Reina datang ke kantor dengan setengah hati hari ini. Biasanya ia akan bersemangat pergi ke kantor karena ada Angga yang menjadi penyemangatnya.
Tapi sejak hubungannya bersama Angga memburuk beberapa hari terakhir, ditambah Angga yang seolah tak peduli atau berusaha memperbaiki hubungan mereka, Reina mendadak jadi malas ke kantor.
Atau Reina pindah saja ke Halley Development?
Bertukar tempat dengan Ryan, lalu sepupu Reina itu pasti akan mengamuk tak karuan!
Ck!
Reina bersedekap dan menunggu pintu lift tertutup, saat dari kejauhan ada seorang pria yang berseru,
"Tolong tahan lift-nya!"
Reina refleks memajukan satu kakinya untuk menahan pintu lift yang hendak tertutup.
Pria yang berseru tadi berlari cepat ke arah lift, lalu berdiri tepat di samping Reina. Aroma parfum pria itu langsing menguar dan menenuhi indera pe ciuman Reina.
Aroma yang maskulin!
"Terima kasih!" Ucap pria tadi sambil berusaha mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
"Sama-sama!" Jawab Reina seraya tersenyum tipis.
"Maaf, tapi ruangan Pak Angga Hadinata di lantai berapa, ya?" Tanya pria itu selanjutnya seraya menoleh dan menatap cukup lama ke dalam wajah Reina.
"Lantai delapan belas-" Reina mendadak sedikit risih dengan tatapan aneh pria di sampingnya tersebut.
"Ada apa?" Reina meraba wajahnya sendiri untuk memastikan tidak ada yang salah dengan wajahnya.
"Kau Reina, kan?" Tanya pria itu memastikan sambil masih menatap lekat wajah Reina.
"Iiiiiya!"
"Kau siapa memang? Kenapa mengenaliku?" Reina balik bertanya dan memicing curiga pada pria di di sampingnya tersebut.
"Aku Diftha!" Pria itu tiba-tiba sudab menepuk pundak Reina.
Lumayan keras, hingga membuat Reina sedikit meringis.
"Maaf, maaf!" Pria bernama Diftha itu ganti mengusap-usap pundak Reina.
"Diftha?" Reina masih berusaha mengingat-ingat nama Diftha karena terdengar tidak asing. Hanya saja, Reina lupa Diftha ini siapa.
"Diftha Pratama! Kita pernah duduk satu bangku saat kelas sebelas SMA!" Diftha mengingatkan Reina lagi yang langsung menepuk keningnya sendiri.
"Astaga!"
"Diftha!!" Reina yang akhirnya ingat, langsung memeluk Diftja dengan lebay.
"Wajahmu berubah! Aku jadi tak mengenalimu!" Ujar Reina lagi beralasan.
"Alasan! Bilang saja kau sudah lupa padaku!" Diftha mengacak rambut Reina dengan gemas.
"Hey! Kau merusak tatanan rambutku!" Protes Reina seraya merengut.
"Maaf!" Ringis Diftha seraya membantu merapikan rambut Reina kembali.
"Jadi, kau bekerja disini juga?" Tanya Diftha selanjutnya memulai obrolan.
"Ya! Aku di divisi keuangan. Sudah sekitar dua tahun," jawab Reina sedikit bercerita. Diftha langsung manggut-manggut mengerti.
"Kau sendiri?" Reina balik bertanya pada Diftha.
"Aku baru diterima kemarin. Makanya ini aku mau bertemu Pak Angga!"
"Apa kau tak keberatan mengantar aku ke ruangan Pak Angga, agar aku tak tersesat?" Ujar Diftha lagi sedikit merayu Reina.
"Ruangan Angga ada di lantai delapan belas. Kau naik saja ke lantai delapan belas dan nanti ada dua ruangan di sana. Ruang Uncle Robert dan ruangan Angga di ujung," jelas Reina panjang lebar.
"Pak Robert pemilik perusahaan ini maksudmu?" Tanya Diftha memastikan.
"Ya! Uncle Robert papanya Angga," jelas Reina lagi.
"Dan kau memanggilnya Uncle?" Wajah Diftha terlihat bertanya-tanya dan Reina langsung tertawa renyah.
"Uncle Robert adalah sahabat Dad! Jadi aku terbiasa memanggilnya Uncle," jelas Reina akhirnya.
"Hmmmm." Diftha mengangguk-angguk.
"Aku tahu sekarang, kenapa kau bisa bekerja disini," gumam Diftha selanjutnya.
"Sialan! Ini tak ada hubungannya!" Reina refleks meninju pundak Diftha.
"Aku profesional, oke!" Ujar Reina lagi bersungguh-sungguh.
"Baiklah, aku percaya," gumam Diftha bersamaan dengan pintu lift yang akhirnya terbuka. Mereka sudah sampai di lantai delapan belas.
"Lantai delapan belas?" Diftha menatap Reina dengan wajah penuh tanya lagi.
"Ya! Itu ruangan Angga di ujung lorong!" Reina mengarahkan telunjuknya ke arah ruangan Angga. Biasanya setiap pagi Reina akan mampir dulu ke ruangan pria itu sebelum ke ruangannya sendiri di divisi keuangan. Namun beberapa hari terakhir Reina tak melakukannya karena Reina sedang marah pada Angga.
Sekalian Reina mau mengetes, apa Angga akan peka setelah ini?
"Kau tidak mengantarku sekalian?" Tahya Diftha yang sudah keluar dari lift.
"Pergi saja sendiri! Bye!" Reina melambaikan tangan sesaat sebelum pintu lift tertutup. Lift lalu bergerak turun empat lantai menuju ke divisi keuangan, area dimana Reina bekerja.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
keke global
wah... hati-hati Angga...
2023-01-04
0