GUBRAK
Laki-laki itu terjerembab ke atas jalanan yang terpanggang matahari siang. Tentunya, dengan wajah yang lebih dulu mencium aspal panas itu.
"Sial"
Laki-laki itu menoleh dan berusaha bangun, namun na'as, Ghazali kembali mengarahkan tendangannya para pergelangan kaki preman tersebut. Hingga pria yang di duga penjambret itu pun meringis, lantaran kembali terjengkang. Preman itu bahkan terus saja memaki meski sambil mengerang kesakitan.
"Siapa sih lu, anying! Ngapain lu gangguin kerjaan gua!"
Preman tersebut bangun dengan cepat dan hendak melayangkan tendangan balasan untuk menjatuhkan Ghazali, akan tetapi gerakannya sudah terbaca, sehingga, Ghazali dapat mengelaknya dengan mudah.
Dengan gerakan cepat pula, Ghazali kembali menyerang hingga berhasil membekuk jambret itu, membuatnya tak lagi dapat berkutik kini.
Ghazali telah menekan tubuh bagian belakang jambret itu dengan dengkulnya, kemudian ia mengambil alih tas wanita dari tangan si preman.
"Cemen aja mau jadi penjahat lu, bonyok kan!" hardik, Ghazali yang mana masih mengunci pergerakan jambret yang jelas terlihat sudah tidak sanggup melawan lagi.
"Ampun, Bang! Lepasin gua plis!" ucap preman itu memohon.
"Apa lu kata! Lepasin! Enak aja!" Ghazali memukul kepala preman itu hingga kembali membentur di aspal. "Lu harus mempertanggung jawabkan perbuatan lu nanti ke pihak yang berwajib!" hardik Ghazali membuat preman itu pasrah akan nasibnya.
Beberapa orang kini berlarian menghampiri mereka berdua.
'Telat! Tersangka udah keok baru nongol.' batin Ghazali geram. Dari tadi kemana saja pas wanita muda itu berteriak kencang sambil berlari.
Mereka bersahut-sahutan memaki jambret yang sudah tidak berdaya itu, dengan memar di wajah serta hidung yang mengeluarkan darah.
"Maaf, ya! Saudara semua. Tersangkanya udah gak usah di apa-apain lagi. Lebih baik bawa ke kantor polisi saja!" seru Ghazali yang melihat beberapa pemuda hendak melimpahkan bogem mentahnya, ke jambret yang sudah memelas itu.
"Panggil pihak keamanan sekitar sini, agar jambretnya diamankan lebih dulu," usul nya meredakan emosi warga yang tidak lah ada gunanya. Secara penjahatnya udah kalah juga.
Kemudian dua orang pria berseragam keamanan salah satu kantor pegadaian menghampiri kerumunan, bersamaan dengan perempuan muda korban penjambretan dan seorang laki-laki yang sebaya dengannya.
"Ini tas ... si Mbaknya kan? " tanya Ghazali, seraya menunjukkan tas berukuran sedang yang ia genggam, juga untuk memastikan agar tidak salah orang pikirnya.
"I–iya, Itu tas saya, " jawab perempuan muda tersebut dengan sedikit terbata, mungkin dirinya masih agak syok dengan kejadian barusan.
"Coba periksa lagi. Selagi pelakunya belum di bawa," ucap, Ghazali, kemudian menyerahkan tas tersebut kepada pemiliknya.
Perempuan muda itu memeriksa isi di dalam tas nya, kemudian ia pun bernafas lega, karena isi nya masih lengkap semua.
"Gimana, Mbak ... ada yang ilang gak? " tanya, Ghazali memastikan.
"Syukurlah, Mas, masih utuh semua," ucap wanita itu lega.
" Terima kasih, sudah menggagalkan aksi jambret tadi. Sehingga tas saya masih bisa kembali pada, "ucap wanita muda tersebut sembari mengulurkan tangannya, hendak menyalami Ghazali.
"Kenalkan, saya Rasti."
Meski terlihat ragu, Ghazali pun mau tak mau menerima uluran tangan wanita muda yang nampak cantik dan juga modis ini.
" Sama-sama, Mbak. Saya, Ghazali. Kejadian ini pas kebetulan saja kok. Saya pas lewat dan masih rejeki juga, makanya bisa balik lagi itu tasnya, " ucap Ghazali merendah, karena dia tak nyaman jika dianggap bak pahlawan.
Mereka berdua pun bersalaman dan saling melempar senyum. "Mungkin kita bisa ngopi-ngopi dulu, Mas Ghazali? Anggap, saja sebagai ucapan terima kasih," tawar Rasti.
"Aduh, Gimana ya, sebenernya saya lagi nyari orderan, em--"
TEET
TEET
Secara kebetulan, handphone di kantung jaket Ghazali bergetar dan berbunyi nyaring, pertanda bahwa ada orderan yang baru masuk melalui aplikasi.
"Akhirnya ... ! Maaf, ya, Mbak, saya dapet orderan nih di sekitaran sini, " ujar Ghazali seraya menunjukkan ponselnya. "Mungkin lain waktu," ucap Ghazali sambil tersenyum sekadarnya. Tapi tidak bagi, Rasti. Wanita muda itu sudah terlanjur terpesona pada wajah rupawan Ghazali yang meskipun kusam lantaran terbakar sinar matahari.
"Ah ya, baiklah, Mas, setidaknya terimalah ini sebagai tanda terima kasih dari saya,"ucap, Rasti lagi seraya menyodorkan lembaran uang yang dilipat.
"Gak usah gini, Mbak, saya mohon doa-nya aja. Biar orderan saya lancar, jodoh saya juga deket," ucap Ghazali menolak halus tawaran dari wanita muda di hadapannya ini.
"Oh." Rasti sempat terkesiap akan permintaan dari Ghazali. 'Jadi, pria ini sedang mencari jodoh rupanya.' batin Rasti senang.
"Ya, baiklah kalau begitu. Saya doakan semoga suatu saat nanti saya bisa membalas pertolongan, Mas. Sukses ya buat usahanya dan semoga kita berjodoh. Eh. Maksudnya, sampai ketemu lagi," ucap Rasti dengan wajah memerah.
"Mbaknya bisa aja. Maaf ya, saya tinggal dulu." Ghazali tersenyum tipis dan kembali menaiki kendaraan roda duanya yang ia panggil Komet itu dan berlalu menghampiri customer yang sudah memesan jasanya.
Sementara si pelaku penjambretan itu sudah di angkut menggunakan mobil patroli polisi, untuk di amankan.
"Maaf, Mbaknya bisa ikut ke Polsek di belokan sana sebagai saksi? "ajak salah satu pihak keamanan yang berseragam putih itu.
" Saka!"
"Ya, Nona!"
"Maaf, Nona, saya lengah. Tolong jangan hukum saya," ucap sang pengawal yang tadi sempat lengah sehingga nona mudanya ini kejambretan.
"Urus masalah ini. Dan cari tau mengenai pengemudi ojek online barusan. Aku tunggu kabar dari mu secepatnya! Atau, kau bersiaplah jika aku melaporkan ini semua pada Daddy!" hardik Rasti membuat Saka merinding seketika.
"Siap, Non! Laksanakan!"
"Kita pasti bakal ketemu lagi," gumam Rasti. Seraya melihat kemana arah Ghazali pergi tanpa bekas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Praised94
terima kasih
2024-01-19
0
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
apakah si Rasti adalah anak dr saingan terberat ayahnya Ghazali atau malah sahabatnya ni 😁
2023-01-04
4