Ejekan dari Bunga membuat hati Ana terasa sakit sekali, tapi ia tidak bisa berbuat apa apa. Bukan sekali dua kali bunga memperlakukan ana kurang baik, bukan itu saja bunga juga sering banget membuat kertas kumpulan cerpen cerpen tercecer begitu saja..
Kalau di lawan bunga selalu tudks terima, ia sering membalas Ana. Saking kesal dan geramnya Ana pernah membawa tas bunga ke tingkat atas tempat kursus dan menggantung tas bunga di atas atap, Ana nekad naik keatas atap.
Pernah Bunga menyembunyikan beberapa cerpen Ana di laci meja lalu di kunci, ia otomatis marah dan langsung memukul kepala Banga dengan raket badminton dengan keras, Bunga yang tidak menduga langsung menjerit kesakitan apalagi kepalanya juga terluka, otomatis luka itu berdarah.
"Dia yang duluan nyumputkeun buku Ana!" teriak Ana membelah diri.
"Bunga apa yang dikatakan dia benar?" tanya Ida menatap Bunga.
Gadis yang ditatapnya hanya mengangguk, melihat anggukan kepala Bunga akhirnya gadis pakai kacamata tanpa ba bi bu lagi langsung memeluk bunga dengan kerasnya beberapa kali, sampai Bunga menjerit kesakitan.
Melihat Bunga di pukul sedemikan rupa membuat Ida melongo tidak menyangka kalau Ana punya sisi kasarnya, akhirnya Ida dengan sudah payah memisahkan Ana dan Bunga sampai gadis itu berteriak meminta bantuan.
Ditambah lagi Bunga melolong kesakitan kerena Ana tidak berhenti memukul kepal, tangan, perut, kaki, wajah, pokonya semuanya.
Ida yang ingin menolong Bunga akhirnya kewalahan melihat Ana membabi buta seperti itu otomatis ia berteriak minta tolong supaya ada orang yang mau bantuin memisahkan Ana dan Bunga.
Untung masih ada orang yang kursus, akhirnya beberapa orang memisahkan Ana dan Bunga. mereka membawa Ana dan bunga keluar untuk diwawancara terkait kejadian tadi.
"Kenapa kalian ini seperti ini?" tanya Maria menatap kedua gadis yang duduk berdampingan.
"Si dulu yang mukul!" teriak Bunga menunjuk Ana.
Mata Maria langsung menatap Ana tajam sekali. Ana yang ditatap wajahnya tidak langsung menjawab pertanyaan Maria. dengan pelan, Ana menghela nafas kasar.
"Bunga yang duluan kak, buku kumcer An disembunyikan sama dia," tuding Ana.
"Kamu punya saksi nggak kalau aku yang menyembunyikan buku kamu," ujar ketus Bunga sinis..
"Kalau emang kamu nggak salah, coba aku pinjam kunci laci meja komputer," pojok Ana pada Bunga..
"Buat apa?"
"Bunga apa yang dikatakan Ana benar, kali kamu nggak pernah menyembunyikan buku Ana berikan kunci itu pada Ana." bujuk Maria..
"Tapi kalau misal kamu nggak menyembunyikan nggak mungkinkan kamu menolak kalau Ana minta kunci itu?" sela Maria..
Mau tidak mau akhirnya Bunga memberikan kunci laci nya ke Ana, gadis itu hanya tersenyum sinis saat menerima kunci dari Ana.
Gadis itu langsung membuka laci yang dikunci itu, dan benar juga kalau beberapa buku Ana ada di laci itu, Ana menunjukan buku dihadapan semua orang.
Maria hanya mwngelangkan kepala saat melihat buku yang dipengang Ana dalam.laci Bunga. Maria menatap tajam kearah Bunga, ia tidak menyangka kalau Bunga melakukan itu pada Ana.
Sejak kejadian itu Ana selalu menghindar, bukan ia menghindar kerena telah memukul Bunga, ia menghindar kerena ia tidak ingin ada perselisihan lagi. Maria meminta Bunga minta maaf pada Ana, tapi gadis berkaca mata itu tanpa ba bi bu lagi langsung pergi begitu saja.
Maria dan semua orang yang ada di ruangan itu hanya melihat kepergian Ana yang seperti itu, tapi semuanya menyalahkan Bunga. Tapi Ana juga salah saat Bunga akan meminta maaf tapi gadis itu malah pergi begitu saja, seperti tidak memperdulikan mereka yang ada disana.
Melihat Ana selalu menghindar Bunga juga lelah sendirian kerena tidak pernah bisa mendekati Ana. Ana sekarang lebih menghindar dari lingkungan yang tidak pernah mendukung dirinya. Sebenarnya kalau mau sih sebenarnya Ana itu baik kalau tidak pernah dinganggu.
Tapi kadang kalau orang yang tidak tahu selalu nganggu gadis itu, sedangkan Ana sebenarnya orangnya baik. Kalau saja orang lain bisa mengerti dirinya, dan ada waktu waktu tertentu yang tidak bisa dinganggu yaitu membaca buku dan menulis.
Kadang kalau orang yang tidak tahu, tentang diri Ana. Mereka sering melihat Ana sedang baca buku atau menulis mereka sering mengajak ngobrol. kadang gadis itu sebenarnya nggak suka diajak ngobrol saat ia sendiri sedang dalam fase membaca maupun menulis.
Dalam lubuk hati Ana sebenarnya ia ingin sekali menjadi wanita biasa saja. Ya seperti orang orang lainnya, tapi ia juga sadar kalau ia punya kelebihan dari menulis dsn membaca buku.
'Kenapa Allah nggak adil sih! Harus ciptakan aku yang suka menulis dan membaca, kenapa bukan orang lain, yang bisa menulis dsn membaca?" bisik hati Ana dalam hati.
Tapi saat ia sadar kadang ia Istigfar beberapa kali, Allah lebih tahu apa yang terjadi, dan Allah bakal memberikan yang terbaik pada hambanya. Itu yang sering Ana ucapkan dalam hati, ya ia sebenarnya agak tersiksa sekali mempunyai kelebihan pada dirinya.
Ia bisa menulis tapi sampai sekarang tidak bisa menghasilkan satu karya pun. Boro boro karya fasilitas internet juga susah nya minta ampun. Ya pada tahun 2002 Daerah Pandeglang yang terlihat seperti kota sebenarnya tidak punya fasilitas internet, pada itu juga hp juga langka sekali. Ada yang punya tapi harus beli pulsa yang 100 ribu, dan belinya harus ke Serang sebuah kota di propinsi di Banten.
Tapi biarpun waktu itu tidak ada internet maupun hp tidak masalah kerena semua orang di Pandeglang memang belum membutuhkan sama sekali, dan orang orangnya juga biasa saja saat tidak pegang hape.
Jadi pergi kemana mana juga tidak pernah ditelpon atau menelpon orang rumah, begitu juga dengan Ana gadis desa yang gaptek pada hp dan Internet. Dan kalau mau mengirim karya tulisan ke berbagai media harus mengunakan print out atau mengunakan disket.
Tapi ada juga orang yang menyimpan tulisan atau datang mengunakan kaset, itu yang membuat Ana tidak pernah melakukan kerena wadah kasetnya rusak.
"Aku nggak suka sama Bunga!" celetuk Ana pada Maria waktu gadis menanyakan alasan kenapa Ana harus menghindar saat Bunga minta maaf.
"Alasannya?"
"Dia udah beberapa kali melakukan itu, udah minta maaf eh diulang lagi, makanya aku nggak mau memaafkan?" sembur Ana kesat.
"Jangan begitu, orang yang maaf itu orang yang baik," nasehat Maria.
"Aku memang nggak baik makanya jangan minta maaf," ketus Ana.
Gadis itu beranjak dari tempat duduk, tapi dengan cepatnya lanhsung meraih tangan Ana supaya gadis itu tidak pergi begitu saja. Akhirnya Ana tidak pergi saat tangannya di pengang sama Maria, Ana hanya diam saja saat tanganya di pengang oleh Maria.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
TK
🌹
2023-02-06
1
Nindira
Nah ketahuan kan kalau si Bunga berbohong
2023-01-11
1
Ufika
Tak menghargai bngt sih
2023-01-11
1