Hari menjelang siang.
Maryati tampak begitu kesal, karena hampir setengah hari, Qanita mengunci dirinya didalam kamarnya. Bahkan ia juga tak menyahut, tatkala ia memanggilnya sambil menggedor-gedor pintu kamarnya. Namun bukan Qanita yang keluar dari kamarnya. Akan tetapi malah Fanesahlah, yang tampak keluar dari kamarnya. Karena memang kebetulan kamarnya Fanesah berada disebelah kamarnya Qanita.
"Iiikh.. Mama! Ribut banget sih! Nesah jadi nggak konsentrasi belajar nih!" protes Fanesah, terlihat amat kesal.
"Aah.. maaf Nak! Mamah nggak bermaksud, mengganggu kamu belajar. Mama hanya kesal pada kakak ipar kamu itu! Dari tadi Mama panggilin tapi nggak keluar-keluar! Mau masuk pintunya di kunci! Ya udah Mama gedor-gedorin aja pintunya. Habis Mama sudah geram banget Nak!" jelas Maryati, yang memang wajah terlihat jelas, kalau ia sedang geram, pada Qanita.
"Kenapa nggak dibuka pakai kunci serep aja sih Mah! Kan ada tuh kunci serepnya!"
Mata Maryati langsung berbinar, tatkala putri telah mengingatkan dirinya tentang kunci serep dari pintu kamarnya Qanita, "Aaah.. iya ya! Kok Mama sampai lupa sih! Kalau semua pintu kamar ada kunci serepnya!" balasnya terlihat begitu bersemangat.
"Kalau begitu Mama mau mengambil kunci serepnya dulu deh. Terima kasih Sayang," lanjutnya, seraya ia mengecup pipi Fanesah secara singkat. Lalu ia pun langsung bergegas menuju ke kamar tidurnya. Dan tak berapa lama kemudian ia kembali lagi dengan membawa kumpulan kunci-kunci serep untuk semua pintu yang terdapat di dalam rumahnya itu, yang terikat menjadi satu.
"Aduh, kok semuamya mirip ya? Yang mana nih kunci kamarnya Qanita?" gumam Maryati, sambil memilah-milah kunci-kunci satu persatu, "Apa ini ya? Coba aja dulu deh," gumamnya lagi. Lalu ia pun mulai memeriksanya. Namun ternyata salah. Dan ia pun kembali mencoba kunci yang lainnya. dan lagi-lagi ia selalu gagal. Membuat ia semakin kesal.
"Sialan! Kenapa salah semua sih! Bikin kesal aja! Ini semuanya gara-gara wanita sialan itu! Lihat aja nanti akan buat Dia, menjerit ampun pun tidak akan aku perdulikan! Lagian Fazril tidak dirumah, dan sebulan lagi baru dia pulang! Jadi sekarang Aku bebas berbuat apapun pada wanita kampungan itu!" gumam Maryati kesal. Dan saat bersamaan kunci yang baru saja ia masukkan ternyata berhasil. Sehingga pintu pun langsung terbuka.
"Aaah.. Akhirnya! Ternyata keberuntungan masih berpihak denganku! Lihat saja akan aku jambak-jambak rambut ikalnya wanita sialan itu!" geram Maryati. Sambil ia melangkah masuk ke kamar Qanita. Dan tampaklah olehnya Qanita yang masih berbaring di tempat tidurnya lalu ia pun segera menghampirinya.
"Huh! Sialan! Aku dari tadi menjerit-jerit di luar kamu enak-enakan tidur ya?! Dasar wanita pemalas! Rasakan ini!" geram Maryati, lalu ia pun menarik rambut ikalnya Qanita, dengan sekencang-kencangnya. Dan seketika itu juga tubuh Qanita langsung bergerak dan langsung terduduk.
"Aaakh!! Kenapa tubuhku berat begini? Ugh.. kepalaku juga sakit banget!!" keluh Qanita, sambil memegang kepalanya, tanpa melihat adanya Maryati, yang sedang berdiri di samping ranjangnya, dengan wajah yang terlihat amat menyeramkan.
"Heh! Dasar kurang ajar! Malah mengabaikan aku lagi!" teriak Maryati, sambil mukul kepala Qanita dengan sembarangan, membuat Qanita begitu terkejut melihatnya.
"Eh, Mama! Apa-apaan sih Mah! Kok mukul kepala Azril sih!" sentak Qanita, sambil mengusap kepalanya, dan juga sambil menatap datar pada sang Ibu mertua. Sedangkan Maryati langsung tersentak, tatkala mendengar Qanita menyebutkan dirinya dengan sebutan nama putranya. Bahkan matanya langsung membelalak marah.
"He! Qanita! Apakah kamu sudah menjadi gila hah?! Oooh.. sepertinya kamu telah menjadi gila setelah mendengar Suami kamu mau menikah lagikan?!" tanya Maryati, sembari mencengkram kedua bagian rahang Qanita, sambil matanya menatap tajam kepadanya.
"Kamu tidak terimakan? Kalau putraku menikah lagi? Heh, jangan salahkan aku kalau putraku lebih menuruti keinginanku! Salahkan saja Kakek kamu dan Bapak mertuaku yang seenaknya saja merebut putraku! Emangnya mereka siapa? Seenaknya saja mengatur putraku! Jadi kau jangan pernah bermimpi untuk memiliki Fazril putraku! Paham!" ujar Maryati dengan nada suara yang tinggi.
Qanita yang mendengar perkataan Maryati tampak kebingungan melihatnya, "Apa maksudnya Mama sih?! Lepaskan!" balas Qanita sambil menepis tangan Maryati, "Mama kenapa sih? Kenapa memanggil A .." tanyanya lagi, namun saat bersamaan, matanya mengarah kesebuah kaca. Dan ia langsung tersentak tatkala ia melihat bayangan dirinya di cermin tersebut.
"Eh! Apa ini! Kenapa tubuhku berubah menjadi dia?! Apa yang terjadi?!" gumam Qanita, sambil meraba-raba wajahnya sendiri.
"Heh! Wanita gila! Mau sampai kapan kamu berakting hah?! Cepat kau masak untuk makan siang! Gara-gara kamu Aku telat makan si..." bentak Maryati sambil kembali menarik rambutnya Qanita.
"Aakh! Hentikan Mah!" teriak Qanita sembari ia mendorong tubuh Maryati dengan sekuatnya. Sehingga tubuh Maryati langsung terhempas ke lantai dan Hal itu membuat Maryati semakin marah.
"Kyaaaak!!" pekik Maryati, "Sialan! Kamu sudah mulai berani denganku hah?! Kamu mau aku..." teriaknya lagi, seraya ia bangkit, dan bermaksud menghampiri Qanita kembali. namun langkahnya terhenti karena tiba-tiba saja kami tak berteriak sekencangnya.
"CUKUP!! Sekarang sebaiknya Mama pergi dari sini! Atau aku akan memanggil polisi untuk menangkap Mama, dengan tuduhan, penganiayaan!!" seru Qanita dengan tatapan yang terlihat begitu dingin, membuat Maryati langsung bergidik, "PERGI DARI SINI!!" teriak Qanita lagi. Melihat hal itu Maryati langsung bergegas pergi dari kamarnya Qanita. Kini tinggallah Qanita seorang diri dengan wajah yang terlihat kembali bingung.
"Apa yang terjadi sebenarnya? Bukankah Aku tadi sedang di pesawat untuk perjalanan bisnis? Kenapa aku sekarang disini?!" gumam Qanita, masih tampak kebingungan. Lalu ia kembali menatap cermin yang terdapat di meja rias, yang kebetulan letaknya tak berapa jauh dari ranjangnya.
"Hah? Bukankah Aku Fazril? Tapi kenapa arwahku berada di tubuh Qanita? Apakah tubuh kami tertukar?" gumamnya lagi, yang ternyata, di tubuh Qanita terdapat rohnya Fazril.
"Ugh..! Kenapa tubuh wanita ini berat sekali? Aakh! Ini tidak bisa dibiarkan aku harus kerumah sakit!" keluh Roh Fazril, seraya ia bermaksud bangkit dari tempat tidurnya. Namun karena ia merasakan sakit yang luar biasa pada kepalanya. Membuat ia kembali terhempas ketempat tidurnya.
"Aakh..!! Apakah ini yang dia rasakan setiap harinya? Aku baru ingat, dia sering memegang kepalanya. Apakah saat itu Dia sedang merasakan sesakit ini? Ugh.." gumam Roh Fazril sambil ia memegang kepalanya Qanita.
...••┈••✾•◆❀🌸❀◆•✾••┈••...
Jangan lupa berikan dukungannya ya? Dan jangan lupa kasih 👉 🌟🌟🌟🌟🌟 Lima, VOTE, LIKE, Hadiah Serta komentarnya oke 😉 Agar Ramanda bersemangat loh 😉
SYUKRON 🥰🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Retnomaulida
mertua nya jahat bangt, coba kalo posisinya seperti qonita disuruh suami nya nikah lg, gimana kira kira yaaaa reaksinya?????
2023-06-15
1
🅰️đ₳ɽ₳
mank enk disiksa tiap hari oleh klrgamu sendiri,rasain tuh
2023-02-10
1
Aditya HP/bunda lia
good kamu harus merasakan apa yang selama ini Qanita rasakan ...
2023-01-25
0