Nayra berdiri dengan kokohnya. Sedangkan Erland di atas kursi rodanya. Pandangan keduanya kosong walaupun sama-sama menatap ke arah depan.
Upacara pernikahan pun berjalan dengan sangat khidmat. Rhianna tak kuasa menahan air matanya. Ia begitu terharu melihat putra satu-satunya menikah. Juga Alvin yang langsung memeluk kakak perempuan yang sangat ia sayangi.
"Kakak, jangan lupakan aku!" rengeknya. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam. Dia merasa ketakutan Nayra tidak akan memperdulikannya lagi. Takut jika waktunya dihabiskan bersama suaminya.
"Kakak tidak akan pernah melupakan kamu, Alvin. Kamu tetap bagian hidup Kakak yang berharga." Kakak beradik itu saling berpelukan erat. Sebelum Nayra ditarik untuk istirahat karna acara sudah selesai.
"Nayra, kamu sangat beruntung." Bi Har menepuk pundaknya. Ia terkejut saat Rhianna mengumumkan bahwa Erland akan menikahi Nayra. Seluruh pelayan berlomba-lomba menebak apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa tuan tampannya itu bisa mau menikahi seorang pelayan.
"Apa mungkin Nayra dilecehkan? Saat dia membantu merawat tuan Erland, mereka sudah pernah—"
"Ssstttt. Jangan bicara yang tidak-tidak. Nanti takut nyonya besar dengar. Kalian semua bisa dipecat kalau berbicara sembarangan."
Banyak omongan tidak enak yang menyebar. Tapi mereka akhirnya diam dengan sendirinya. Karna mereka takut akan dipecat.
Di sebuah kamar yang luas. Nayra menutup pintunya dengan pelan. Sudah ada Erland di sana. Masih duduk di kursi roda di dekat jendela. Ia memutar kursi rodanya menatap Nayra yang baru masuk.
"Tuan, apa Anda ingin bersih-bersih sekarang?" Nayra tak berani menatapnya, dia menunduk menghadap lantai kamar. Suasana mendadak hening. Hanya ada dentingan jam yang berbunyi. Membuat Nayra tambah canggung berduaan di dalam kamar.
Ia masih memposisikan diri sebagai pelayan bukan seorang istri.
"Kita bikin perjanjian!" Erland membuka suaranya. Dia mendorong kursi rodanya mendekat pada Nayra.
"Perjanjian apa, Tuan?" Ia perlahan mengangkat kepalanya. Berusaha melihat kedua matanya yang setajam elang.
"Kita bercerai setelah satu tahun pernikahan."
DEG.
Perjanjian apa ini? Maksudnya apa? Sebenarnya apa maksud dan tujuan Erland menikahinya? Ia kira, Rhianna menyuruhnya untuk mau menikah dengan putranya karna merasa kasian dengan kondisi Erland yang lumpuh. Sebagai seorang ibu pasti Rhianna takut tidak ada wanita yang mau dengannya.
"Ber-bercerai?" tanyanya terbata. Dia meremas gaunnya. Harga dirinya seakan tercabik. Ibunya memohon untuk mau menikah dengan putranya. Lalu kini putranya ingin membuangnya setelah satu tahun pernikahan? Dia manusia atau boneka?
"Iya. Aku tidak mencintaimu. Dan aku tidak akan pernah bisa hidup dengan orang yang tidak aku cintai."
Nayra membuang mukanya. Merasa konyol dengan perkataan pria di hadapannya ini yang sudah berstatus suami. "Cinta? Dia pikir, aku mencintainya?"
"Kenapa tidak sekarang saja!" tantangnya dengan mata berair. Hatinya sungguh tercabik. Bukan maunya menikah dengannya. Tapi seakan ia yang menginginkan pernikahan sehingga pria dihadapannya ini dengan mudahnya ingin membuangnya.
"Aku belum memiliki semuanya. Kekayaan yang mendiang ayahku miliki akan bertahap jatuh ke tanganku. Aku butuh waktu satu tahun."
Cih.
Nayra baru sadar bahwa dirinya hanya dijadikan alat untuk kepentingan dia saja.
"Terlalu lama! Aku ingin 6 bulan saja!" tawarnya. Nayra tak mau kalah, ia tidak ingin dimanfaatkan terlalu lama.
"Satu tahun! Setelah itu aku bisa memberikan kamu uang yang banyak. Kamu pasti butuh uang, kan?"
Hatinya begitu perih mendengar perkataan Erland yang terkesan merendahkannya.
"Maaf, Tuan. Saya ingin bersih-bersih lebih dulu."
Air matanya tak dapat lagi dibendung. Pertahanannya seakan runtuh bersamaan sakit hatinya. Dia merelakan meninggalkan kekasihnya hanya untuk menerima tawaran dari Rhianna untuk menikahi putranya. Tapi ternyata putranya tak membutuhkan seorang istri, ia hanya membutuhkan sebuah alat untuk mencapai sesuatu.
Cukup lama Nayra berada di dalam kamar mandi. Sehingga Erland menggedor pintunya dengan keras.
"Hey, apa kau tidur di dalam? Apa kau pingsan?" teriaknya.
Nayra membalut tubuhnya dengan handuk berbentuk piyama. Ia bahkan lupa membawa baju ganti.
"Maaf, Tuan," cicitnya saat melihat Erland di depan pintu. Ia berjalan melewatinya dan menuju lemari. Dirinya tidak tahu apa di dalam lemari itu ada pakaiannya atau tidak. Karna seingatnya dia tidak membawa apa pun kesini.
Dan untung saja di dalam sana ada setelan piyama untuk perempuan. Hatinya lega karna menemukan piyama lengan panjang.
"Maaf, Tuan. Saya ganti baju dulu. Setelah itu saya akan membantu Anda membersihkan diri." Nayra kemudian masuk lagi ke dalam kamar mandi. Dengan cepat ia memakai piyama itu. Tak mau Erland menunggu lama.
Nayra sudah berganti baju. Dia segera membantu membuka pakaian Erland. Ini sudah ia lakukan saat menjadi pelayannya. Sudah menjadi hal yang biasa untuknya. Tapi untuk membuka celananya, ia memang sengaja menutupi bagian sensitifnya dengan sebuah handuk. Itu sebagai bentuk kesopanan. Dia tak mau melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat.
Ia hanya membawa Erland masuk ke dalam kamar mandi. Lalu mendudukkan dia di bath up. Lalu saat ia sudah selesai membersihkan diri, Nayra membantunya untuk duduk kembali ke atas kursi rodanya. Memang awalnya terasa sulit, juga berat mengangkat tubuhnya tapi lama kelamaan Nayra terbiasa. Erland juga tak serta-merta menggantungkan dirinya pada bahu Nayra, dia juga ikut mengangkat tubuhnya sendiri semampunya.
Air hangat telah sedia di dalam bath up. Itu adalah permintaan dari Erland.
"Tuan, saya permisi. Panggil saya kalau sudah selesai." Wanita itu lantas keluar. Dia duduk di tepi ranjang dengan pandangan mengarah pada pintu kamar mandi. Telinganya berjaga barangkali Erland memanggil dirinya.
"Nayra! Keluarlah! Aku di luar!" Satu pesan masuk ke dalam ponselnya. Itu dari Frans. Dia memang mencintainya, tapi terkadang sifat Frans yang pemarah dan egois membuatnya tak nyaman. Walaupun hubungan mereka sudah lama. Tapi Frans juga tak ada keniatan membawa hubungan mereka kearah serius.
Dia langsung berlari menuju jendela. Dia menatap ke bawah, dan benar saja ada Frans yang sedang berdiri di halaman gedung ini.
"Dia benar-benar kesini?"
Nayra bingung ingin menemuinya atau tidak. Dan pada akhirnya ia berjalan keluar menemui Frans. Daripada pria itu lebih nekat lagi mencarinya ke dalam.
Untung saja keadaan di luar aman. Hanya ada para staf kebersihan yang sedang membereskan semua.
"Kenapa kamu datang ke sini? Kamu jangan bikin masalah!" Nayra langsung memarahi Frans.
"Jangan bikin masalah? Apa kamu bilang? Aku bikin masalah? Kamu benar-benar wanita tak punya hati, Nayra. Aku kecewa denganmu. Kenapa kamu bisa-bisanya menikah dengan pria lain. Sedangkan aku masih berstatus sebagai kekasihmu." Terlihat kekecewaan yang nyata di kedua mata Frans. Tapi perlahan ia menggenggam jari jemari Nayra. "Aku mencintaimu, Nayra. Sebenarnya apa alasan kamu mau menikahi pria lumpuh itu? Apa karna dia kaya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
ibu dan Erland ko lain kemauan 🤔🤔🤔
2023-01-03
0
Sry Rahayu
semangat nayra
2023-01-03
0