''
''
pagi yang indah, Fatima memasak membuat sarapan untuk nya dan sang Abi tercinta, sang umi sudah berpulang setahun yang lalu, teh hangat ubi rebus kesukaan Abi nya,
''Ini apa.'' tanya Abi menunjuk roti sandwich di piring satunya,,
''Ini sandwich Abi.'' jawab Fatima pelan,
''Makanan apa ini emang nya enak.'' tanya Abi pelan tidak pernah melihat makanan apa itu
''Insyaallah enak Abi.'' jawab Fatima lagi,
''Lebih enakan punya abi, ubi rebus makanan Abi sepanjang masa.'' terang Abi Sobri,
''Makanan Fatim juga bi, Fatim juga suka.'' ayah dan anak itu menikmati sarapan nya dengan damai, tak berapa lama datang sahabat Fatima akila,
''Aslam'mualaikum.''
"wa'alaikumsalam.''
"Hem kila kamu sudah datang.'' tanya Abi ramah,
"Iya Abi, kila sama Fatim mau ke kota ada seminar di salah satu universitas.''
"Pergilah selama itu untuk kebaikan, manfaat kan ilmu kalian untuk orang banyak.'' tutur Abi memberi nasehat,
"Habiskan dulu sarapan mu Fatim.'' ucap Abi menunjuk roti di piring
''qila kamu sudah sarapan.'' tanya Abi pada Aqila,
''Sudah Abi, ummi di rumah buat nasi goreng.'' jawab Aqila seadanya,
''Wah enak tu nasi goreng, kapan kapan Abi mau juga di buatin sarapan nasi goreng.'' ucap Abi melirik Fatima,
''Iya besok Fatim buatin.'' ucap Fatima melirik Abi nya,
''Ya sudah Abi, Fatim sama qila, pergi dulu keburu siang.'' pamit Fatim seraya meraih tangan abi nya mencium nya dengan hangat di ikuti Aqila,
''Assalamualaikum.''
''waalaikumsalam.''
''Hati hati bawa mobil nya qila.'' nasehat Abi sebelum Aqila dan Fatima menaiki mobil,
Aqila melajukan mobil nya, dengan kecepatan sedang, dua sahabat itu mengobrol di sela perjalanan nya, dua jam sudah berlalu, keduanya sampai di salah satu universitas swasta di Jakarta,
Keduanya di sambut dengan baik dan antusias dari para mahasiswa, dan beberapa dosen pembimbing,
Fatima dan Aqila mulai seminar nya, memberi edukasi kepada para juniornya dengan tema, optimalisasi solidaritas kepengurusan organisasi yang produktif dan berkualitas,
Setelah memberi seminar Fatima dan Aqila tak lantas pulang keduanya singgah di kafe, untuk sekedar menikmati jus segar dan juga camilan, sebelum melanjutkan perjalanan menuju toko buku,
''Bukan kah itu, guru les putramu.'' seru Leon melihat Fatima dan Aqila,
Juna dan Rima mengikuti arah pandang yang Leon tunjuk tampak dia gadis bercadar sedang menikmati pesanan nya,
''masak sih itu Fatima.'' Rima tidak bisa mematikan,
''Bukan kali, itu orang lain.'' seru Juna menimpali,
''Coba sapa dulu siapa tau iya benar.'' seru Leon kekeh itu guru ngaji nya arka,
''Dari mana kamu tau itu Fatima guru ngajinya arka, aku saja tidak bisa menebak itu Fatima.'' Rima terus melihat kearah Fatima memastikan ucapan Leon benar,
''Matanya mungkin, soal nya yang terlihat hanya matanya.'' jawab Leon asal,
''Bentuk mata semua orang sama tidak ada bedanya.'' seru Juna menimpali,
''karna matanya indah.'' batin Leon berkata,
''Sayang coba kamu lewat depan dia, benar tidak apa kata Leon.'' ucap Juna pada istrinya hanya ingin memastikan,
''Ide bagus.'' Rima segera berdiri dan berjalan di depan Fatima dan Aqila,
''Mbak Rima.'' panggil Fatima,
''Apa ku bilang.'' seru Leon seraya memukul pelan meja, melihat gadis bercadar itu memanggil istri sepupunya,
''Fatima kamu disini.''
''Iya mbak tadi Fatima ada kegiatan seminar di salah satu universitas di dekat sini.'' jawab nya jujur,
''Mbak Rima sendiri.'' tanya Fatima,
''Tidak aku sama mas Juna dan itu ada juga sepupu mas Juna.'' tunjuk Rima ke meja tak jauh dari mejanya, Fatima mengikuti arah yang Rima tunjuk kan, tanpa sengaja mata Fatima bertemu pandang dengan mata Leon,
''Beautiful eyes.'' gumam Leon dalam hati, dengan cepat Fatima mengalih kan pandangan nya,
'' boleh aku duduk di sini, sedari tadi aku tidak nyaman di sana, karna hanya aku wanita.'' ucap Rima,
''Silahkan mbak, kamu sama sekali tidak keberatan.''
Rima bergabung di meja Fatima dan juga Aqila obrolan ketiga nya tampak seru, Leon terus memandangi Fatima yang tersenyum di balik cadar nya,
''Kamu kenapa sih, dari tadi ngeliatin gadis itu terus.'' tanya Juna yang heran melihat sepupunya itu,
''Tidak ada aku cuma heran, ini sudah jaman modern, masih ada yang mau menutup wajah nya demi apa coba.'' tanya leon heran sekaligus penasaran,
''Karna ingin menjaga kecantikan nya hanya untuk suaminya, jawab Juna asal.'' Juna sendiri merasa senang melihat penampilan istrinya sekarang di banding dulu ketika masih pacaran, Rima yang dulu berpakaian terbuka, dan Rima sekarang berpenampilan tertutup meski tak mengenakan pakaian syar'i seperti Fatima, celana kulot kemeja lengan panjang di Padu padan kan dengan pasmina menutupi Area dadanya, itu pun sudah membuat Juna senang, karna keindahan sang istri hanya dirinya yang bisa Menik mati,
''Tadinya aku berfikir dia seperti t*r*ris.'' ucap Leon lagi,
''Jaga bicaramu awas nanti kamu jatuh cinta.'' seru Juna mengingat kan,
''Bagai mana aku bisa jatuh cinta jika melihat wajah nya saja tidak bisa, hanya matanya yang bisa terlihat.'' jawab Leon cepat,,
''Bukan kah cinta datang dari mata lalu turun ke hati, aku belum pernah tu, mendengar istilah cinta datang dari wajah lalu turun ke hati.'' ucap Juna lagi, membuat Leon mengangguk pelan membenarkan ucapan sepupunya
''Karna matanya sangat begitu indah.'' gumam Leon dalam hati,
''Apa kamu tertarik dengan gadis muslimah.'' tanya Juna tiba tiba, melihat sepupunya itu tidak berpaling pandangan nya sedikit pun dari Fatima,
''Hah aku.'' tunjuk Leon pada dirinya sendiri,
''ya iya kamu memangnya siapa lagi, tidak ada orang lain di meja ini.'' ucap Juna menjelaskan,
''Aku hanya mengagumi, tertarik belum tentu menyukai. aku hanya kagum dan takjub, di jaman modern seperti sekarang, kebanyakan gadis ber lomba lomba mempercantik dirinya dengan segala merk fashion yang ada. nah ini memilih menutup dirinya tanpa celah sedikit pun.'' terang Leon,
''Itu lah, keistimewaan wanita muslimah yang taat. calon penghuni surga nya Allah.'' ucap Juna namun Leon masih tidak bisa memahami dan mencerna setiap ucapan sepupu nya itu, bagi nya saat ini hanya merasa kagum takjub sekaligus heran, dengan wanita yang memilih mengenakan pakaian longgar panjang dan memakai penutup di wajah nya,, berbeda sekali dengan gadis di tempat Leon di besarkan, gadis disana rata rata memakai pakaian minim, bahkan saat di pantai mereka nyaris telanjang,
''Mbak Rima maaf kami duluan, kami masih mau ke toko buku.'' sebelum pulang, Fatima berkata pelan tak enak hati harus menghentikan obrolan ketiga nya,
''Oh tidak apa apa Fatima, silahkan kalau mau ke toko buku.'' ucap Rima mempersilahkan kan Fatima dan Aqila pergi,
''Sekali lagi maaf ya mbak.'' ucap Fatima lagi,
''Tidak apa apa Fatima, aku yang berterimakasih sudah mengijinkan aku bergabung dengan kalian berdua.'' ucap Rima,
Fatima dan Aqila pamit undur diri meninggal kan Rima,, dan Rima pun kembali ke meja suami nya dan sepupu suaminya, rupanya Fatima orang yang sangat menyenangkan, Rima sangat nyaman ngobrol banyak dengan Fatima, karna baru kali ini Rima bisa mengobrol lama dengan Fatima,,
''Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments