Kelopak mata Naura seketika di penuhi buliran air mata yang siap untuk berjatuhan. Mendengar nama ayah angkatnya di sebut membuat hati Naura merasa terhenyak. Nama itu, nama yang sangat ingin dia dengan selama lebih dari 25 tahun. Pemilik nama itu, sosoknya begitu dia rindukan yang wajahnya pun telah memudar di dalam otaknya kini.
Sesaat, Naura pun mencoba masuk ke dalam relung kalbunya yang paling dalam untuk mencari serpihan ingatan yang mungkin saja masih tersisa di dalam otak kecilnya itu. Perasaan rindu pun memenuhi jiwanya kini, rindu akan belaian kasih sayang sang ayah. Rindu pelukan hangat ayahnya dan rindu akan limpahan perhatian yang selalu dia terima dulu, dulu sekali.
Meski wajah sang ayah sudah benar-benar memudar tanpa jejak. Namun, tidak dengan perasaannya, perasaan yang masih mengikat kuat di dalam hatinya. Perasaan yang masih bisa dia rasakan betapa sayangnya Naura kepada sosok Gabriel yang juga sangat menyayangi dirinya kala itu.
Melihat raut wajah Naura yang seketika berubah setelah dirinya menyebut nama Gabriel, akhirnya Ibra pun yakin bahwa wanita ini adalah Naura yang memang sedang dia cari. Meski ragu pada awalnya, kini dia yakin seyakin-yakinnya bahwa wanita bar-bar dan juga nakal ini adalah putri angkat dari ayah kandungnya.
''Kamu beneran Naura? Naura yang di cari oleh ayah saya?'' tanya Ibra ingin lebih memastikan.
Naura tidak menjawab pertanyaan Ibra, pikirannya kini larut dalam mengingat sosok yang baru saja di sebutkan namanya oleh laki-laki yang berada di hadapannya. Buliran air mata pun tanpa terasa berjatuhan membasahi pipinnya kini. Wajah Naura benar-benar memerah dengan suara isakan yang terdengar pilu membuat Ibra seketika merasa terhenyak.
'Papa ...? Apakah Papa masih mengingat aku, setelah sekian lama? Apakah Papa tau betapa selama ini aku selalu menunggumu? menunggu Papa dan ibu yang katanya akan kembali menjemput aku ke sini. Kenapa baru sekarang Papa datang? apakah Papa tau betapa aku sangat merindukanmu?' ( Batin Naura )
''Dimana Papa sekarang? aku ingin bertemu dengan dia,'' tanya Naura akhirnya bersuara.
''Beliau ada di rumah. Sudah lama beliau mencari kamu, Papa sangat merindukan kamu, Naura.'' Jawab Ibra lembut.
Naura kembali diam mematung, otaknya pun kembali larut dalam lamunan panjang. Ingin sekali dia menemui sang ayah. Namun, ada hal lain yang harus dia selesaikan dulu sebelum dia bertemu dengan ayahnya itu yaitu, menemukan pembunuh kedua orang tua kandungnya. Orang yang telah dia cari selama 25 tahun yang masih belum dia temukan sampai saat ini.
''Naura ...?'' panggil Ibra kemudian.
''Sebenarnya aku ingin sekali bertemu dengan beliau, tapi aku masih punya urusan yang harus segera aku selesaikan di sini.''
''Urusan apa? saya akan bantu kamu kalau kamu memang bersedia di bantu. Karena kamu adalah anak angkat ayah saya itu berarti, kamu juga adikku sekarang,'' ucap Adryan membuat Naura menoleh dan menatap wajah tampan itu akhirnya.
''Kamu gak usah tau, dan aku juga gak ingin di anggap adik sama kamu. Apa kamu lupa? umurku lebih tua dari kamu? itu artinya aku yang kakakmu, bukan sebaliknya,'' jawab Naura sedikit tersenyum juga akhirnya.
''Ha ... ha ... ha ... Iya, saya lupa.''
''Hmm ...''
''Saya gak akan pulang sebelum membawa kamu bersama saya, Naura. Saya sudah berjanji seperti itu sama Papa.''
''Lalu?''
''Saya akan tinggal di sini bersamamu, menunggu kamu menyelesaikan urusan kamu lalu kita pulang bersama ke kampung. Apa kamu tau, Papa sama ibu selalu membicarakan kamu, mereka berdua sangat merindukan kamu, Naura.''
''Ibu ... Apa mereka baik-baik saja? Apa mereka sudah tua sekali sekarang? Apa ibu masih cantik seperti dulu?'' tanya Naura kembali mencoba mengingat sosok sang ibu.
''Kalau kamu penasaran, kenapa kamu gak ikut dengan saya sekarang? saya yakin kamu pasti sangat merindukan mereka berdua.''
''Tidak, aku gak akan menemui mereka sebelum--'' Naura tidak meneruskan ucapannya.
''Sebelum--?''
Naura terdiam dan menundukkan kepalanya.
''Naura ... Katakan urusan apa yang belum kamu selesaikan itu? katakan agar saya bisa membantu kamu dan kita bisa segera pulang,'' tanya Ibra menatap wajah Naura lekat.
''Sebenarnya--''
''Sebenarnya--?'' Ibra mengerutkan kening mengikuti ucapan Naura.
''Aku sedang mencari pembunuh kedua orang tua kandung aku,'' ucap Naura akhirnya.
''Apa?''
''Iya ... Kamu terkejut 'kan? Sudah lebih dari 25 tahun aku mencoba mencari bajingan itu, tapi sampai saat ini aku sama sekali belum menemukan titik terang. Bahkan aku sudah mengutus anak buah ku untuk mencari informasi kemana-mana. Namun, hasilnya masih tetap nihil.''
Ibra pun tercengang merasa tidak percaya. Anak buah? Apa maksudnya? siapa sebenarnya Naura ini? dan kehidupan seperti apa yang sudah di jalani oleh wanita yang selalu di ceritakan oleh ayahnya memiliki sifat baik dan manis ini? Akh ... Ibra kini berkutat dengan lamunannya.
''Saya akan membantu kamu, Naura.''
''Memangnya kamu bisa membantu apa? pemuda kampung kayak kamu mana bisa bantu urusan kayak gini,'' ejek Naura tersenyum menyeringai.
''Ha ... ha ... ha ...! Apa kamu merendahkan saya, hanya karena saya pemuda yang berasal dari kampung, begitu?''
Naura mengangkat kedua bahunya.
''Heuh ... Dasar wanita bar-bar.''
''Apa ...? wanita bar-bar? Aku kakak angkat kamu ya? yang sopan kalau manggil, enak aja wanita bar-bar. Mulai sekarang panggil aku dengan sebuah kakak, ingat KAKAK ...'' ucap Naura penuh penekanan.
''Heuh, kakak? baiklah kakak Naura PUAS?''
''Tapi tunggu. Aku belum tau namamu, adikk,''' tanya Naura sedikit meliukkan suaranya hingga terdengar manja dan juga menggoda.
''Ibra Pratama itulah nama saya.''
''Ibra Pratama ya? Hmm ... Nama yang cocok buat pria tampan kayak kamu,'' ucap Naura menggeser posisi duduknya kini.
Ibra yang memang tidak ingin tergoda, lebih memilih untuk berdiri dan menghindar. Dia berjalan lebih dalam lagi memasuki rumah besar yang juga terlihat mewah itu. Ibra nampak menatap sekeliling dengan perasaan kagum.
''Kamar aku dimana?'' tanya Ibra kemudian.
''Hmm ... Apa kamu lelah? kamu bisa beristirahat di kamarku kalau mau?'' ucap Naura berjalan menghampiri dengan tatapan yang menggoda.
''Heuh ... Dasar. Emangnya rumah sebesar ini hanya ada satu kamar?''
''Kamarnya si banyak, tapi kamar yang paling bagus dan paling mewah ya kamar aku.''
''Saya gak butuh kamar yang bagus dan mewah, kamar kecil yang nyaman sudah cukup buat saya beristirahat.''
''Apa kamu sungguh mau tinggal di sini? gak takut aku makan?'' Naura semakin berjalan mendekat, tatapan mes*mnya membuat Ibra merasa risi sebenarnya.
''Mau saya bilangin sama Papa, kalau kamu udah berubah jadi gadis yang nakal?'' Ancam Ibra membuat Naura menghentikan langkah kakinya lalu memasang wajah masam.
''Dasar tukang ngadu. Jangan! Jangan bilang apapun sama Papa kalau aku sudah berubah jadi anak yang nakal.''
''Baiklah, kalau begitu, sekarang tunjukan dimana kamar tidur saya.''
''Oke ... Kita ke lantai dua, kamar kamu ada di sana, adik angkat ku yang tampan.''
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻🍾⃝ͩʟᷞᴀᷴʟᷡᴀᷲɴιиɑ͜͡✦
ih genit dah jadi gemez 🐒💨
2023-01-08
0
🌈 єνιʝυℓιє ♓ℹ️🅰🌴
gk bisa liat yg bening ihhh 🤭
2023-01-08
0
Deniayu ajah⚞⚟🧕🤑💦
Ibra tajan dari godaan ya janagn sampe gak tahan
2023-01-07
0