"Rindu, sepertinya kamu akan melahirkan, ayo cepat sini aku gendong sebelum terlambat, kita harus segera ke puskemas takutnya kamu melahirkan disini," tukasnya Angga lalu berusaha untuk menggendong tubuhnya Rindu ke dalam mobilnya.
Raut wajahnya Angga Pratama terpancar kegelisahan, ketakutan, kekhwatiran, kecemasan yang melanda hati dan perasaannya saat itu juga.
Rindu berteriak mengeluh kesakitan dibagian perutnya. Dia tidak menyangka jika hari ini adalah hari taksiran melahirkannya.
"Abang, sepertinya aku akan melahirkan, tolong bawa aku segera ke rumah sakit," pintanya Rindu kepada Angga.
Angga sigap memenuhi permintaan dari Rindu. Angga mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh dan cukup tinggi. Nampak raut wajahnya pucat, gugup, panik dan kecemasan yang berlebihan.
"Cepat Abang, kenapa jalannya lama banget, aku tidak tahan lagi, aaahh!!" Teriaknya Rindu sambil mencengkeram kuat ujung bajunya itu.
Rindu semakin merasakan kesakitan dibagian perutnya, bagian bawahnya juga sudah basah. Angga sudah tidak peduli dengan kondisi jalan yang dilaluinya yang paling penting didalam pikirannya secepatnya sampai di rumah sakit.
"Kamu sabar yah, kita hampir sampai kok, Abang mohon kamu harus kuat demi kedua bayi cantikmu," imbuhnya Angga Pratama Kusuma yang seolah ia adalah ayah dari kedua calon anak kembarnya Rindu.
"Abang Erka, kamu dimana kenapa tidak datang menjemputku, aku akan melahirkan anak kembar kita Abang," lirihnya Rindu seraya meremas perutnya agar rasa sakit yang dideritanya sedikit berkurang.
Berselang beberapa menit kemudian, Rindu sudah sampai di rumah sakit. Angga berinisiatif untuk segera menggendong Rindu hingga ke dalam ruangan khusus bersalin.
Angga menggenggam tangannya Rindu dengan kuat," Rindu kamu harus kuat, Abang yakin kamu bisa melahirkan anak kembar kamu dengan selamat jadi Abang mohon berjuanglah demi mereka," tangannya terlepas dari genggaman tangannya Rindu karena sudah masuk ke dalam kamar bersalin.
Rindu segera diberikan tindakan untuk membantunya melahirkan karena jalan lahir sudah terbuka sempurna.
"Dokter, pasien sudah siap untuk melahirkan," imbuhnya salah satu bidan yang sedari tadi mengawasi, memantau dan memeriksa keadaannya Rindu.
"Tarik nafas dalam-dalam Bu terus keluarkan dengan kuat agar bayinya segera lahir, ikuti petunjuk dari kami yah," pintanya dokter perempuan yang sudah cukup dewasa nampak dari raut wajahnya itu.
Hanya dalam waktu sekitar satu jam saja,anak pertamanya Rindu sudah berhasil lahir dengan selamat dan berjenis kelamin perempuan, berselang beberapa menit kemudian bayi keduanya pun lahir dan berjenis kelamin perempuan lagi.
Oek.. owek..
Suara tangisan keduanya menggema di dalam ruangan tersebut dengan begitu nyaring sehingga Angga mampu mendengar suara tangisan mereka dengan jelas.
"Syukur Alhamdulillah… akhirnya mereka lahir juga, leganya hatiku kenapa aku merasakan mereka seperti anakku sendiri yang terlahir kedunia ini," batinnya Angga.
Pintu rumah sakit itu terbuka lebar, keluarlah seorang suster perempuan yang berjalan ke arah Angga Pratama.
"Maaf apa Anda ayah dari kedua anak kembar itu?" Tanyanya Suster yang berdiri tegak di depannya Angga.
"Saya bukan ayahnya Sus, tapi saya adalah anggota keluarganya," elaknya Angga.
"Kalau gitu silahkan masuk Pak karena kedua bayi itu harus segera diadzani," ujarnya Suster tersebut.
"Baik, makasih banyak,"
Angga segera berjalan mengikuti langkah kakinya perawat itu hingga ujung sudut ekor matanya melihat dua bayi menangis di dalam box bayi. Angga dengan gugup dan tubuhnya cukup gemetar karena untuk pertama kalinya harus menggendong seorang bayi walaupun jelas-jelas bukan lah darah dagingnya.
"Cantiknya putrinya ayah," ucapnya spontan saking bahagianya melihat bayi yang dalam gendongannya itu.
Angga bergantian menggendong bayi tersebut karena mereka akan diadzani dan diperdengarkan suara iqamah di telinganya masing-masing.
Rindu tak hentinya mengucap syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas kemurahan dan kasih sayangnya lah ia bisa melahirkan kedua buah hatinya itu.
"Syukur Alhamdulillah… makasih banyak ya Allah aku sudah melahirkan kedua anakku dengan selamat, maafkanlah atas segala dosa-dosaku ini, aku sudah terlalu banyak kesalahan yang telah aku perbuat selama ini,"
Rindu meneteskan air matanya, antara bahagia karena dengan selamat berhasil melahirkan kedua buah hatinya, sedih karena Erka sebagai papa biologis anaknya tidak hadir disisinya itu, menyesal karena sudah terlalu banyak dosa yang telah ia perbuat bersama Erka pujaan hatinya.
Lima tahun kemudian, Rindu memutuskan untuk kembali ke Ibu kota Jakarta. Ia memilih untuk pergi dari kampung yang sudah memberikan tempat untuk melahirkan dan membesarkan kedua putrinya itu.
Bintang dan Kejora nama kedua putrinya itu, mereka tumbuh sehat, lucu dan pintar. Di usianya yang baru menginjak 5 tahun lebih mereka sudah duduk di bangku sekolah dasar.
Rindu menyerahkan kepada kedua sepupunya untuk mengurus semua usahanya di desa. Mereka akan bagi hasil dari beberapa usahanya itu seperti ternak ayam petelur,ayam potong, ternak sapi, kambing, sawah dan ladang.
Tanpa memberitahukan sebelumnya kepada Angga pria yang sedari dulu tidak menikah karena menunggu selalu menunggu jawaban dari Rindu. Sehingga ia memilih untuk pergi secara diam-diam, karena sudah tidak sanggup untuk memberikan harapan kepada Angga yang sama sekali sulit untuk ia buka hatinya untuk pria lain.
"Abang Angga, maafkan adek aku harus pergi dari sini, sampai kapan pun aku tidak akan mungkin bisa menggantikan posisinya Erka dalam hatiku hingga sampai kapanpun, aku rela hidup seorang diri walaupun harus menjadi single parent untuk selamanya," gumamnya Rindu ketika mobil yang akan membawanya pergi ke Ibu kota Jakarta sambil menyeka air matanya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Zaini
lebih baik pergi dari pada memberikan harapan palsu
2023-01-23
1
Fahira Febrina
sedih pasti lah
2023-01-15
0
Juwita @ppa
bagaimana klo erka sudah menikah
2023-01-06
0