Sudah larut malam entah kenapa Zayn kepikiran Ara. Ia pun bergegas menuju kamar sang Adik.
Ia pun mengetuk kamar sang adik. Ternyata benar firasat zayn. Saat membuka pintu kamar Ara, ia melihat mata Ara yang masih terbuka lebar.
“Belum tidur dek.”
“Belum, Ara tidak bisa tidur.” Zayn pun mendekat ke arah sang adik, ia mendudukkan dirinya di pinggir tempat tidur Ara.
“Kenapa?” Bukannya menjawab Ara memilih mendudukkan dirinya dan memeluk Zayn. Sebenarnya Zayn tau apa yang ada di fikiran Ara sekarang.
Zayn hanya ingin Ara sendiri yang mengungkapkan. Sejujurnya Zayn tidak terlalu suka sikap Ara yang sekarang. Ara terlalu tertutup dan tidak pernah mau mengungkapkan apa yang ada di fikirannya. Zayn lebih suka melihat sikap Ara yang manja kepadanya.
“Kenapa dek?”
Ara hanya terdiam. Zayn hanya memandangi adik kesayangannya sembari mengelus kepala Ara.
“Ara hanya takut bang. Apa nanti setelah menikah Ara bisa merasakan kebahagiaan? Bagaimana nanti kalau suami Ara seperti dia.” Zayn menghela nafasnya mendengar penuturan Ara.
“Dek jangan pernah menyamaratakan semua laki-laki seperti papa.”
“Abang yakin calon suami kamu orang baik, untuk kali ini abang mohon percaya dengan pilihan abang.” lanjut Zayn berusaha meyakinkan Ara.
Jika bisa memilih ia tidak ingin terikat dengan yang namanya sebuah pernikahan. Baginya pernikahan hanya akan membuatnya merasakan sakit hati. Tapi ia sendiri tidak ingin membuat abang dan mamanya kecewa. Ara hanya
menjawab dengan menganggukan kepalanya saja. Zayn benar-benar bisa mengerti kenapa Ara bisa memiliki kekawatiran seperti itu.
FLASH BACK ON
Malam itu hujan turun sangat deras. Ara yang masih kecil bergantian memandangi wajah papa, mama dan tante maria yang ia kenal sebagai sekertaris papanya. Entah apa yang sedang mereka tangisi.
“Mengapa papa tega?” tanya Mia.
“Maafkan papa ma, papa benar-benar khilaf.”
“Khilaf papa bilang.” teriak mia.
“Maaf. . maaf... maafkan papa ma.” ucap david sambil memohon pengampunan kepada Mia.
“Cukup pa. Apa papa fikir dengan meminta maaf semua bisa kembali seperti semula?”
“Jangan hanya karna ingin menutupi kesalahan papa, papa berlindung di balik kata khilaf.” lanjut mia sambil terisak.
Ara bingung melihat mamanya menangis. Ia bergantian menatap wajah mama, papa, tante maria, dan Zayn. Ara ingin bertanya tapi ia takut. Zayn yang mengerti akan kebingungan Ara pun segera mendekat dan memeluk adiknya.
“Sekarang apa yang akan papa lakukan?" Tanya Zayn.
“Maafkan papa Zayn. Papa tidak bisa kalau harus meninggalkan tante Maria.”
“”Lalu bagaimana dengan Zayn dan Ara pa?”
“Sekali lagi maafkan papa Zayn...”
“Maaf..maaf..maaf apa papa tidak ada kata lain selain kata maaf?” Teriak Zayn.
Ara terkejut mendengar Zayn yang berteriak kepada papanya. Meskipun ara masih kecil tapi dia tidak terlalu bodoh untuk memahami apa yang sedang terjadi sekarang. Ia mulai mengerti apa yang sedang terjadi di keluarganya.
“Ini sudah malam pa. Sebaiknya papa pergi. Karna tidak mungkin kan papa berniat mengajak tante Maria untuk menginap disini..” ucap Zayn. Karena melihat ketakutan sang adik Zayn memutuskan untuk segera mengakhiri perdebatan ini.
David pun mengerti maksud Zayn.
“Ma, papa pamit dulu ya. Sekali lagi maafkan papa karna sudah mengecewakan kalian.”
“Mbak maafin Maria juga ya, karna maria sudah merusak kepercayaan mbak.” ucap Maria.
Mia hanya terdiam. Dia benar benar kecewa terhadap suaminya dan Maria. Padahal selama ini
Mia sudah menganggap maria seperti adiknya sendiri.
“Papa mau kemana?” tanya Ara yang melihat David akan beranjak pergi.
“Papa harus pergi sayang. Sekali lagi maafkan papa.”
Ara pun menangis. Ia tidak ingin papanya pergi. Langkah Ara di hentikan Zayn saat ia
ingin mengejar David. Ara pun menangis sambil memanggil papanya.
Setelah kepergian David dan Maria, Zayn menghampiri Mia.
“Sudah ma jangan menangis lagi. Zayn yakin mama kuat.Mama masih punya kami ma.” ucap Zayn.
FLASH BACK OFF
“Bang Ara boleh meminta sesuatu sama abang?”
“Tentu saja dek apapun itu pasti abang akan berusaha untuk mengabulkan.”
“Janji.” Ucap Ara sambil mengulurkan jari kelingking.
“Janji.” Zayn pun menyambut jari kelingking Ara.
“Ara hanya ingin kalau sampai pernikahan Ara nanti terjadi, Ara ingin acaranya di adakan secara sederhana saja dan hanya dihadiri oleh keluarga terdekat. Ara juga minta kalo nanti Ara menikah abang yang harus
jadi wali Ara. Pokoknya abang yang harus nikahin Ara bukan dia.” pinta sang adik.
Zayn pun tertegun mendengar permintaan Ara.
“Kenapa? Apa kamu tidak ingin mengundang teman-temanmu?”
“Tidak. Malah kalau bisa Ara ingin merahasiakan saja pernikahan Ara. Jika suatu saat nanti Ara mengalami kegagalan dalam rumah tangga orang-orang tidak akan menggunjing Ara."
"Kenapa kamu berfikiran seperti itu dek?"
"Dulu Ara sering mendengar tetangga kita membicarakan mama."
Lagi-lagi Zayn terdiam.
“Baiklah kalau itu mau kamu, Apa kamu benar-benar tidak ingin memberi tahu papa..”
"Tidak."
Zayn menghembuskan nafasnya mendengar jawaban Ara.
"Baiklah nanti biar abang yang menjadi wali saat kamu menikah."
“Terima kasih bang. Ara sayang abang.”
“Abang juga sayang sama kamu. Abang hanya ingin yang terbaik buat kamu. Sudah kamu tidur, jangan terlalu banyak mikir.” Zayn pun mencium kening adik kesayangannya.
Keesokan harinya Ara terbangun kesiangan. Saat menuruni tangga ia melihat abangnya yang sudah akan berangkat ke kantor.
"Abang Ara boleh ikut ya..."
"Ikut?" Zayn mengerutkan keningnya.
"Ikut abang ke kantor." Ucap Ara dengan nada manja seperti biasanya.
"Kamu tidak ke toko hari ini?" Tanya Zayn.
"Kenapa? apa Ara tidak boleh ikut abang?" tanya Ara merajuk.
"Tentu saja boleh dek. Abang cuma sedikit terkejut saja tumben-tumbenan kamu ingin ikut abang kekantor."
"Tunggu Ara sarapan dulu ya bang. Awas Ara jangan di tinggal."
"Iya abang tunggu di mobil ya." Ucap Zayn sambil berjalan menuju mobilnya berada.
Ara pun bergegas menghabiskan sarapannya.Setelah selesai ia langsung menghampiri Abangnya. Sesampainya di kantor, Ara berjalan mengikuti Zayn di belakangnya. Sepanjang perjalanan menuju ruangan Zayn Ara hanya memasang wajah juteknya saja.
"Dek apa kamu tidak bisa tersenyum sedikit saja?" protes Zayn saat Ara menampilkan wajah juteknya.
"Tidak, Ara terlalu cantik jika tersenyum bang." Jawaban Ara benar-benar membuat Zayn geleng-geleng kepala.
Mereka pun lanjut menaiki lif. Sesampainya di ruangan Zayn Ara memilih untuk masuk ke ruangan tempat Zayn istirahat. Di ruangan itu juga terdapat tempat tidur, televisi, kulkas dan rak tempat beraneka macam makanan.
"Apa kamu kesini hanya untuk menghabiskan stok makanan abang?"
"Tentu saja, kan sayang bang kalau makanan sebanyak ini hanya di jadikan pajangan saja. Lagian Ara heran kenapa abang menyetok makanannya banyak sekali. Apa abang menyiapkan ini untuk kekasih abang?" Goda Ara.
"Jangan ngaco kamu dek. Abang mana sempat memikirkan untuk mencari kekasih jika abang setiap hari hanya di sibukkan dengan berkas-berkas yang selalu menumpuk." Jawab Zayn asal yang tanpa ia sadari jawaban itu membuat rasa bersalah pada Ara. "Maafkan Ara ya bang. Gara-gara Ara abang harus bekerja keras."
"Abang ikhlas dek. Abang hanya meminta jika kamu nanti menikah jangan pernah berfikiran memiliki keluarga yang gagal. Kamu harus berusaha untuk membuat keluarga yang bahagia. Mengerti?" Ucap Zayn mendekat lalu mengelus rambut Ara. "Ya sudah abang kerja dulu kalau kamu nanti merasa bosan bilang ke Abang." Ara menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
Saat menonton televisi Ara ketiduran. Ia terbangun saat waktunya makan siang ia melihat Zayn yang sudah tidak ada di kursi kebesarannya. Saat akan melewati meja Ia melihat ada notes dari Zayn yang memberitahukan bahwa abangnya sedang melakukan meeting. Tidak ingin mengganggu Zayn ia memutuskan untuk mencari makan di luar. Saat akan menyebrang jalan ia melihat ada anak perempuan kecil yang sedang di marahi. Ia pun bergegas menghampiri mereka.
Anak perempuan itu hanya bisa menangis sambil meminta maaf.
"Kamu pikir dengan meminta maaf sepatuku akan kembali seperti semula."
"Saya akan menggantinya om." ucap anak itu sambil menangis.
"Apa kamu bilang?kamu akan mengganti sepatuku?" Tanya seorang bapak sambil berteriak. "Apa kamu pikir harga sepatu ini murah?"
"Kenapa anda harus berteriak." Tegur Ara sambil berjalan menghampiri anak kecil itu.
"Siapa kamu?"
Ara memilih tidak menghiraukan pertanyaan dari orang tersebut. "Kamu kenapa dek?" tanya Ara sambil menghapus air matanya.
"Tadi waktu Aira berjalan om ini menabrak Aira. Lalu minumannya tumpah tante." jawab anak itu masih dengan air mata yang mengalir. Mendengar penuturan Aira membuat orang tersebut mendapat tatapan dari Ara.
"Kenapa kamu menatap ku seperti itu."
"Bukan kah seharusnya anda yang meminta maaf kepada adik ini tuan." Ara berkata dengan sedikit meninggikan nada suaranya.
"Kenapa harus aku yang meminta maaf?"
Ara benar-benar di buat jengkel. "Karena di sini andalah yang bersalah tuan."
"Berapa aku harus mengganti?" ucap bapak itu sambil mengeluarkan dompetnya.
"Apa tuan pikir semua bisa di selesaikan dengan uang?"
"Tentu saja. Siapa yang akan menolak jika di beri uang, apalagi bocah miskin ini." jawab bapak itu mencemooh.
Ara menatap sinis. "Mungkin tuan benar uang bisa menyelesaikan segalanya. Tetapi tidak semua permasalahan bisa di selesaikan dengan uang."
"Lalu apa yang ingin kamu aku lakukan?" Tantang bapak itu sambil membusungkan dadanya. "Minta maaf." ucap Ara sambil melipat tangan di dadanya.
"Meminta maaf kepada bocah miskin ini? Apa kamu sudah gila." Protes bapak itu.
"Apa anda tidak pernah di ajarkan waktu sekolah bahwa jika bersalah harus meminta maaf?"
"Apa kamu tidak tahu siapa saya?"
"Saya tidak perduli siapa anda. Yang saya tahu di sini andalah yang bersalah." Perdebatan mereka mengundang perhatian dari beberapa orang termasuk Zayn.
"Ada apa ini Pak Harun?" Ara merasa terkejut mendengar suara Zayn. Apalagi saat Zayn mengenali siapa bapak yang sedang berdebat dengannya.
"Hanya kesalah pahaman tuan. Mereka berdua adalah sepasang gadis miskin yang bersekongkol untuk mendapatkan uang saya tuan." ucap Harun lantang sambil menunjuk ke arah Ara.
"Apa maksud dari perkataanmu pak?" Zayn benar-benar menahan emosi mendengar ucapan karyawannya.
"Apa dia karyawan abang?"
"Ya dia kepala bagian administrasi."
"Abang??" seru pak Harun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments