Di sebuah rumah sakit terbesar, seorang pria memakai setelan kemeja berwarna biru langit serta celana bahan panjang berwarna hitam, tengah bernegosiasi dengan seorang perawat di dalam ruangan emergency.
"Tolong cepat tangani dia! Saya tidak tahu keluarganya. Dia ini korban kecelakaan. Biarkan saya yang membiayai dia sampai sembuh," ucap pria itu merasa gusar. Karena sejak tiba di rumah sakit, korban tidak langsung ditangani. Mungkin karena kondisi rumah sakit tersebut sedang ramai, terlebih di ruang emergency.
Dia bukan kekasihnya maupun sanak saudaranya. Pria itu hanya orang asing bagi seorang wanita yang tengah tak sadarkan diri selepas kecelakaan tadi. Bahkan wanita tersebut hampir kehabisan banyak darah.
"Kalau Anda ingin pasien segera di tangani. Cepat cari informasi tentang keluarganya," sahut perawat itu, terdengar ketus.
"Kenapa seperti itu? Saya hanya berniat untuk menolongnya. Ini adalah bentuk kemanusiaan! Apa Anda tidak punya hati?" Pria itu tidak terima dan sangat marah. Baru kali ini dia menemukan pelayanan di rumah sakit terbesar seperti itu.
"Maaf Tuan, ini adalah bagian dari peraturan di rumah sakit. Kecuali pihak yang berwajib membawanya ke sini, tak apa," jawab perawat itu setenang mungkin. Berbeda dengan pria itu yang tampak semakin gusar.
"Saya justru yang membantu mereka. Cepat tangani dia!" Pria itu bersikukuh.
"Maaf Tuan, Anda bukan siapa-siapanya. Panggil pihak berwajib ke sini, biar mereka yang tanda tangan tindakan itu," ujar perawat itu yang tetap mengedepankan peraturan yang telah dibuat.
"Baiklah. Saya akan segera menikahinya!" tegas pria itu tanpa berpikir panjang.
Perawat itu mendesah kasar. "Ya sudah. Segera urus administrasinya sekarang. Setelah itu pasien akan kami tangani," ucapnya kemudian pergi dari hadapan pria itu.
Pria itu pun sampai tidak ingat meminta barang berharga milik wanita itu dari polisi tadi. Beruntung sesaat setelah dia mengurus administrasi, seorang anggota kepolisian pun memberikan sebuah tas kepadanya.
"Tuan, ini ada tas yang kami temukan di dalam dashboard mobilnya. Akan tetapi, ponsel miliknya telah rusak dan tidak berbentuk. Mungkin bisa Anda simpan juga bersama tas tersebut," kata polisi tersebut.
"Baik, Pak. Terima kasih sekali lagi," ucapnya penuh syukur.
"Kami juga berterima kasih karena Anda telah membantu korban," balas polisi itu dengan sopan.
Polisi tersebut kemudian pergi. Sedangkan pria itu duduk di kursi untuk mencari tahu siapa wanita yang ditolongnya itu.
"Hyuna Indira, kelahiran dua ribu dua. Itu artinya sekarang usianya sembilan belas tahun. Masih sangat muda sekali," gumam pria itu yang menemukan sebuah kartu identitas mahasiswi, serta brosur kampus. "Ternyata dia baru akan masuk kuliah di kampus kota ini!" serunya lalu memasukkan kembali kartu serta brosurnya ke dalam tas.
"Ya sudahlah, selama Leika tidak tahu kalau aku menikahinya, pernikahanku dengan Hyuna akan baik-baik saja. Toh aku juga tidak mencintainya. Hanya Leika satu-satunya wanita yang paling aku cintai," lanjutnya kemudian mengeluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang supaya bisa membantunya mengurus pernikahannya dengan Hyuna secepatnya.
...----------------...
Setelah tindakan telah berhasil dilakukan oleh dokter dan tim medis lainnya, Hyuna dimasukkan ke dalam ruang ICU untuk diberi perawatan khusus.
Namun sayang, pasca tindakan tersebut Hyuna dinyatakan koma karena kehilangan banyak darah yang tadi terus keluar dari sudut kepalanya. Terlebih wanita itu belum dipastikan kapam dia akan sadar.
Kabar tersebut tidak sama sekali membuat pria yang menolongnya itu bersedih. Justru pria itu hanya merasa iba pada Hyuna. Sungguh malang nasib wanita itu.
Tak lama berselang, pria itu datang bersama dua orang pria lainnya. Dia meminta izin pada perawat di sana untuk bisa segera melakukan proses pernikahan secara mendadak. Salah satu perawat pun ditunjuk oleh pria itu untuk menjadi saksi Hyuna.
Tanpa pria itu sadari, perawat tersebut diam-diam mengambil gambar dirinya melalui ponsel. Setelah pengesahan pernikahan selesai, mereka semua satu per satu keluar dari ruangan tersebut dan membiarkan Hyuna beristirahat untuk memulihkan kondisinya.
"Foto ini akan aku tunjukkan padanya saat dia telah sadar dari koma. Semoga saja masih ada harapan untuk wanita itu bisa hidup. Kasihan juga dia ... " Perawat itu mendesah pelan. "Karena peraturan rumah sakit, membuatnya harus menikah tanpa dalam keadaan sadar. Sepertinya pria itu memang hanya berniat menolongnya saja." Dia menatap Hyuna yang tengah terbaring dengan sorot sendunya. "Ya, semoga hidupnya setelah ini bisa bahagia karena mendapat suami macam malaikat seperti itu," lanjutnya, sebelum akhirnya meninggalkan Hyuna sendiri di ruang ICU tersebut.
...----------------...
Enam bulan kemudian.
Hyuna Indira, berusia 19 tahun yang kini telah resmi menjadi istri dari pria bernama Deo Ainsley. Kedua orang tuanya tidak mengetahui kalau Hyuna mengalami kecelakaan. Bahkan setelah kejadian itu ponsel Hyuna pun hancur dan tak berbentuk.
Terlebih setelah hari pernikahan itu, Deo tidak pernah lagi menjenguknya di rumah sakit. Jadwalnya yang padat, membuat Deo hanya membayar tagihan rumah sakit saja.
Tidak, tidak. Bukan hanya jadwalnya yang padat. Bahkan pria itu hampir tidak ingat kalau statusnya telah berubah menjadi seorang suami dari Hyuna.
Selama enam bulan pula, Hyuna berada di ruang ICU. Tubuh yang tadinya berisi, kini menjadi kurus karena asupan makanan hanya dari selang infus.
Perlahan sayup-sayup terdengar suara derasnya hujan. Kesadaran Hyuna tiba-tiba saja ada kemajuan, seperti mendapat angin segar. Padahal pihak rumah sakit hampir saja putus asa karena Hyuna tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan sadar dari komanya.
Pukul 07.00 pagi waktu setempat. Perawat masuk ke dalam ruang ICU, seperti biasa akan melakukan pemeriksaan kondisi Hyuna.
"Hai, selamat pagi," sapa perawat itu ketika baru saja menutup pintu. "Aku berharap hari ini ada sebuah keajaiban untukmu. Kamu tahu? pihak rumah sakit hanya memberimu waktu sampai lusa. Jika kamu belum sadarkan diri juga, semua alat yang terpasang pada tubuhmu saat ini akan dilepas semua," lanjutnya lalu memeriksa dan mendata perkembangan Hyuna. Dia memang selalu menyapa Hyuna sebelum memeriksakan kondisi wanita tersebut.
"Kenapa setiap kali melihatmu, selalu mengingatkanku pada Yoona? Semoga Tuhan masih memberimu kesempatan untuk hidup," ucapnya lagi, lalu menghela napas panjang.
Ada rasa sakit yang tergores di dalam hatinya. Mengingat usia Hyuna saat ini sama seperti usia mendiang anak perempuannya. Kejadian nahas pun sama dialami keduanya.
Bedanya karena keterbatasan biaya, mendiang anak perawat itu tidak bisa diberi perawatan intensif seperti Hyuna. Pun di sisi lain, perawat itu bangga karena Hyuna termasuk wanita yang beruntung.
Saat perawat itu telah selesai dan hendak pergi dengan posisi sudah berbalik badan, tiba-tiba Hyuna mengeluarkan suara yang terdengar lirih. Perawat itu berbalik badan lagi untuk segera memastikan.
"To ... Long. Sa ... Kit."
"Nyonya? Apa Nyonya sudah sadar?" tukas perawat itu dengan rasa bahagia.
"Sa ... Kit."
Sebuah senter berukuran kecil dikeluarkan oleh perawat tersebut dari dalam saku bajunya. Senter itu kemudian di arahkan ke area mata Hyuna.
"Benar! Ternyata Nyonya sudah sadar," katanya lalu menekan tombol merah supaya dokter segera memeriksakan Hyuna lebih lanjut.
Tak lama berselang, dokter pun masuk ke dalam. "Apa pasien sudah sadar?"
"Sudah Dok. Dia mengeluhkan sakit," jawab perawat itu.
"Baik, biar saya periksa terlebih dahulu."
Dengan sigap, dokter mulai memeriksakan semuanya. Pun perawat itu membantu mencatat hasil pemeriksaan dokter.
"Semuanya sudah mulai stabil. Sus, segera laporkan kepada Tuan Deo kalau pasien akan dipindahkan ke ruang rawat inap," kata dokter memberitahukan kepada perawat itu.
"Baik, Dok."
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Elisa Nursanti Nursanti
🥧🥧🥧🥧🥧
2023-01-24
1
Elisabeth Ratna Susanti
visualnya pas, good job 😍
2023-01-17
1
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ
Satu bunga dipersembahkan untuk karya barumu, mak
2023-01-02
1