Rindu mengeluarkan semua isi perutnya itu saking tidak enaknya perasaannya. Kepalanya pusing, mual, dadanya terasa sesak, ulu hatinya perih.
"Apa magku kambuh yah atau aku hamil karena sudah hampir tiga bulan aku belum menstruasi juga sejak kepergian Abang Erka?" Cicitnya Rindu.
"Apa yang terjadi padamu?" Tanyanya Nisa salah satu rekan kerjanya Rindu yang kebetulan mereka sip malam itu.
Rindu segera menyeka ujung bibirnya yang baru saja memuntahkan hampir seluruh makanan dari dalam perutnya itu.
"Sepertinya mangku kambuh sehingga aku mual dan muntah seperti ini," elaknya Rindu yang mulai gugup dan panik karena sudah jelas mengetahui apa yang terjadi padanya saat itu.
"Ihh gitu, kalau memang kamu kurang sehat, sebaiknya pulang saja dulu daripada harus bekerja dengan kondisi seperti itu pasti kamu juga akan susah untuk bekerja dan menejer bisa marah melihatmu juga," imbuhnya Nisa yang memberikan solusi yang tepat untuk Rindu.
Rindu terdiam sejenak sambil berfikir untuk mencari pilihan jalan keluar yang tepat.
"Kalau begitu saya pamit pulang dulu, kalau esok aku baikan baru bisa masuk kerja lagi,maaf hari ini aku harus pulang terlebih dahulu," ujarnya Rindu lalu segera berjalan kembali ke ruangan ganti untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
Rindu segera menaiki motor maticnya untuk menuju ke rumah kontrakannya. Walaupun dalam keadaan yang kurang sehat,dia terus mengendarai motornya.
"Kenapa kepalaku semakin pusing yah, padahal aku sudah mengolesi minyak kayu putih di tengkuk dan juga bagian keningku," gumamnya Rindu yang semakin menambah kecepatan motornya agar bisa pulang dan beristirahat dengan tenang di rumahnya.
Tapi, apa yang terjadi di depan pintu masuk rumahnya, sudah banyak orang-orang yang sengaja menunggu kepulangannya itu. Semakin menambah shock dan terkejut ketika melihat hampir seluruh pakaian dan barang-barangnya sudah di lempar keluar oleh seorang ibu-ibu yang tidak lain adalah sang pemilik rumah itu sendiri yang sudah sekitar enam tahun ia tempati.
"Ini dia perempuan mu raa haan itu sudah pulang juga rupanya, maaf dengan sangat aku harus membuang dan mengeluarkan dengan paksa barang-barangmu karena aku tidak ingin perempuan yang tidak punya moral seperti kamu!" Cibirnya Bu Hilda sang pemilik rumah kontrakan itu.
Rindu tidak mampu berucap sepatah katapun juga, karena ia tidak mengerti dengan situasi yang terjadi.
"Mak-sudnya apa ibu Hilda, kenapa bisa barang-barangku semuanya dikeluarkan seperti ini, padahal aku tidak pernah nunggak membayar tagihan kontrakannya ibu!" Sanggahnya Rindu yang memarkirkan segera motornya lalu berjalan untuk mendekati Bu Hilda yang tampak sangat marah melihat kedatangan Rindu.
"Saya tidak perlu repot-repot mengatakan kepada kamu perihal alasannya kenapa saya mengusir kamu dari sini, intinya saya mendapatkan banyak keluhan dan laporan dari tetangga dan masyarakat setempat tentang kelakuan kamu yang sama sekali tidak baik sehingga saya selaku yang punya rumah berinisiatif untuk mengusirmu dari sini agar kompleks sini bisa kembali tenang dan kondusif seperti sedia kala, dan ini uang kompensasi atas pengusiran kamu dengan sepihak!" Jelasnya Bu Hilda sambil melempar sebuah amplop ke hadapan Rindu dengan cukup kasar.
"Dasar perempuan tidak tau diri, lebih baik pergi saja dari sini daripada terus tinggal di sini dan mengotori kompleks kita ini!" Nyinyir seorang ibu-ibu yang kebetulan turut hadir di tempat itu juga.
"Benar sekali apa yang ibu katakan, saya juga tidak mau punya tetangga yang mengobral dirinya pada pria sembarang dari pada komplek kita ini kena murka lebih usir saja dia dari sini secepatnya!" Ketusnya Ibu Ani yang kebetulan tetangga sebelah kanan rumahnya Rindu yang selama ini cukup baik padanya tapi, hari berubah drastis dan tidak seperti biasanya.
Dengan berat hati, Rindu terpaksa pergi dari rumah itu yang memberikan banyak kenangan untuknya bersama kekasih pujaan hatinya Erka yang pergi bekerja di daerah Kalimantan Selatan. Rindu segera memesan mobil untuk mengangkut beberapa barangnya itu.
"Apa sebaiknya aku pulang ke kampung halaman bapak saja kebetulan paman mengabarkan jika lahan kosong dan juga tambak ikannya ada orang tertarik untuk membelinya, masalah kehamilanku aku bisa mencari cara untuk menutupi dan sedikit mencari alasan yang tepat untuk menutupinya," batin Rindu seraya memungut beberapa pakaiannya.
Desa kampung halaman bapaknya yang menjadi pilihannya Rindu untuk melanjutkan kehidupannya. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk melahirkan anaknya ke dunia ini walaupun dalam keadaan tanpa suami ataupun hamil tanpa ikatan pernikahan.
"Ini semua pilihan dan jalan hidupku sendiri, aku harus kuat dan sabar nejakanim," cicitnya Rindu lalu segera naik kembali ke motornya.
Rindu juga sudah berencana untuk menjual motor pemberian Erka untuknya karena ia ingin memakai uang itu sebagai biaya kehidupannya dan juga sebagai modal usaha nantinya.
Kebahagiaan tidak menghampiri mereka yang memiliki segalanya, namun kebahagiaan akan menghampiri mereka yang berterus bersyukur atas nikmatnya.
Terkadang cobaan menghampiri hidup kita, agar kita menjadi orang yang lebih sabar dan ikhlas untuk menghadapi segalanya.
Hal yang paling sulit dari hidup ini adalah menerima kenyataan pahit, percuma disesali jadikan saja pelajaran.
Semua hanya tentang waktu, tunggulah dan tetap doakan, jangan berubah atau menyerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
MaLika Fardi
lanjut, cerita bagus
2023-01-06
0
Jusniah
ini obsesi apa cinta
2023-01-06
0
Ierna Naim
saya berharap Erka pulang mencari keberadaan rindu
2023-01-05
0