Hari berlalu dengan cepat.
Reina sudah selesai merapikan meja kerjanya, dan wanita itu segera meraih tas kesayangannya. Reina beranjak dan keluar dari ruang kerjanya, lalu menyapa beberapa karyawan di divisinya sambil sedikit bercengkerama.
Ya, meskipun jabatan Reina adalah kepala divisi, namun gadis itu tetap membaur bersama bawahannya dan tak pernah menjaga jarak. Bagi Reina, semua karyawan di kantor Uncle Robert ini adalah temannya, dan sebisa mungkin Reina selalu bersikap ramah pada mereka semua.
"Bu Reina mau turun juga?" Tanya karyawan yang sebagian sudah masuk ke dalam lift.
"Tidak! Aku akan ke lantai atas. Kalian duluan saja!" Jawab Reina seraya membenarkan letak tas di pundaknya.
"Baiklah!" Para karyawan melambaikan tangan pada Reina sebelum pintu lift tertutup, lalu lift bergerak turun.
Reina melihat jam di arlojinya dan menuju ke lift lain untuk naik ke lantai atas. Tak butuh waktu lama, dan lift sudah mengantar Reina ke lantai tempat ruangan Angga berada.
Pintu lift baru saja terbuka, saat Reina berpapasan dengan Uncle Robert yang sepertinya hendak turun.
"Sore, Uncle!" Sapa Reina seraya tersenyum pada mantan asisten Dad Liam tersebut.
"Belum pulang, Rei?" Tanya Uncle Robert setelah membalas sapaan Reina.
"Ini baru mau pulang, Uncle! Mau jemput Angga dulu," jawab Reina sedikit tersipu.
Ya, ya, ya!
Meskipun sebenarnya Uncle Robert, Aunty Sita, lalu Mom dan Dad sudah tahu mengenai hubungan Reina dan Angga. Dan mereka semua juga tak ada yang merasa keberatan, tapi tetap saja di depan para orang tua, Reina harus bersikap sekalem mungkin dan kadang sedikit tersipu.
"Angga bukannya sudah turun dan pulang duluan tadi?" Ujar Uncle Robert yang entag sedang bertanya atau sedang memberitahu Reina.
"Hah? Benarkah, Uncle?" Reina secepat kilat langsung menuju ke ruangan Angga dan mendorong pintu ruangan tersebut.
"Angga!" Panggil Reina seraya memindai satu ruangan.
Dan, benar saja! Ruangan sudah rapi dan Angga tak ada disana!
"Uncle pikir Angga sudah memberitahumu, Rei!" Uncle Robert sudah berdiri di ambang pintu ruangan sekarang.
"Belum," gumam Reina sembari memeriksa ponselnya. Tapi memang tak ada pesan dari Angga sejak tadi, karena tadi saat Reina hendak naik ia juga sudah memeriksa ponsel.
Dan Angga sama sekali tak menelepon ataupun mengirim pesan.
"Kalian sedang bertengkar?" Tanya Uncle Robert penuh selidik saat melihat raut kekecewaan di wajah Reina.
"Tidak, Uncle!"
"Hubungan kami baik-baik saja," jawab Reina sambil memaksa untuk mengulas senyum.
"Nanti Uncle akan bicara pada Angga kalau begitu-"
"Tidak usah, Uncle!" Cegah Reina cepat.
"Mungkin Angga sedang ada urusan mendadak, jadi dia belum sempat menghubungi Reina!"
"Angga memang sibuk belakangan ini sejak asistennya resign," cerita Reina sambil masih tetap berusaha untuk tersenyum.
Meskipun dalam hati Reina berkecamuk dan aneka pertanyaan sedang membuncah sekarang!
Angga sebenarnya kenapa?
Pria itu mendadak sikapnya berubah dingin belakangan ini.
Apa Reina pernah melakukan kesalahan yang membuat Angga marah?
Lalu kenapa Angga tak menegur jika memang Reina berbuat salah?
Ck! Membingungkan!
"Padahal sudah Uncle sarankan agar kau saja yang menjadi asistennya! Tapi Angga selalu saja menolak!"
"Padahal kau juga pasti bisa mebjadj asisten Angga, dan lagi kau begitu memahami Angga." Uncle Robert terlohat geleng-geleng kepala.
"Angga takut tidak fokus bekerja jika Reina yang jadi asistennya, Uncle!" Ujar Reina mengungkapkan satu alasan sembari tertawa kecil. Uncle Robert lalu ikut tertawa juga.
"Kau mau pulang bersama Uncle?" Tawar Uncle Robert selanjutnya yang langsung membuat Reina menggeleng.
"Reina masih harus mampir ke satu tempat. Jadi Reina akan pulang duluan, Uncle!" Tolak Reina beralasan.
"Baiklah! Hati-hati!" Prsan Uncle Robert sebelum kemudian pria paruh baya itu berlalu daei ruang kerja Angga.
Sementara Reina yang masih berada di dalam ruangan Angga, meraih fotonya bersama Angga yang terpajang di atas meja kerja. Itu memang foto lama dua tahun lalu saat keluarga Halley dan keluarga Hadinata berlibur bersama.
Reina tersenyum sendiri memandangi foto tersebut, dimana Angga sedang mendekap Reina dari belakang dan sikal Angga itu romantis sekali.
Angga memang romantis dulu....
Dulu, saat Reina masih kuliah dan baru awal-awal bekerja di perusahaan Hadinata.
Baru belakangan ini saja sikap Angga berubah cuek dan sedikit dingin.
Apa Angga sudah bosan pacaran dengan Reina?
****
"Angga!" Panggil Reina seraya membuka pintu apartemen Angga.
Angga memang memberikan kartu akses apartemennya ini pada Reina, sehingga Reina bebas datang kapan saja ke apartemen ini.
Tapi Angga juga jarang berada di apartemen karena Aunty Sita biasanya akan mengomel jika Angga tak pulang ke rumah. Jadi kadang Angga hanya mampir ke apartemen untuk mengerjakan beberapa pekerjaan kantor, lalu pria itu akan pulang ke kediaman Hadinata saat malam menjelang.
"Angga, kau di dalam?" Reina memanggil sekali lagi sembari menutup pintu depan, llaj mengganti higheels-nya dengan sendal rumahan. Wanita itu segera membawa kantong berisi makanan ditangannya ke dapur.
"Sudah makan," gumam Reina sedikit kecewa, saat mendapati wadah pembungkus makanan yang sudah kosong di atas meja makan.
Benar dugaan Reina, Angga memang datang kesini!
Reina akhirnya tak jadi membongkar makanan yang ia bawa,dan gadis itu hanya meletakkannya begitu saja di atas meja makan.
Reina melepaskan blazer-nya dan langsung masuk ke kamar Angga.
"Angga!" Panggil Reina bersamaan dengan Angga yang baru jeluar dari kamar mandi, serta hanya mengenakan handuk yang membalut bagian bawah tubuhnya.
"Kenapa tidak mengetuk pintu? Aku belum pakai baju!" Decak Angga yang langsung membuat Reina menatap tak percaya pada kekasihnya tersebut.
"Memangnya aku orang asing?" Sergah Reina bersungut. Gadis itu bahkan sudah menghampiri Angga yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Kenapa tidak menelepon dan memberitahuku, kalau kau pulang duluan?" Reina sedikit mendorong bahu Angga karena gadis itu sedang kesal pada sang kekasih.
"Aku buru-buru tadi," jawab Angga beralasan.
"Buru-buru mau bertemu siapa? Selingkuhanmu?" Tuduh Reina kembali bersungut-sungut.
"Selingkuhan apa maksudmu, Rei? Siapa yang berselingkuh?" Tanya Angga merasa tak paham dengan pertanyaan aneh Reina.
"Kau!"
"Sikapmu berubah dingin belakangan ini! Kau punya wanita idalam lain di belakangku?" Tuduh Reina sekali lagi dengan berapi-api.
"Tuduhanmu itu konyol!"
"Aku tak pernah selingkuh di belakangmu! Pekerjaanku saja sudah membuat kepalaku nyaris pecah!"
"Lalu sikapmu yang berlebihan belakangan ini-"
"Oh, jadi kau menyalahkanku?" Reina kembali mendorong bahu Angga.
"Kau itu yang uring-uringan belakangan ini dan aku sudah mencoba untuk memahami semuanya! Tapi kau malah menyalahkanku sekarang!" Reina ganti meluapkan uneg-unegnya pada Angga.
"Aku benar-benar tak paham dengan jalan pikiranmu!" Gerutu Reina lagi seraya berjalan keluar dari kamar Angga. Reina menyambar blazer-nya lagi, dan memakai benda itu dengan cepat.
"Rei, kau mau pulang?" Tanya Angga yang kini berdiri di ambang pintu kamar. Pria itu masih belum memakai baju.
"Bukan urusanmu!" Jawab Reina kesal.
"Aku akan pakai baju dulu, nanti aku antar-"
"Tidak usah!" Tolak Reina menyalak pada Angga.
"Tidak usah repot-repot lagi mengantarku! Urus saja urusanmu yang banyak itu!" Omel Reina lagi seraya berjalan ke arah rak sepatu di dekat pintu utama. Reian memakai higheels-nya dengan cepat, lalu meraih gagang pintu. Sementara Angga masih di posisi semula dan pria itu seperti tidak ada niat untuk meredam kemarahan Reina.
Benar-benar tidak peka!
Reina menoleh sekali lagi pada Angga dan wajah gadis itu tetap bersungut.
"Aku antar," ucap Angga sekali lagi tanpa ada aksi apapun.
Hanya basa-basi!
Reina tak menjawab sepatah katapun, dan wanita itu langsung membuka pintu, keluar, lalu membanting pintu dengan keras saat kembali menutupnya.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
keke global
perempuan selalu benar... angga jenuh Rein kamu terlampau agresif
2023-01-04
0