Pagi ini, suasana di kediaman Keluarga Russell tampak damai dan tidak ada keributan. Abigail tengah menikmati suasana di taman kecil yang ada di samping rumah. Dia bisa melakukannya karena Raiden masih tidur. Namun, kegiatan itu tidak berlangsung lama karena Raize memberitahu bahwa Raiden telah terbangun.
Abigail berjalan masuk dan melewati sebuah pintu menuju ruang kerja Rafael. Tanpa sengaja, Abigail mendengar samar suara Yudith dan Laos di dalam sana. Rasa ingin tahunya begitu tinggi, hingga akhirnya Abigail menghentikan langkah dan menguping.
“Rencana kita hampir saja berhasil. Aku sangat kesal saat tahu dia tidak mati dalam kecelakaan itu!” Suara Yudith membuat Abigail membungkam mulutnya.
Abigail harus mengetahui kenyataan yang begitu mengerikan. Di sana, dia mendengar semua rencana dan apa yang terjadi pada Raiden. Rupanya, Yudith dan Laos lah yang menjadi dalang dari kecelakaan naas itu. Kondisi tubuh Raiden saat ini adalah perbuatan mereka.
Apa ini? Kenapa harus aku yang mendengar semuanya? Batin Abigail.
Wanita itu tampak terdiam mematung hingga Yudith memutuskan akan ke luar dari ruangan tersebut. Sontak tubuh Abigail bergerak menuju anak tangga dan kembali ke kamar Raiden.
“Nona, kenapa Anda berlari?” tanya Raize yang baru saja keluar dari kamar itu.
“Aku hanya terburu-buru saja, aku takut Raiden membutuhkan sesuatu. Bagaimana dengan Raiden?”
“Tuan baru saja selesai dibersihkan tubuhnya, sekarang sedang menunggu kedatangan Anda.”
“Baiklah, terima kasih. Maaf sudah merepotkanmu, Raize.”
Pengawal Raiden itu tersenyum, baru ini seseorang memiliki sikap yang berbeda dari beberapa orang di rumah itu. Abigail memiliki kepribadian yang hangat jika berhasil mengenalnya dengan baik.
Di dalam kamar, Abigail menatap Raiden yang kini meliriknya. Wajah Abigail yang biasanya kesal, berubah menjadi penuh perhatian. Tidak seperti biasanya, jika setiap hari Abigail akan mengomel dan merutuki nasib suaminya, kali ini Abigail bersikap sangat manis dan baik pada suaminya itu.
“Raiden, maafkan atas sikapku beberapa hari kemarin. Bahkan sejak berada di sini, aku selalu mengumpat dan merutuki nasib sialku di sini. Kali ini, aku akan melakukannya dengan benar, aku harap kamu tidak menaruh dendam padaku karena sikap menyebalkan yang kumiliki.” Ucapan Abigail membuat Raiden menyipitkan mata.
Abigail tersenyum dan tiba-tiba saja menyentuh wajah suaminya dengan lembut.
“Aku akan merawatmu dan menjagamu hingga kamu tidak lagi membutuhkan aku,” tambah Abigail.
Raiden semakin tidak mengerti dengan ucapan Abigail, ap ayang terjadi sebenarnya pada sang istri, sehingga bisa berkata seperti itu. Tubuhnya yang tak bisa bergerak membuatnya cukup kesal.
Abigail ini duduk di samping Raiden, dengan penuh perhatian dia mengamati obat-obatan yang diberikan pada Raiden. Abigail ingin memastikan bahwa obat yang diberikan sudah sesuai.
“Raize, siapa yang memberikan obat-obatan ini pada Raiden?” Abigail berjalan menuju pintu kamar dan memanggil Raize.
“Tentu saja seorang dokter, Nona. Ada apa?” Pria itu segera mendekati Abigail dan menjawab.
“Uhm, dokter itu, apakah mereka diperintahkan langsung oleh Kakek Rafael?”
“Tentu saja.”
“Baiklah, terima kasih atas informasinya.”
Abigail kembali ke kamar untuk meletakkan obat-obatan itu dan mengingat nama obatnya.
Kini, Abigail menawarkan pada Raiden untuk membaca sebuah buku lagi. Hanya saja, kali ini buku yang akan dibaca berbeda dari sebelumnya.
“Apa kamu mau aku bacakan buku ini?” tanya Abigail sembari menunjukkan sebuah buku dengan genre misteri.
Raiden hanya mengedipkan matanya dua kali, lalu Abigail mulai duduk dan membaca bagian belakang buku itu.
“Ah, ini adalah kisah misteri pembunuhan. Sepertinya menarik, tetapi aku selalu takut pada misteri yang terasa nyata. Baiklah, kita mulai, kamu harus mendengarkan dengan baik.”
Setelah membaca hingga satu bab, Abigail berhenti. Kini dia menyuruh Raiden untuk beristirahat agar bisa kembali mendengarkan kisah selanjutnya saat terbangun.
Abigail berjalan ke luar dari kamar itu, melihat Yudith sedang duduk di ruang santai dengan berkutat pada ponsel di tangannya. Wanita paruh baya itu terlihat sangat serius menatap berita yang muncul.
“Tante, apa aku bisa bertanya sesuatu padamu?” tanya Abigail yang kini berdiri di depan Yudith.
“Tidak ada pertanyaan yang ingin kujawab darimu. Pergilah!”
Abigail tidak menyerah dan kembali mengajukan pertanyaan.
“Apa Tante bisa memberitahu aku kenapa Raiden bisa mengalami kondisi seperti saat ini?”
Pertanyaan itu berhasil membuat Yudith menatapnya tajam. Dia meletakkan ponsel di meja, lalu menautkan ke dua tangan di atas pahanya.
“Sebaiknya kamu tidak tahu tentang apa pun di rumah ini. Kamu tidak berhak mengetahui permasalahan pribadi keluarga ini.”
“Benarkah? Tapi … saat ini aku bagian dari keluarga ini juga. Aku istri dari Raiden, aku berhak tahu apa yang menimpa suamiku.”
Yudith berdiri lalu meraih ponselnya. Dia melangkah mendekati Abigail dan saat langkahnya terhenti sebuah kalimat diucapkan.
“Sebaiknya kamu diam dan tidak tahu apa-apa. Atau … kamu ingin melihat keluargamu dalam masalah, hum?”
Ancaman Yudith berhasil membuat Abigail terdiam. Wanita paruh baya itu memang penuh rencana jahat menurut Abigail.
Tidak ingin memperpanjang urusan, Abigail kembali ke kamar dan menemani suaminya. Dia berbaring di samping Raiden dengan mata terbuka dan penuh tanda tanya dalam pikirannya.
“Raiden, jika memang mereka jahat padamu, bagaimana dengan kakek? Tidak! Pasti kakek adalah satu-satunya orang yang menyayangimu di sini, bukan. Ya, aku harap seperti itu. Aku sungguh terkejut dengan apa yang terjadi di rumah ini. Tapi, aku pun mengalaminya di luar sana.”
Abigail bercerita tentang kehidupannya sebelum menjadi istri Raiden.
“Apa kamu tahu? Di luar sana sangat keras, aku bahkan sudah bertahan hingga tahap ini seorang diri. Ya, aku tahu, aku memang hebat. Mungkin, jika kamu sadar nanti, pasti kamu akan memukulku karena menyombongkan diri. Di luar sana, aku seperti tidak memiliki siapa pun, bahkan … ayahku sendiri tidak berpihak padaku. Dia melepaskan aku untuk menikah denganmu, sudahlah! Aku tidak ingin mengingatnya. Aku pikir saat sampai di sini, akan ada perubahan, cih! Semua orang justru memiliki sifat yang jauh lebih kejam dari orang-orang yang kutemui selama ini.”
Kisah itu membuat Abigail sedikit lega, seperti menemukan sosok yang bisa mendengarkannya dan akan menjaga kerahasiaan dari kisah tersebut.
“Apa kamu tahu lagi? Maaf jika aku berkisah tentang hidupku yang mengenaskan ini. Aku harap kamu tidak merasa kasihan padaku. Impianku adalah memiliki perusahaan sendiri, menikah dengan pria yang kucintai, memiliki keluarga yang saling menyayangi. Sayang, semua berjalan tidak sesuai harapan. Bukannya aku tak bahagia bersamamu, aku hanya merasa ada ketidakadilan di sini. Aku sedang berusaha untuk menerimanya, menerimamu, dan menjalani hidup bersama kalian di sini. Tentu saja kamu dan kakek.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
" sarmila"
madih nyinak.semngt abigail
2023-11-13
0
Anonymous
sejauh ini okelah
2023-01-04
0
🌷💚SITI.R💚🌷
raiden pasti dengeri abigail smg aja raeden cpt sehat
2023-01-03
1