Terpaksa Menikahi Pria Vegetatif

Terpaksa Menikahi Pria Vegetatif

Bab 1

“Jadi, berapa lama lagi kamu akan beralasan, Dirham?” tanya seorang pria bertubuh kekar dengan jas hitam yang menutup otot-ototnya.

Dirham hanya bisa duduk dengan keringat dingin di kursinya. Siapa yang tidak takut jika seorang penagih hutang yang dikirim, memiliki tubuh berotot dan memiliki senjata yang siap meledakkan kepalanya. Keringat pun membasahi wajahnya yang kini tampak pucat. Dirham sudah tidak bisa berkata lagi, hanya nyali yang kini dimilikinya untuk membuat alasan lagi.

“Se-segera, katakan pada Tuan Rafael untuk memberikan waktu padaku.”

“Tidak perlu, Dirham.” Suara itu berhasil membuat setengah nyawa Dirham hampir terlepas dari tubuhnya.

Seorang pria yang memiliki tubuh tegap dan sehat melangkah masuk dengan menghisap cerutu. Pria berambut hitam itu berdiri di belakang pria berbadan tinggi dan berotot yang kini meraih tubuh Dirham agar bisa berbicara langsung dengan sang Tuan.

Dirham terlihat menelan ludahnya beberapa kali saat sosok tua itu tersenyum dan menatapnya tanpa merasa kasihan.

Pundak Dirham ditekan dengan kuat hingga terduduk di lantai. Matanya bergetar seakan kematian kini ada di hadapannya. Dengan kikuk Driham mulai menggerakkan bibirnya kembali, “Tu-tuan Laos, maafkan aku. Sungguh bukan maksud untuk membohongimu, tapi … kenyataannya perusahaanku baru saja mendapatkan tender dan belum mendapat bayaran dari orang-orang itu. Bisakah Anda berbelas kasih memberikan waktu padaku?”

Asap disembulkan tepat di wajah Dirham hingga membuatnya terbatuk.

“Kamu pikir aku tidak tahu apa yang sedang terjadi pada perusahaan ini? Apa kamu mau aku membawa mereka yang bekerja sama denganmu kemari?” Laos berhasil membuat Dirham tak berkutik.

Berbagai cara muncul di kepala Dirham, semua membuatnya semakin tidak bisa berpikir dengan baik.

Laos berjalan ke kursi milik Dirham, duduk di sana dengan memainkan asap dari cerutu yang dihisapnya. Laos melihat ada foto keluarga di sana, ada tiga anak perempuan yang dimiliki Dirham dan sebuah ide pun muncul di kepala pria itu.

“Dirham, kamu memiliki putri yang cantik. Bagaimana jika kamu kirim salah satu dari mereka untuk menikahi cucu dari ayah mertuaku?”

Deg …

Dirham menatap foto keluarga yang ada di meja kerjanya. Ternyata Laos sudah memegang bingkai foto itu dengan sesekali memainkan bingkai tersebut.

Dirham ingat sekali siapa cucu yang dimaksud oleh Laos. Berita tentang kondisi terakhir cucu kesayangan Rafael muncul dan membuat pria itu semakin berhati-hati dengan siapa pun. Dirham tampak berpikir, siapa yang harus dikirim?

“Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang. Aku berikan waktu sampai dua hari ke depan. Orang-orangku akan datang ke rumahmu secara langsung. Mereka yang akan menjemput putrimu saat kamu setuju dan mereka akan menghabisimu, jika kamu menolak.”

Laos berdiri lalu melangkah ke luar dari ruangan itu, diikuti oleh para pengawalnya, pria itu pun menghilang dari balik pintu ruang kerja Dirham.

Persaingan bisnis di negara itu memang terbilang sangat kejam. Siapa yang bertahan akan memiliki pamor untuk bisa sukses, tetapi sebaliknya untuk mereka yang tidak dapat bertahan.

***

Dirham kembali ke rumahnya dengan wajah kusut dan penampilan yang cukup mengerikan. Pria itu baru saja menghilangkan pikirannya tentang hutang dengan minum di sebuah kelab malam.

Berharap mendapat sambutan hangat dari istrinya—Marissa—Dirham justru mendengar caci maki. Marissa memang cukup berani untuk berkata-kata pada suaminya itu, apalagi kondisi keuangan mereka sedang dalam kondisi tidak stabil.

“Apa ini? Kenapa tubuhmu mengeluarkan aroma alkohol yang pekat?” tanya Marissa sembari mengendus tubuh suaminya.

“Tahu apa kamu tentang alkohol? Kamu tidak tahu apa yang aku alami hari ini, bukan?”

“Apa? Apa seseorang menagih hutang?”

“Benar sekali, kamu sangat pandai, Sayang. Aku tidak menyangka, hari ini adalah saatnya aku mengembalikan uang yang dipinjamkan oleh FX Group. Apa kamu punya uang? Bisakah kamu pinjamkan padaku dahulu?”

“Jangan gila! Mana mungkin aku memiliki uang sebanyak itu? Hutangmu jutaan dolar, Dirham!”

“Hahaha, bukankah kamu juga menggunakannya? Kenapa hanya aku yang mengembalikannya, hum?”

Tepat setelah mengatakan kalimat itu, tubuh Dirham terhuyung dan terbaring di ranjang dengan posisi menelungkup. Mariss yang kesal mengubah posisi tidur suaminya dengan kasar.

Keesokan paginya, Dirham tampak memijat kepalanya yang terasa pusing. Akibat minum sebotol wine, Dirham mabuk dan pulang dengan keadaan setengah sadar.

Matanya mengedar di seluruh ruangan kamar, dia tidak menemukan istrinya di sana. Lalu, pandangannya kini mengarah pada jam yang ada di atas nakas.

“Akh! Ternyata sudah siang, aku harus ke kantor.”

Dirham beranjak dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Saat itu, di lantai dasar rumah milik Dirham. Marissa sedang membaca majalahnya, sebuah bacaan fashion dan berita tentang seputar brand terbaru membuatnya ingin memiliki apa yang ada di majalah itu.

“Ini sangat bagus, pasti mahal. Aku harus memilikinya,” ucap Marissa sembari menunjuk pada sebuah gambar tas dengan brand ternama.

“Sayang, apa semalam aku mengatakan sesuatu?” tanya Dirham yang kini telah siap untuk pergi ke kantornya.

Marissa melirik tajam pada suaminya itu, diletakkannya majalah di meja. Tangannya kini bersedekap seakan ingin mengeluarkan seluruh isi hatinya dengan mengomel.

“Kamu mengatakan FX Group meminta hak mereka.”

“Ah, benar. Tuan Laos datang ke kantor dan memintaku mengembalikan uang yang kita pinjam.”

“Lalu? kamu ingin aku yang membayarnya?”

“Tidak, Sayang. Tapi … Tuan Laos memberi keringanan pada kita.”

“Benarkah? Keringanan apa?”

“Dia meminta salah satu putri kita untuk menikah dengan keponakannya—Raiden.”

“Ra-raiden? Bukankah dia pria yang kini menjadi cacat?”

“Bukan cacat, Sayang. Dia mengalami kondisi vegetatif.”

“Terserah kamu menyebut apa? Jadi, siapa yang akan kamu kirim untuk menikah dengan pria itu? Tunggu! Aku tidak menyarankan putriku untuk datang ke rumah tua bangka itu dan menikahi cucunya.”

“Itulah, siapa yang bisa ke sana?”

Keduanya tampak berpikir keras, tetapi tidak lama kemudian, wajah Marissa berubah. Wanita itu tahu siapa yang bisa melakukannya.

“Sayang, bagaimana dengan Abigail? Bukankah dia sudah dewasa dan bisa menikah dengan siapa pun?”

Dirham tersenyum dan membenarkan apa yang dikatakan istrinya. Hanya saja, Abigail tidak ada di sana saat ini, dan seseorang harus menghubunginya agar wanita itu kembali.

“Aku akan menghubunginya agar dia segera kembali dari Los Angeles. Baiklah, aku hanya perlu mengatakannya pada Tuan Laos. Setelah itu, kita bisa terbebas dari hutang yang begitu banyak.”

“Benar sekali.”

Keduanya tertawa mendapatkan jalan keluar dari masalah yang sedang Dirham hadapi. Hanya saja, di tempat lain, seseorang tidak tahu akan menjadi korban dari semua ini.

Abigail adalah anak dari istri pertama Dirham yang meninggal. Dalam keluarga itu, dia memang tidak terlalu disukai bahkan oleh Marissa juga dua saudara tirinya.

“Halo, Sayang. Bisakah kamu kembali ke rumah secepatnya? Ada yang perlu Papa sampaikan padamu, Abigail.”

“Baiklah, aku segera kembali, Papa.”

Terpopuler

Comments

" sarmila"

" sarmila"

mmpir lgi selalu top top top deh semngat untuk krya2 nya💪💪💪💪💪

2023-11-13

0

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Kak mampir dong likenya di karya sy....

2023-01-17

0

Rinnie Erawaty

Rinnie Erawaty

aku hadir disini, ini nama tokohnya berhubungan sama mata uang trus kota trus apalagi yaaa🤔

2023-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!