'Ya Allah! Yang bener aja!' Tak ayal, Zahra yang memiliki lesung di salah satu pipinya itu pun menggerutu dalam hati. Meskipun pada kenyataannya dia pun tak tega membiarkan sang driver mendorong motornya seorang diri.
Belum juga, Zahra sempat membuka mulut untuk mengatakan sesuatu. Ghazali sudah bicara lagi. "Tenang aja, Mbak. Nanti bayarnya saya diskon lima puluh persen kok, adil kan? Lagian ya, emang, Mbaknya mau ... kalau saya tinggal sendirian disini? Sepi lho ini," ucap Ghazali, memberi pilihan yang mana keduanya sama-sama menyulitkan sang customer.
"Iya, ini juga lagi saya bantuin. Gak jauh lagi kan?" sahut, Zahra pasrah. Habis, mau bagaimana lagi. Ia terus berdecak kesal dalam hati sambil memegangi belakang motor, dan terus mendorongnya.
"Ck, elu si pake ngadat segala, Met ... Komet! Kasian kan si Mbaknya. Mana cakep ... bening ... aduhai gitu, jadi gua suruh dorong-dorong elu! Jadi keringetan kan tuh. Mana tengah hari bolong gini, emang kebangetan elu, Met!" omel Ghazali pada benda mati yang saat ini benar-benar dalam keadaan mati.
Zahra hanya memutar bola matanya malas mendengar sang driver mengomel pada motornya sendiri. Padahal ini semua sudah jelas salahnya yang tidak perhatian dengan keadaan kendaraannya sendiri.
"Maaf, ya Mbak, jadi kepanasan. Padahal dari pagi, udah saya ajak bawa penumpang, tapi si Komet baik-baik aja. Apa ... mentang-mentang yang naek cakep kali ya? Si Komet jadi grogi," gombalnya garing. Membuat, Zahra semakin menekuk wajahnya kesal. Ghazali pun tersenyum getir, memasang ekspresi tak enak hati.
Sepertinya wanita di belakangnya ini tak bisa ia gombali.
"Beneran deh? Tadi pagi tuh, lancar-lancar aja. Eh, sekarang ... giliran saya bawa cewek cakep, dia malah ngadat," tambah Ghazali. Entah kenapa hari ini bersama Zahra ia terlihat begitu banyak bicara. Meskipun ia tau jika ekspresi Zahra sudah menunjukkan jika gadis itu kesal padanya.
" Gak usah gombalin saya, Bang. Enggak ngaruh juga," tukas, Zahra dengan nada kesal bin juteknya. Zahra memang sosok wanita yang tak mudah dirayu dan tak kan luruh hanya karena pujian dari laki-laki.
Bagaimana, sang customer tidak kesal. Sudah kepanasan di siang bolong, dapat gombalan receh yang garing pulak. Niatnya ingin cepat sampai rumah, karena itu Zahra memesan ojek online. Siapa sangka, dirinya malah kena apes disuruh dorong motor pada lajur jalanan yang sedikit menanjak.
"Masih jauh gak sih, Bang? Saya, capek banget inih, baru pulang dari pabrik malah kena dorong motor, berat lagi!" protes Zahra yang mulai merasa haus dan gosong pada kulit wajahnya.
Zahra, menghentikan sementara dorongannya, kemudian ia terlihat mengipasi wajahnya dengan telapak tangan.
"Tuh, udah keliatan, Mbak. Lima meter lagi didepan," jawab, Ghazali dengan tersenyum manis. Sebenarnya ia kasihan juga terhadap Zahra. Gadis berwajah manis dengan tatapan mata teduh itu, terbakar matahari siang lantaran keadaan kendaraannya yang kambuh sakitnya.
Tak lama kemudian mereka sampai di tempat tujuan.
"Gimana, Bang? Udah bener belom motornya?" tanya, Zahra si gadis berpakaian yang serba tertutup itu mulai gusar. Pasalnya ia melihat banyak notifikasi pesan chat dari sang adik. Apalagi ketika voice note yang ia buka menceritakan keadaan sang bunda saat ini.
"Semoga saja, ya Mbak. Tapi, ini baru mau saya cek," jawab, Ghazali, sambil menyeka peluhnya.
Sekilas, Zahra memperhatikan tampang sang driver. Dengan rambut pendek lurus, serta perawakan lumayan tinggi. Jaket yang warnanya sudah pudar di padankan dengan celana levis belel, serta sepasang sepatu yang bisa di bilang kumal.
Namun begitu, kalau saja sedikit rapih, maka wajah pria ini lumayan juga. Hidung yang mancung, mata tegas, alis yang tebal dan bibir yang sedikit berwarna kehitaman akibat merokok, namun tetap bisa di bilang lumayan seksi.
'Haish. Kenapa ini mata segala memperhatikan dia sih? Jaga pandanganmu, Zahra, ingat batasan mu.
Karena sebaik-baiknya lelaki dan perempuan adalah yang menjaga pandangannya dari lawan jenis.
"Maaf ya, Mbak, sabar dikit ... lagi. Cewek yang sabar nanti bisa tambah manis lho," bujuk Ghazali.
Membuat, gadis muda berlesung pipi itu, hanya mendengus pelan, dan kemudian melengos.
Ghazali terlihat bersiap untuk mulai menyalakan starter motornya dan ...
"Alhamdulillah, nyala, Mbak!" seru Ghazali penuh syukur. Ketika mesin motornya kembali berbunyi nyaring.
" Alhamdulillah." dengan penuh kelegaan, akhirnya mereka bisa melanjutkan kembali perjalanan yang sempat tertunda tadi.
"Siap ya, Mbak," ucapnya sambil mengenakan helmnya. Dan, Ghazali kembali melaju dengan percaya diri di atas motor yang sudah kembali pulih. Ia tau jika penumpangnya ini tengah gusar dan harus memburu waktu.
'Sabar, ya, bun. Zahra, sebentar lagi sampai rumah. Semoga kali ini perjalanan lancar tanpa ada hambatan lagi.'
Singkat cerita, gadis manis yang di bonceng oleh Ghazali sudah sampai di depan gang rumahnya. Dan, ia pun segera turun dari motor, kemudian menyerahkan ongkos kepada sang driver ojol tersebut. Ia sengaja berhenti di sini karena gang menuju rumahnya sangatlah sempit.
" Mbaknya, enggak usah bayar," tolak Ghazali dengan mendorong pelan tangan Zahra yang menyodorkan uang lembaran berwarna hijau padanya.
"Lho, kan tadi, Abangnya bilang, saya bayar setengah harga aja ... kok sekarang malah jadi digratiskan? " tanya, Zahra, bingung dengan tangan yang masih dalam keadaan menyodorkan uang.
"Anggap aja upah dari dorong motor tadi mbak!" Ghazali tersenyum sangat lebar, hingga menampakkan gigi depannya yang rata.
"Ya gak bisa gitu, Bang. Perjanjiannya tadi, saya dikasi diskon karena bantuin dorong!" tolak Zahra. Bagaimana pun ia tak sampai hati kalau digratiskan. Driver, juga kan butuh bensin dan makan.
"Beneran, Mbak, karena semua kan kesalahan saya, waktu perjalanan juga jadi ngaret," jelasnya lagi dengan lugas menolak kembali sodoran uang dari Zahra.
" Mbak, enggak cancel orderan saja saya merasa sangat tertolong. Cukup kasih bintang lima, dan jangan komen kecewa, udah gitu aja, " ucap Ghazali sungguh-sungguh kali ini, bahkan wajahnya begitu terlihat ... serius.
"Ya ... udah. Abangnya ikhlas, saya juga ikhlas, biar kita sama-sama ridho!" ujarnya dengan senyum tipis.
Namun, Ghazali menyadarinya.
Dan ...
NYES!
Serasa ada air es yang masuk melewati tenggorokan yang kering kerontang.
Sejuk ... itu lah sensasi yang tiba-tiba, Ghazali rasakan.
Serasa minum air mineral pegunungan yang ada manis-manisnya gitu.
Setidaknya memberi sedikit rasa pada hidup Ghazali yang hambar bahkan pahit ini. Dimana ia kini harus bertarung dengan nasib demi mempertahankan hidupnya.
Meski tak butuh waktu lama baginya untuk beradaptasi dengan kerasnya hidup di jalanan. Bukan suatu masalah, meskipun hanya bisa mengontrak satu kamar kos yang lumayan pengap dan sempit.
Perbedaan yang nyata sampai pada kisaran tiga ratus enam puluh derajat dengan kehidupan di masa lalunya. Setidaknya, Ghazali kini merasa lebih tenang tanpa tekanan.
_____________
"Kakak lama banget sih! Bunda udah muntah lagi. Kak Zahra ...," gumam pemuda kecil risau, hingga ia berjalan mondar-mandir didepan teras rumahnya sambil sesekali menengok ke arah jalanan.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
hadeh Abang motornya ganti napa
2023-01-03
4
Kartika oshin
awal pertemuan yang lucu tapi juga membuat gregetan hhh
2023-01-01
4