Kesepakatan dibuat, Abigail pun bersedia menikahi Raiden—cucu pemilik FX Group. Pernikahan diadakan dengan sederhana, ini dilakukan untuk menghindari media yang bisa saja membuat berita tidak sedap tentang Keluarga Rafael.
Setelah melakukan prosesi pemberkatan, Abigail pun dibawa ke rumah megah milik Rafael. Tidak hanya Raiden dan Rafael yang menghuni rumah mewah itu. Tentu saja di sana juga tinggal anak kedua Rafael yang bernama Yudith dan suaminya Laos.
Awalnya, Abigail merasa takut untuk masuk dalam rumah yang memiliki suasana baru untuknya. Abigail mencoba membuat dirinya tetap tenang meski banyak tatapan tajam mengarah padanya saat melangkah masuk.
Rafael yang terlihat kejam justru menyambut kedatangan Abigail dengan ramah. Seakan Abigail adalah cucunya sendiri. Sikap itu membuat Abigail bertanya-tanya tentang Rafael karena berita di luar tidak sepenuhnya benar.
“Masuklah, Abigail! Raiden sudah menunggu di atas,” ucap Rafael menunjuk pada anak tangga menuju lantai dua rumah itu.
Di sisi kanan Rafael ada Yudith yang terlihat jelas tidak menyukainya. Wanita itu memperlihatkan sikap dingin dan kaku saat Abigail memperkenalkan diri untuk pertama kalinya.
“Sa-saya Abigail, uhm—“ Ucapan Abigail terhenti saat Rafael menyahut.
“Yudith! Berikan sikap terbaikmu untuk Abigail, jangan membuatnya takut.”
“Ayolah, Papa. Dia bukan penanam saham di perusahaan kita, dan sikapku ini sangat wajar untuk wanita yang akan merawat dan menjaga Raiden.”
“Sudahlah, sebaiknya kamu ke atas, Abigail.”
Mendengar perintah dari Rafael membuat Abigail segera berjalan menuju anak tangga dengan menyeret tas kopernya. Namun, tidak ada satupun dari pelayan atau seseorang di sana yang membantu Abigail, seakan bukan orang penting dalam rumah itu.
Sampai di lantai dua rumah mewah tersebut, Abigail merasa bingung dengan keberadaan kamar Raiden. Akhirnya, dia memutuskan untuk berjalan kembali sembari melihat dari celah pintu terbuka tentang keberadaan kamar suaminya.
Saat Abigail melihat ada dua penjaga di depan kamar Raiden, dia pun berjalan mendekat dan bertanya pada mereka.
“Maaf, apa kalian tahu di mana kamar Tuan Raiden?”
“Nona, masuklah ke dalam. Tuan Raiden menunggu Anda.”
Sosok pria berjas hitam dan terlihat rapi itu membuka pintu. Di dalam sana terlihat sudah ada sosok pria yang baru saja menikah dengannya, pria tersebut hanya terbaring di atas ranjangnya tanpa adanya pergerakan.
“Uhm, di mana aku meletakkan barang-barangku?” tanya Abigail dengan sopan.
“Anda bisa meletakkannya di sana, itu adalah kamar berjalan yang bisa Anda gunakan bersama Tuan Raiden. Di sana tentu ada banyak barang-barang milik Tuan Raiden, jadi Anda tidak akan kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan Tuan di kamar ini.”
“Terima kasih, aku akan meletakkan tas ini dulu di sana, lalu kembali kemari.”
Abigail berjalan melewati Raize—pengawal setia Raiden—untuk sampai di lemari berjalan yang ada di sudut kamar.
Setelah kembali, Raize menjelaskan pada Abigail tentang pekerjaan yang dilakukannya selama menjadi seorang istri. Tidak, lebih tepatnya pengurus pria yang tidak bergerak dari tempatnya.
“Di sini Anda hanya merawat dan menjaga Tuan Raiden saja. Memberikan semua yang dibutuhkan oleh Tuan. Setiap perkembangan, Anda harus mengatakannya padaku atau pada dokter yang biasa memeriksa Tuan Raiden.”
Mendengar penjelasan Raize, Abigail hanya mengangguk untuk menjawab. Dalam diri wanita itu merasa keberadaannya lebih tepat dianggap sebagai seorang pengasuh atau perawat daripada seorang istri dari pewaris utama FX Group.
Lihatlah dia, hanya tidur di atas ranjang. Matanya terbuka dan itu mengerikan untuk dilihat, batin Abigail.
Setelah mendengarkan penjelasan Raize, Abigail mulai melakukan tugasnya untuk membersihkan tubuh Raiden.
“Nona, Anda bisa menggunakan air hangat untuk membasuh tubuh Tuan Raiden. Siapkan beberapa peralatan di nakas itu jika dibutuhkan.”
“Baik, Tuan—“
“Panggil saja Raize, Nona. Saya pengawal kepercayaan di sini. Saya akan berjaga di depan kamar, satu lagi … kamar ini dilengkapi dengan kamera pengawas, setiap pergerakan Anda akan diawasi dari sana.”
“Aku mengerti, Raize.”
Setelah mendengarkan semua yang dijelaskan, Abigail memulai hari pertamanya sebagai seorang istri dengan merawat sang suami yang mengalami kondisi vegetatif.
“Menyebalkan, kenapa tidak langsung saja menyebutku dengan pengasuh atau perawat? Kenapa mereka harus menikahkan kita?” keluh Abigail sembari berdiri di depan Raiden.
Mata Abigail mengedar pada tubuh hingga wajah Raiden. Dia sedang mengamati pria yang terlihat tampan itu.
“Kamu tampan, sayang tidak ada yang merawatmu dengan baik. Hum, baiklah, aku akan melakukannya.”
Abigail meraih perlengkapan untuk membasuh kulit Raiden yang tampak kering karena ruangan itu terasa dingin. Tidak hanya itu, Abigail mencari keberadaan mereka menyimpan alat untuk mencukur bulu halus di sekitar wajah Raiden.
“Sebaiknya aku bertanya pada—“ Ucapan Abigail terhenti saat melihat sosok Yudith di pintu masuk kamar itu.
Yudith memanggil Abigail dan mengajaknya berbicara di luar.
“Aku harap kamu tahu posisimu di sini sebagai apa? Jangan pernah berharap lebih dari ini. Kamu hanyalah bayaran atas semua hutang ayahmu.”
“Sa-saya mengerti, Nyonya.”
“Bagus! Sekarang … sebaiknya kamu segera menyelesaikan tugasmu di sana, lalu temui aku di bawah.”
Yudith melanjutkan langkahnya menuju lantai dasar rumah itu.
“Apa-apaan ini? Kenapa dia sangat kejam padaku?” gumam Abigail yang kini kembali ke kamar Raiden.
Abigail mendekati Raiden, lalu mulai membersihkan tubuh suaminya dengan perlahan dan penuh kelembutan.
“Kulitmu sangat kering, aku yakin kamu sudah lama berada di kamar ini.”
Meski dalam keadaan yang tak bisa melakukan apa pun, Raiden bisa mendengar semua ucapan Abigail dan sentuhan yang dilakukannya.
Tanpa sadar, Abigail terkejut dengan lirikan mata Raiden yang tertuju padanya. Abigail tahu, pasti Raiden tidak akan menyukainya karena dia bukanlah wanita cantik dan kaya.
“Tuan, kenapa menatapku seperti itu? Aku sungguh melakukannya karena ayahku memiliki hutang yang begitu banyak pada keluargamu. Aku harap, setelah Anda sembuh dan sadar kembali, Anda bisa melepaskan aku, asal jangan membunuhku atau membuangku ke tengah hutan,” ucap Abigail.
Tiba-tiba saja Ekspresi Raiden seperti tidak menyukai sentuhan yang dilakukan Abigail. Hal itu membuat Abigail terkejut dan sedikit takut untuk kembali menyentuh Raiden.
“Tuan, apa Anda marah dengan sikapku ini? Tenang saja, Tuan. Aku tidak akan berani menyakiti Anda, bagaimanapun keluarga Anda sudah berbaik hati.”
Dari kamera pengawas, Raize bisa melihat apa yang dilakukan Abigail di dalam sana. Pria yang selalu menjaga Raiden itu merasa senang karena ada yang bersedia berada di samping Tuannya.
“Tuan Raiden, jangan bersikap seperti itu!” seru Abigail yang tiba-tiba saja mengeluarkan suara lebih keras.
Raize pun segera masuk dan bertanya apa yang terjadi di sana? Abigail hanya menjelaskan padanya mengenai kejutan yang didapatkannya dari tatapan mata Raiden.
Sialan! Kenapa aku harus berada di samping pria ini?, batin Abigail yang lagi-lagi merutuki nasibnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
nt othor Danie ke -8..swmangat.. mo tak habisin. semua.. krn q suka ga chapters yg tak berbelit bin panjang
2023-02-09
0
Rinnie Erawaty
nyimak terus
2023-01-06
0
Anne Rukpaida
semangat
2023-01-05
0