun mereka menjalani hubungan, tak pernah sekalipun Frans memanjakannya. Ia selalu saja bersikap cuek.
"Kamu tanya? Aku sayang sama kamu atau enggak? Sekarang yang gak sayang itu siapa? Aku atau kamu? Kamu tiba-tiba mengatakan akan menikah dengan pria lain secara mendadak. Yang merasa disakiti sekarang itu siapa?" Frans menggebrak meja dengan pelan. Ia menatap Nayra dengan matanya yang berapi. Jujur saja hatinya masih sakit menerima kenyataan yang ada. Tapi kecintaan Frans kepada Nayra seakan menutupi kekecewaannya yang besar.
"Aku tidak punya pilihan. Aku membutuhkan banyak uang untuk menyekolahkan Alvin," kata Nayra. Ia mengusap sudut matanya yang basah.
"Karna uang? Karna uang kamu rela menukar cintamu?" Frans tersenyum sungging. Ia menggelengkan kepala tak percaya pada ucapan Nayra yang begitu berani. "Kamu membutuhkan uang?" sindirnya.
"Sudahlah. Aku tidak mau berdebat. Aku akan berpisah dengannya setelah satu tahun pernikahan. Setelah itu aku akan bebas dari ikatan pernikahan ini."
Frans terkejut mendengar pengakuan Nayra. Sebenarnya apa yang terjadi di dalam pernikahannya. "Maksudmu? Kalian nikah kontrak?" tanyanya.
Nayra membuang muka. Dia tidak tahu apakah ini nikah kontrak atau bukan. Tapi itulah perjanjian yang diucapkan Erland.
"Jika kamu mau menungguku sampai satu tahun silakan. Tapi jika kamu mau mencari wanita lain juga tak masalah." Nayra berdiri, ia ingin meninggalkan kursinya. Rasanya sudah cukup pertemuannya kali ini dengan Frans.
Frans menarik tangannya, ia menatap sendu kedua matanya yang indah. Hatinya sangat berharap mereka akan bersama-sama selamanya.
"Jangan tinggalkan aku, Nayra. Aku sangat mencintaimu." Ucapan Frans membuat kedua matanya berkaca-kaca. Ia juga mencintai Frans, karna hanya dialah yang mau bertahan dengannya selama ini. Segala kesusahan dan juga masalah yang menimpa dirinya selama ini, tak membuat Frans meninggalkannya. Walaupun secara ekonomi Frans tak selalu membantunya, tapi ia selalu mendukungnya lewat semangat. Frans juga tak memiliki banyak uang, ia hanyalah karyawan swasta yang gajinya tak seberapa.
Frans mengantarkan Nayra ke rumah. Di sana sudah ada Alvin. Karna kebetulan hari ini hari libur. Jadi Alvin ada di rumah.
Walaupun hubungan keduanya sudah berjalan bertahun-tahun, tapi Alvin tampak tak suka dengan Frans. Ia selalu menghindar saat Frans datang.
"Adikmu kenapa tidak menyukaiku? Apa karna aku miskin?" Frans merendah, selama ini Alvin selalu bersikap cuek padanya. Tapi Nayra selalu mengatakan bahwa Alvin memang susah bergaul.
"Kalian hanya belum saling mengenal. Lagipula Alvin tidak pernah melarang ku untuk berhubungan denganmu. Itu artinya dia tidak masalah dengan hubungan kita."
Jam menunjukkan pukul 10. Sebentar lagi akan memasuki waktu makan siang. Ia harus segera pulang. Menyiapkan makanan untuk Erland. Ini sudah terlalu lama ia di luar.
"Kenapa buru-buru. Aku masih rindu." Frans tak mau berpisah, ia masih bergelayut manja dengan Nayra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sry Rahayu
smg Frans benar2 mecintai nayra
2023-01-04
0
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Semangat Nayra💪💪💪
2023-01-03
0