Di kamar Qanita.
Malam itu Qanita tak bisa tidur, akibat luka yang terdapat di tangannya mulai membengkak. Sebab luka tersebut memang tidak diobati dengan benar. Sehingga luka tersebut mulai meradang dan kini menimbulkan rasa denyut yang amat sangat. Hingga membuat ia jadi kesulitan untuk memejamkan matanya.
"Aakh.. kenapa semakin sakit sih? Aku jadi tidak bisa tidur kalau begini," keluh Qanitaz seraya memandang lukanya, yang hanya di tutup dengan kain biasa saja,
"Andai saja Mama mengizinkan Aku ke rumah sakit. Pasti tidak akan sesakit inikan? Aah.. Kenapa sih Mama sangat membenci Aku? Sebenarnya apa sih kesalahanku? Kenapa semua yang ada di rumah ini sangat membenci diriku, dan yang paling menyedihkan, Suamiku pun sama seperti mereka! Terus Aku harus gimana sekarang?" gumam Qanita, sambil memeluk kedua lututnya. Dan tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja.
"Hiks..hiks.. seandainya waktu itu hiks.. aku bersikeras minta ikut sama Ayah dan Bunda, hiks..hiks . mungkin saat ini Aku sudah bahagiakan hiks..bersama mereka disurga hiks..hiks..Ayah, Bunda..hiks.. kenapa kalian tidak mengajak Hana saja sekalian hiks..hiks.. Hana di sini kesini sepian, hiks..hiks.." ratap Qanita, yang tak kuasa lagi menahan air matanya. Sehingga suara tangisnya semakin terdengar begitu jelas.
Disaat Qanita masih meratapi nasibnya yang begitu menyesakkan. Tiba-tiba saja, pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Namun Qanita tidak menyadari kedatangan orang tersebut. Karena saat ini wajahnya sedang ia benamkan diantara di kedua lututnya, yang masih ia peluk.
"Apa yang terjadi? Mengapa kamu menangis di tengah malam begini, hah?"
Mendengar suara bariton seorang pria, dengan spontan Qanita langsung mengangkat wajahnya. Dan seketika matanya langsung membulat sempurna, ketika ia melihat wajah dari Pria tersebut.
"Mas Fazril?!" sentaknya dengan Mimik wajah yang tampak tak percaya akan pengelihatannya.
"Kenapa terkejut begitu? Apakah wajahku terlihat seperti hantu hah?" tanya pria yang dipanggil Fazril itu oleh Qanita. Dan itu artinya ia adalah suaminya Qanita, "Kenapa masih diam? Apakah kamu tidak menjawab pertanyaanku hm? Apa yang membuat kamu menangis?" tanyanya lagi terdengar datar.
Mendengar pertanyaan Suaminya, Qanita pun langsung menyadari kalau saat ini wajahnya, sedang kacau. Karena sedang dibanjiri dengan air matanya.
"Aah.. m-maaf Mas! Sa-saya ma-masih..." balas Qanita, terlihat gugup, sehingga perkataan yang keluar dari mulutnya, jadi terbata-bata. Hal itu membuat Fazril jadi enggan mendengarnya.
"Aaah..!! Sudahlah! Tidak usah di bahas lagi!" bentak Fazril. Membuat tubuh Qanita langsung tersentak kaget, melihat sentakkan tubuh istrinya, Fazril pun memutarkan bola mata malasnya.
"Huh! Membosankan!" gerutunya, seraya ia berjalan menuju ke kamar mandi mereka. Sesampainya di dalam kamar mandi, ia langsung menutup pintu kamar mandinya dengan cara membantingnya. Membuat tubuh Qanita kembali tersentak kaget dengan di barengi dengan suara pekikan kecilnya.
"Aaakh!!" teriak Qanita. Namun dengan spontan ia langsung menutup mulutnya. Karena ia takut di dengar oleh suaminya.
"Iiikh..Hana! Kamu sebenarnya kenapa sih! Selalu aja gugup didepan suami kamu! Padahal kamu tahu kalau Mas Azril, paling tidak suka pada orang yang bicaranya tidak jelas seperti kamu! Kalau kamu terus seperti ini, yang ada dia tidak pernah mau berbicara padamu!" batin Qanita, merutuki kebodohannya.
"Aah Sudahlah! Sebaiknya sekarang aku menyusun pakaian Mas Azril yang di koper itu kedalam lemari saja?!" gumam Qanita sambil ia turun dari tempat tidurnya. Lalu ia pun berjalan menghampiri koper yang terletak di dekat pintu kamarnya. Kemudian koper itu pun ia tarik dan membawanya mendekati lemarinya. Dan baru saja ia hendak membuka koper tersebut, tiba-tiba..
"Apa kamu kamu lakukan hah?! Jangan sentuh barangku!"
Mendengar suara yang keras, tubuh Qanita langsung terpelonjak. Dan seketika menolehkan wajahnya ke sumber suara tersebut, "M-maaf Azril! I-itu, saya be-bermaksud ingin me-merapihkan ke..." balas Qanita dengan terbata-bata. Namun lagi-lagi, Fazril membentaknya.
"Aah, Diam!!" bentaknya dan seketika Qanita pun langsung menutup mulutnya. "tidak perlu berlagak menjadi seorang istri yang baik dihadapanku! Dan jangan pernah menyentuh barang-barangku mengerti!!" bentak Fazril. Membuat tubuh Qanita kembali melonjak kaget. Dan dengan spontan ia pun menganggukan kepalanya.
Melihat wajah ketakutannya Qanita, Fazril pun, berdecak kesal, "Ck! Selalu begitu! Memuakkan!" ucapnya lagi. Sambil menarik kopernya yang belum sempat dibuka oleh Qanita itu. Lalu ia pun langsung bergegas pergi sambil membawa kopernya, keluar kamarnya Qanita dan kemudian langsung membanting pintunya, ketika ia sudah berada di luar.
Mendengar suara bantingan pintu yang begitu keras, membuat tubuh Qanita melonjak kaget. Dan seketika tubuhnya seperti tak tenaga, dan hampir terjatuh, namun dengan cepat ia langsung menyandarkan tubuhnya di depan pintu lemari pakaiannya. Akan tetapi tiba-tiba tubuhnya langsung merosot kebawah dan akhirnya ia terduduk di lantai. Lalu ia kembali memeluk kedua lututnya sambil menyandar di pintu lemarinya tersebut.
"Sebegitu bencinyakah dia padaku? Sampai-sampai Dia menantapku, dengan tatapan begitu jijik. Apakah aku seperti kotoran dimatanya?" gumam Qanita, dengan tubuh, yang terlihat mulai gemetaran.
Qanita tampak begitu sedih, hingga tanpa terasa air matanya kembali membasahi pipinya, "Hiks.. hiks.. dua tahun sudah usia pernikahanku. Hiks.. hiks.. tapi tak sekalipun ia memandangku sebagai seorang Istri, hiks..hiks. Apakah aku begitu buruk dimatanya, sehingga Aku tak pantas menjadi pendampingnya? Hiks.. hiks.. kenapa dia menikahi ku, kalau memang Dia tak menginginkanku? Apa sebenarnya tujuannya menikahiku?" hiks.. hiks.. huhuhu...hiks.."
Tangis Qanita pecah, ia tak kuasa lagi menyimpan semua rasa sakit yang telah bertumpuk di dalam hatinya. Sehingga akhirnya ia pun mengeluarkan semua keluh kesahnya yang selama ini hanya tertahan dihatinya saja.
Qanita masih terlihat amat sedih, bahkan suara Isakannya satu dua masih terdengar jelas, ditemapat yang sama. Hanya posisi tubuhnya saja yang berubah. Karena saat ini ia terlihat sedang meringkuk di lantai sambil memejamkan matanya. Dan tak berapa lama suara Isakan itu tak terdengar lagi. Bahkan nafasnya terlihat mulai teratur, itu artinya ia sudah terhanyut ke dalam mimpinya.
Belum satu jam ia terlelap, tiba-tiba terdengar teriakan seseorang yang memanggil namanya begitu keras dan lantang. Membuat Qanita langsung terpelonjak dan dengan spontan ia langsung terduduk.
"QANITAAAA!!! KENAPA BELUM MENYIAPKAN SARAPAN HAH?!!"
"Astaghfirullah! Sudah pagi? Hah, kenapa aku tidur di sini?"
...••┈••✾•◆❀🌸❀◆•✾••┈••...
Jangan lupa berikan dukungannya ya? Dan jangan lupa kasih 👉 🌟🌟🌟🌟🌟 Lima, VOTE, LIKE, Hadiah Serta komentarnya oke 😉 Agar Ramanda bersemangat loh 😉
SYUKRON 🥰🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Nartadi Yana
baru baca 2 bab sudah sedih banget nggak berperikemanusiaan , kenapa nggak diceraikan saja dari ada disakiti sudah 2 tahun lho
2024-01-03
0
Retnomaulida
hiiiiiii gerammmmm liat perlakuan mrekaaaa, ngga ada yg punya yaaa satu pun, selama 2 thn bertahan dngn keadaan seperti itu luar biasaaa
2023-06-15
1
Vivi Bidadari
Keluarga toxid, punya art masih aja nyuruh" dasar mertua julid...
Ayooo Qonita jgn lemah semakin kamu lemah semakin ditindas kamu..
Ohhh ya Thour ini Hana atau Qonita yg mana satu nih
2023-02-19
0