Bab. 4. Kekhawatiran Seorang Anak Perempuan.

" Pa ..." Shireen menatap Arkhan berharap penjelasan yang sesungguhnya.

"Ini, hanya sekedar kesalahpahaman diantara kami berdua. Percayalah ..."

"Mama-mu, hanya sedang merindukan Abang. Itu saja. Sebaiknya kau hibur dia, lalu ajak shopping, ke salon atau apa saja. Gunakan ini." Arkhan, menyerahkan kartu hitam yang diketahui memiliki limit tanpa batas itu. Namun, apa yang ia lakukan ternyata di ketahui oleh, Kazenia.

"Aku tidak butuh materi mu. Ambil lagi kartu itu!"

Arkhan, tetap menyerahkan kartu di genggaman tangan putrinya yang cantik. Ia memilih meninggalkan istrinya daripada mereka berdebat. Arkhan tau, jika menangani wanita yang sedang emosi itu hanya akan membuang waktu. Maka, ia akan membiarkan, Kazenia membaik dengan sendirinya.

Ia tidak akan lemah hanya karena air mata. Keputusannya tetap tidak dapat di ganggu gugat apalagi di rubah. Tanpa Kazenia tau, selama lima tahun ini Arkhan selalu mencari putra mereka.

_____________

"Kakak!"

"Adam!" panggil Zahra senang kala melihat sang adik menunggu kedatangannya. Namun, tatapannya berubah sendu kala melihat kesedihan di wajah Adam dari dekat.

"Bunda--"

Zahra pun langsung berlari ke dalam rumahnya.

"Ayah ... Bunda. ..!"

Umar yang tengah menyuapi sang istri dengan air hangat seketika menoleh mendengar suara yang sangat ia kenali itu.

"Putri, Ayah!"

Zahra yang telah berada di dalam rumahnya, seketika menghambur mendekat dan memeluk tubuh lemah sang ayah. Semenjak kecelakaan beberapa tahun lalu itu. Umar tak lagi nampak gagah seperti dulu.

Lalu, Zahra juga menghampiri sosok wanita yang telah melahirkannya dua puluh dua tahun yang lalu. Mantan primadona kampung itu kini terbaring lesu dan pucat di atas kasur busa yang sudah tipis.

"Kakak," lirih, Maryam lemah dan parau.

"Iya, Nda. Kakak pulang. Bunda kenapa bisa sakit kayak gini?" tanya, Zahra lirih sambil menggenggam telapak tangannya, Maryam yang sangat panas.

"Kenapa, Kakak pulang, emang gak kerja?" tanya Maryam dengan nada lemah, di saat sakit begini dirinya masih sempat memikirkan pekerjaan sang anak gadis.

"Kakak udah izin, Nda," jawab, Zahra. Anak gadis pertama, Umar dan Maryam yang terpaksa ia relakan jauh karena keadaannya yang tidak bisa maksimal lagi dalam mencari nafkah.

Zahra, menatap sang ayah dan bundanya bergantian. Tatapan itu terlihat begitu sendu dan khawatir.

"Lho kok gitu ...?"

"Udah, Bunda gak usah mikirin kerjaan, Kakak, sekarang kita periksa ke dokter ya, ke klinik di depan," ajak, Zahra, pelan sambil berusaha membujuk sang bunda tercinta.

"Gak usah, Kak, Bunda--"

"Tidak ada penolakan, kita periksa sekarang, oke!" titah, Zahra mencoba tegas karena, Maryam bersikeras. Walaupun begitu, hatinya mana mungkin tega melihat wajah sang bunda yang pucat, serta tubuhnya yang lemah, terlebih lagi dengan keadaan demam tinggi.

Akhirnya, mau tak mau Maryam pun mengangguk juga.

"Sekarang kita bawa, Bunda ke klinik, ya, Yah, biar diperiksa. Jadi, nanti kita tau penyakitnya itu apa?" Zahra berkata seraya melihat sang ayah dan bundanya secara bergantian.

"Tuh, Nda, denger apa kata, Kakak," bujuk Umar lembut kepada istrinya.

"Iya, tapi mau gimana perginya? Bunda udah gak kuat jalan," jawab, Maryam dengan nada suara lemah.

"Ayah masih kuat kok, gendong Bunda sampe depan gang," celetuk Umar. Tentu saja hal itu langsung di sambut gelengan kepala oleh Maryam.

"Gak mau, nanti aku jatuh gimana. Pinggangmu juga kan belum sembuh total, Yah!" tolak Maryam yang mencoba bangun tapi kembali terjatuh di bantal.

"Zahra pesankan taksi online dulu. Nanti, kita papah bareng-bareng ke depan. Bunda tenang aja ya."

Adam tak jadi memanggil tetangga mereka. Karena, Maryam kembali mencoba berdiri dan berhasil. Wanita itu, berusaha menguatkan dirinya agar tidak terlalu menyusahkan keluarga kecilnya ini.

Zahra akhirnya berhasil membawa sang bunda ke klinik. Ia memeriksa dompetnya, dan hal itu tentu saja membuatnya menghela napas panjang. Ia harap biaya pengobatannya tak terlalu besar. Dan bunda, tak perlu di rujuk ke rumah sakit.

Sementara itu, di lokasi yang berbeda.

Ghazali, nampak sedang asik bertengger santai di atas motornya, dimana ia sengaja mangkal dipinggir trotoar pusat perbelanjaan. Sesekali, ia terlihat mengunyah makanan yang di ambil dari dalam kantong kresek transparan.

Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, seperti mencari sesuatu dengan mulut yang meringis. Tak lama, ia pun menemukan apa yang ia cari, Ghazali pun segera menghampiri tukang kopi yang juga mangkal tak jauh darinya.

Pemuda tampan yang tertutup dengan gayanya yang asal-asalan itu, kemudian mengambil sebotol air mineral dan meneguknya hingga setengah botol.

"Huh,"desahnya, sambil menyeka peluh yang membanjiri pelipisnya.

" Pedes banget, ini rawit kayak mulut netizen. Bikin mata melek," ocehnya sendirian.

Setelah membayar minumannya, Ghazali berbalik ke tempat di mana si Komet di parkir.

" Mana orderannya ini Met? Padahal, elu harus ganti oli juga. Udah abis gorengan ceban, hape masih anteng aja," gerutu, pemuda tampan tapi dekil ini sambil mengelap body depan motor kesayangannya itu dengan kanebo lembab.

TUK

Sebuah benda kecil tiba-tiba terjatuh tepat mengenai kepala Ghazali yang tidak tertutup helm itu.

"Aww! " pekiknya. Pria berwajah tampan itu berteriak lalu menengok ke atas sambil mengelus-elus kepalanya. Sekali lagi ia mendongak ke arah pohon besar yang berdaun rimbun itu.

Memang pohon tua yang tumbuh di pinggir jalan seperti ini sudah langka, apalagi di kota besar.

Sudah habis di tebang oleh pihak kerapihan dan tata ruang kota.

Alasannya, karena sudah tua, dan takut menimpa kendaraan atau orang yang lewat di trotoar ketika hujan deras atau angin kencang.

"Baru ngeluh dikit, udah kena teguran,"ringis Ghazali sambil menyisir rambutnya yang ikal menggunakan jari tangan, kemudian kembali mengenakan helm berwarna hijau muda.

" Sabar, Met. Gua yakin, bakalan ada rejeki buat beliin lu oli baru," ucapnya pada kendaraan roda dua yang hanya bisa diam mematung, tanpa tanggapan. Sebanyak apapun sang empunya mengoceh, benda mati tersebut tetap membatu.

"Pindah ke toko depan aja ah ... siapa tau ada yang nyangkut tuh orderan." Ghazali langsung menyalakan mesin motor tua kesayangannya itu, dan berlalu.

Disaat yang bersamaan, terlihat seorang perempuan muda yang menjerit di samping sebuah mobil minibus berwarna silver.

Ghazali yang kebetulan melihat kejadian itu dan cukup dekat dengan lokasi, segera mematikan mesin motornya, dan menepikannya di sembarang tempat. Kemudian dia bersembunyi di balik salah satu mobil yang terparkir di sana.

Terlihat seorang laki-laki berpakaian preman berlari kencang, Ghazali yang melihat laki-laki itu berlari ke arah ia sembunyi pun, mulai melaksanakan aksinya.

Ketika laki-laki itu semakin mendekat, Ghazali menjulurkan salah satu kakinya, kemudian ...

...Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Praised94

Praised94

terima kasih.

2024-01-19

0

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

waktunya beraksi ni Ghazali demi kemanusiaan 💪

2023-01-04

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Pertemuan Ghazali Dan Zahra.
2 Bab. 2. Gombal Gembel
3 Bab. 3. Berubah Menjadi Iblis
4 Bab. 4. Kekhawatiran Seorang Anak Perempuan.
5 Bab.5. Menolong Nona Muda, Rasti.
6 Bab. 6. Maaf, ya Bang Ghazali.
7 Bab 7. Pedas Bagaikan Seblak Mercon.
8 Bab. 8. Awas! Udah Mulai Terpesona!
9 Bab. 9. Berteduh ( Perasaan Mulai Berkembang )
10 Bab. 10. Bang Ghazali Kenapa?
11 Bab. 11. Kegaduhan Di kontrakan Ghazali
12 Bab. 12. GGS. ( Ganteng-ganteng sebatang kara. )
13 Bab 13. Terkedjot Ya Bang? ( Kebetulan )
14 Bab. 14. Zahra Akankah Kita Bertemu Lagi. ( Harapan Ghazali )
15 Bab. 15. Pacar Apa Calon Istri?
16 Bab. 16. Sepasang Mata Teduh Yang Sayu.
17 Bab 17. Cinta Pada Pandangan Pertama
18 Bab. 18. Keberadaan Yang terungkap.
19 Bab. 19. Nabrak Orang
20 Bab. 20. Abang ...!
21 Bab. 21. Bertemu Pada Akhirnya.
22 Bab. 22. Bukan Sebatang Kara.
23 Bab. 23. Zahra Mendapat Gangguan.
24 Bab. 24. Zahra Yang Apes. ( Dua Pria Gila )
25 Bab. 25. Kenapa Wajahmu Merah, Zahra?
26 Bab. 26. Perjuangan Cinta Ghazali
27 Bab. 27. Kecurigaan
28 Bab. 28. Topeng Sahabat Terkutuk.
29 Bab. 29. Sebuah firasat.
30 Bab. 30. Kedok Yang Terbuka.
31 Bab. 31. Kedatangan Ghazali
32 Bab. 32. Melepas Lara, Zahra.
33 Bab. 33. Tawaran Dari Ghazali.
34 Bab. 34. Menyembunyikan Luka
35 Bab. 35. Menikung, Lewat Jalur Langit.
36 Bab. 36. Sesak Rindu
37 Bab. 37. Membuat Terkesan.
38 Bab. 38. Surprise Apa Sih?
39 Bab. 39. Pengungkapan Ghazali part 1.
40 Bab. 40. Pengungkapan Ghazali part 2.
41 Bab. 41. Rencana Meminta Restu.
42 Bab. 42. Ayo, Bang. Ajak mama ketemu Zahra!
43 Bab. 43. Ternyata ...
44 Bab. 44. Usaha Ghazali
45 Bab. 45. Terpesona Pada Pandangan Pertama.
46 Bab. 46. Nasib Kang Ojek.
47 Bab. 47. Mengajak Zahra Ketemu Mama dan Ilen.
48 Bab. 48. Panggil Mama.
49 Bab. 49. Diikuti Orang.
50 Bab. 50. Mengkhitbah.
51 Bab. 51. Penyamaran Ghazali
52 Bab. 52. Pengusiran Dari Arkhan.
53 Bab. 53. Mahar Hasil dari Tambak.
54 Bab. 54. Saling Menatap Lewat Cermin.
55 Bab. 55. Benda Tumpul Meresahkan.
56 Bab. 56. Pertama Bagi Keduanya.
57 Bab. 57. Romantis yang menular.
58 Bab. 58. Ancaman Kazenia
59 Bab 59. Kepergian Kazenia.
60 Bab. 60. Upaya Penculikan Kazenia Dan Zahra.
61 Bab. 61. Kasih Sayang Papa. ( Akhir Dari Semua )
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab 1. Awal Pertemuan Ghazali Dan Zahra.
2
Bab. 2. Gombal Gembel
3
Bab. 3. Berubah Menjadi Iblis
4
Bab. 4. Kekhawatiran Seorang Anak Perempuan.
5
Bab.5. Menolong Nona Muda, Rasti.
6
Bab. 6. Maaf, ya Bang Ghazali.
7
Bab 7. Pedas Bagaikan Seblak Mercon.
8
Bab. 8. Awas! Udah Mulai Terpesona!
9
Bab. 9. Berteduh ( Perasaan Mulai Berkembang )
10
Bab. 10. Bang Ghazali Kenapa?
11
Bab. 11. Kegaduhan Di kontrakan Ghazali
12
Bab. 12. GGS. ( Ganteng-ganteng sebatang kara. )
13
Bab 13. Terkedjot Ya Bang? ( Kebetulan )
14
Bab. 14. Zahra Akankah Kita Bertemu Lagi. ( Harapan Ghazali )
15
Bab. 15. Pacar Apa Calon Istri?
16
Bab. 16. Sepasang Mata Teduh Yang Sayu.
17
Bab 17. Cinta Pada Pandangan Pertama
18
Bab. 18. Keberadaan Yang terungkap.
19
Bab. 19. Nabrak Orang
20
Bab. 20. Abang ...!
21
Bab. 21. Bertemu Pada Akhirnya.
22
Bab. 22. Bukan Sebatang Kara.
23
Bab. 23. Zahra Mendapat Gangguan.
24
Bab. 24. Zahra Yang Apes. ( Dua Pria Gila )
25
Bab. 25. Kenapa Wajahmu Merah, Zahra?
26
Bab. 26. Perjuangan Cinta Ghazali
27
Bab. 27. Kecurigaan
28
Bab. 28. Topeng Sahabat Terkutuk.
29
Bab. 29. Sebuah firasat.
30
Bab. 30. Kedok Yang Terbuka.
31
Bab. 31. Kedatangan Ghazali
32
Bab. 32. Melepas Lara, Zahra.
33
Bab. 33. Tawaran Dari Ghazali.
34
Bab. 34. Menyembunyikan Luka
35
Bab. 35. Menikung, Lewat Jalur Langit.
36
Bab. 36. Sesak Rindu
37
Bab. 37. Membuat Terkesan.
38
Bab. 38. Surprise Apa Sih?
39
Bab. 39. Pengungkapan Ghazali part 1.
40
Bab. 40. Pengungkapan Ghazali part 2.
41
Bab. 41. Rencana Meminta Restu.
42
Bab. 42. Ayo, Bang. Ajak mama ketemu Zahra!
43
Bab. 43. Ternyata ...
44
Bab. 44. Usaha Ghazali
45
Bab. 45. Terpesona Pada Pandangan Pertama.
46
Bab. 46. Nasib Kang Ojek.
47
Bab. 47. Mengajak Zahra Ketemu Mama dan Ilen.
48
Bab. 48. Panggil Mama.
49
Bab. 49. Diikuti Orang.
50
Bab. 50. Mengkhitbah.
51
Bab. 51. Penyamaran Ghazali
52
Bab. 52. Pengusiran Dari Arkhan.
53
Bab. 53. Mahar Hasil dari Tambak.
54
Bab. 54. Saling Menatap Lewat Cermin.
55
Bab. 55. Benda Tumpul Meresahkan.
56
Bab. 56. Pertama Bagi Keduanya.
57
Bab. 57. Romantis yang menular.
58
Bab. 58. Ancaman Kazenia
59
Bab 59. Kepergian Kazenia.
60
Bab. 60. Upaya Penculikan Kazenia Dan Zahra.
61
Bab. 61. Kasih Sayang Papa. ( Akhir Dari Semua )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!