Beberapa hari ini Ara sengaja menyibukan diri dengan pesanan bunga. Sehingga dia melupakan percakapan dengan abang dan mamanya malam itu. Zayn dan mamanya pun belum ada yang berani membahas lamaran yang di ajukan Tirta untuk Ara. Sejujurnya Ara merasa takut jika teringat kembali percakapan antara dirinya, Zayn, dan Mia malam itu. Ia benar-benar memiliki Trauma dengan sebuah pernikahan. Andai bukan keluarganya sendiri yang mengalami ini mungkin Ara tidak akan seperti ini.
Menikah itu sekali seumur hidup. Tapi mengapa ada beberapa orang yang melanggar janji pernikahan yang pernah mereka ucapkan? Ini pula yang menjadi salah satu masalah orang dewasa yang sampai saat ini tidak pernah bisa Ara mengerti.
Hari ini adalah hari dimana El kembali ke Indonesia setelah hampir 10 tahun ia menetap di Dubai.
“Mama papa El pulang.” teriak El. Ia kembali berteriak memanggil papa dan mamanya yang di sambut jeweran telinga dari papanya.
El kesakitan. “Papa, anaknya pulang itu di peluk bukan malah di jewer.” gerutu El kesal.
Tirta merotasikan matanya.“Kamu pikir rumah papa ini hutan seenaknya saja berteriak-teriak.” Tegur Tirta.
“Papa tidak kangen apa sama El?” Rengek El.
Tirta berjalan meninggalkan El. “Kenapa papa harus kangen sama anak yang bahkan sudah melupakan orang tuanya.”
Valen berjalan menuruni tangga saat mendengar kegaduhan di lantai bawah. “Sudah sudah anaknya baru sampai biar istirahat dulu pa.” tegur Valen sambil berjalan menghampiri anaknya.
"Tau nih ma." El menghampiri Valen lalu memeluknya. "El kangen mama saja kalau begitu." Ucapnya manja.
Tirta kembali merotasikan matanya melihat kelakuan anak lelaki semata wayangnya. "Ya sudah El istirahat dulu ya pa ma.” Pamitnya setelah melepas pelukkannya.
“Tunggu El." Seru Tirta menghentikan langkah kaki El. "Nanti sore kamu jangan pergi kemana-mana dulu. Ada yang ingin papa bicarakan dengan mu.” Lanjutnya.
El mengerutkan keningnya.“Baik pa.” Jawab El. Ia pun bergegas pergi ke kamarnya untuk istirahat dengan sedikit rasa penasaran.
.
.
.
Setelah beristirahat El bergegas turun untuk menemui sang papa. Ia menoleh kiri kanan mencari keberadaabn sang papa. “Ma, papa ada dimana?” Tanya El saat melihat mamanya yang baru keluar dari dapur.
“Papa menunggumu di ruang kerjanya El.”
"Memang papa ingin membicarakan apa sih ma? kelihatannya serius sekali." Tanya El karena ia benar- benar merasa penasaran.
"Kamu kesana saja, nanti kamu juga tahu sendiri."
“Ya sudah, El keruangan papa dulu ya ma.” jawab El dengan nada sedikit kecewa.
Tok tok tok
“Masuk, duduk El.”
El pun duduk di samping papanya. “Tadi papa bilang ada yang mau di bicarakan sama El?” Ucapnya tanpa basi- basi.
“El, sebelumnya ada yang ingin papa tanya kan kepadamu." Tirta terdiam sejenak. "Apa kamu sudah mempunyai kekasih?” Akhirnya tanya Tirta tanpa basa- basi.
El mengerutkan keningnya. “Tumben papa bertanya seperti ini ke El.” Tanya El terkejut dengan pertanyaan yang di lontarkan papanya.
“Sudah jawab saja pertanyaan dari papa.”
“Papa kan tahu sendiri bahwa akhir- akhir ini El di sibuk dengan permasalah di perusahaan, jadi mana sempat memikirkan untuk memiliki kekasih. Memangnya ada apa pa?” El heran dengan sikap papanya. Pasalnya selama ini sang papa tidak pernah mempertanyakan tentang masalah pribadinya.
“Baguslah kalau begitu, Papa berniat ingin menjodohkan mu dengan anak dari sahabat papa." Mendengar perkataan Tirta membuat El terdiam. Ia bingung harus berkata apa.
"Selama ini papa tidak pernah meminta apapun kepadamu. Tapi untuk kali ini papa benar-benar berharap kamu bersedia menerimanya.” Lanjut papanya.
El masih terdiam. Sebenarnya untuk urusan jodoh El ingin mencarinya sendiri. Ia Ingin menolak tapi memang ini permintaan papanya untuk yang pertama kalinya. Setelah sedikit berfikir akhirnya El memutuskan untuk menerima perjodohan ini.
“Baiklah pah El menerima perjodohan ini.” ucap El pasti.
Tirta tersenyum puas. “Terima kasih El.” Ia berdiri lalu berjalan menghampiri El untuk memeluk anak lelaki satu-satunya. El pun membalas pelukan sang papa.
“El, apa kamu tidak ingin bertanya siapa yang akan papa jodohkan denganmu?” Tanya Tirta setelah melepaskan pelukannya.
“Tidak pa.”
“Kenapa? Apa kamu tidak penasaran?”
“El percaya papa, siapapun pilihan papa pasti yang terbaik untuk El.” El tersenyum.
Tirta membalas senyuman El. “Papa dapat pastikan kamu tidak akan kecewa dengan pilihan papa.” ujar Tirta meyakinkan El.
"Mulai besok kamu urus perusahaan kita yang ada di sini."
El hanya tersenyum mendengar perkataan tirta. "Baik pa. Pa El ijin ya. Hari ini El ingin menemui Angga dan Dion. El kangen mereka.” Pamit El.
“Tapi pulangnya jangan malam-malam.” Pesan papanya.
“Baik pa. Kalau begitu El izin keluar dulu ya.” Sambil mencium tangan papanya.
“Hati-hati dijalan El.”
Saat keluar dari ruangan papanya, El berpapasan dengan sang mama. “Ma El pamit keluar dulu ya, ada janji ketemuan sama Angga dan Dion.”
“Hati-hati di jalan El, ingat pulangnya jangan malam-malam.” Valen mengingatkan.
“Iya ma, El pergi dulu.” ucap El sambil berlari. Valen menggelengkan kepala karna melihat kelakuan El.
“Dasar, bukannya istirahat saja di rumah malah pergi.” ucap Valen sambil menggelengkan kepalanya.
Valen pun melanjutkan aktifitasnya..
El bergegas mengendarai mobil untuk pergi menuju kafe tempat dimana mereka sudah berjanji untuk bertemu.
.
.
.
“Triiinnggg. . . " bunyi alarm membangunkan gadis cantik yang masih terlelap dari tidurnya. Dengan langkah gontai ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Setelah selesai melakukan rutinitas paginya, Ara segera turun untuk sarapan.
“Pagi mama.” sapa Ara sembari mencium pipi mamanya.
“Pagi juga sayang”.
“Abang mana ma?” Tanya Ara saat tidak melihat keberadaan abang kesayangannya.
“Abang mu pagi tadi berangkat kesemarang sayang.”
“Semarang?? Kenapa abang gak pamit sama Ara?” Protesnya.
“Tadi abang buru-buru sayang ada masalah sama proyek pembangunan hotel. Sebenarnya abang mau membangunkan kamu tapi kasian, kata abang kamu pasti capek. Akhir-akhir ini kamukan pulangnya malam trus. Lagian abang cuma 1minggu di sana.”
“1minggu ma?” tanya Ara sambil mengrucutkan bibirnya. Mia hanya tersenyum melihat tingkah anak gadisnya.
“Sudah-sudah cepet selesaikan sarapannya. Katanya ada pesanan buket bunga.” kata Mia mengingatkan Ara.
“Ya ampun Ara sampai lupa ma.” sambil menepuk jidatnya.
“Ara berangkat dulu ma.” sambil mencium tangan Mia.
Sesampainya di toko Ara langsung di sibukkan dengan pesanan. Ia sibuk merangkai buket bunga
sesuai pesenan. Biasanya Ara selalu mengerjakan sendiri, tapi tidak untuk kali ini, dia di bantu oleh Zoya. Saat Ara sedang bergelut dengan dunianya, tiba-tiba ponsel Ara berdering.
“Kriing Kriing”. saat di lihat ternyata bang Zayn yang menelephone.
“Halo...Halo dek.”
Ara hanya terdiam masih enggan untuk menjawab.
“Halo..dek. Kamu marah sama abang?” Tebak Zayn karena ia hafal betul dengan sifat adik kesayangannya saat sedang merajuk.
“Abang jahat kenapa ke Semarang tidak pamit sama Ara.” Ujar Ara kesal.
“Maaf dek tadi abang terburu-buru, tadi abang sempet ke kamar adek mau pamit tapi kamu tidurnya pules jadi abang ga tega mau bangunin.” Jawab Zayn memberikan alasan. “Udahan ya marahnya.” bujuk Zayn lagi.
“Abang beneran 1 minggu disana?” Tanya Ara.
“Rencananya sih dek, tapi nanti abang usahain cepet selesai. Biar abang bisa cepet pulang.” Terang Zayn. “Abang takut nanti ada yang kangen.” lanjut Zayn sambil menggoda Ara.
“Siapa juga yang bakal kangen abang.”
“Beneran nih." Tanya Zayn. Ara hanya terdian enggan untuk menjawab.
"Ya sudah abang tutup dulu ya, sebentar lagi abang ada meeting.”
“Abang hati-hati ya.” Ara menjawab dengan nada manja yang membuat Zayn tersenyum.
“Iya dek. Ya sudah abang tutup ya.”
.
.
“Siapa Zayn?” Tanya Tirta.
“Ara om, Zayn takut Ara marah soalnya tadi Zayn nggak sempet pamit sama Ara.” Zayn menjelaskan.
Tirta memandang Zayn. “Zayn, tentang lamaran om untuk Ara bagaimana?” Tanya nya. Sebenarnya Tirta merasa sedikit ragu untuk bertanya.
Zayn menghembuskan nafasnya berat. “Sebenarnya Zayn sudah berbicara sama mama om, tapi kata mama balik lagi ke Ara mau atau tidak untuk menerima lamaran dari om.”Zayn terdiam sebentar. “Rencananya setelah pulang dari Semarang Zayn akan mencoba untuk berbicara ke Ara. El sendiri bagaimana om?” Lanjutnya penasaran.
“Kalo El setuju- setuju saja apa kata om.”
“Nanti setelah Zayn bicara sama Ara, Zayn akan langsung mengabari om.” ucap Zayn. "Tapi apapun nanti jawaban Ara, Zayn berharap itu tidak mengganggu kerja sama kita."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments