Nathan tiba di sebuah rumah kontrakan petak yang ukurannya tidak terlalu besar, ia pun langsung saja mengetuk pintunya. Tampak seorang wanita paruh baya keluar membuka pintu tersebut.
"Tuan Nathan," ucap Santi yang begitu terkejut melihat anak dari majikannya dan juga merupakan bos dari suaminya ada di depan pintu.
Jantungnya seakan berhenti berdetak karena sangat syok melihat tamu yang tak diundang datang secara tiba-tiba. Tentunya pasti akan membawa kekacauan, sangat terlihat jelas dari sorotan matanya yang begitu tajam seperti harimau lapar yang siap menerkam mangsanya.
"Tuan Nathan, ada apa?" Tanya Santi yang tampak gugup.
"Kenapa Bi? Apa Bibi akan membiarkan aku tetap berdiri disini? Bibi tidak mempersilahkan aku untuk masuk," kata Nathan dengan pelan tapi sedikit menekan.
"I-iya Tuan Nathan, silahkan masuk!" Santi mempersilahkan.
Nathan pun segera saja masuk ke dalam rumah kontrakan itu, ia tak mau membuang-buang waktu lagi untuk mengobrol di luar, karena jika berada di dalam rumah maka ia akan lebih leluasa untuk berbicara kepada mantan asisten rumah tangganya itu.
"Silahkan duduk Tuan!" Ucap Santi.
"Dimana suamimu Bi?" Tanya Nathan.
"Su-suami saya sedang tidak ada di rumah Tuan," jawab Santi lagi-lagi ia begitu gugup dan ketakutan melihat wajah Nathan yang menyeramkan di balik wajah tampannya itu.
"Jangan menyembunyikan suamimu itu dariku, cepat keluarkan dia, bayar hutang kalian atau aku akan membunuh kalian sekarang juga. Cepat katakan!" Teriak Nathan.
Bertepatan dengan saat itu, Doni yang baru saja kembali sangat terkejut melihat kehadiran CEO perusahaan AB sedang berada di rumahnya dan memarahi istrinya itu.
"Tuan, tolong jangan apa-apa kan istriku, aku pasti akan membayar hutangku itu Tuan," pinta Doni.
Nathan tersenyum smirk, " Oh ya? Dengan apa kau akan membayarnya Paman? Aku sudah memberimu waktu tetapi kau sama sekali belum membayarnya. Sudahlah, yang aku dengar kalian mempunyai anak perempuan, sekarang jual saja anak kalian itu kepadaku. Aku hanya perlu membeli rahimnya untuk memenuhi keinginan Ibuku. Bukankah Bi Santi sendiri tahu jika Ibuku sangat menginginkan seorang cucu. Asalkan kalian bersedia menolongku dan merahasiakan ini dari Ibuku, aku janji semuanya pasti akan aman, hutang kalian juga aku anggap lunas dan aku juga tidak akan menjebloskan kalian berdua ke dalam penjara," kata Nathan yang tak suka berbasa-basi.
"Tidak Tuan, aku tidak akan pernah menjual anakku kepada Tuan. Bagaimana mungkin aku menjual anakku satu-satunya hanya untuk menebus hutang," Doni membantah karena ia sama sekali tak rela mengorbankan anaknya.
"Sudahlah Yah, hanya ini cara satu-satunya yang bisa kita lakukan," pujuk Santi.
"Bu apa kamu sama sekali tidak punya hati, Dinda itu anak kandung kita Bu. Kenapa kamu tega mau menjualnya!" Bentak Doni.
"Kita tidak menjualnya Yah, Dinda hanya perlu memberi anak kepada Tuan Nathan. Setelah itu Dinda bebas," kata Santi.
"Ya benar seperti apa yang dikatakan Bi Santi. Setelah anak kalian hamil dan melahirkan anakku, maka aku sama sekali tidak ada urusannya lagi dengan anak kalian. Sedangkan hutang kalian semua aku anggap lunas," jelas Nathan.
"Tapi bagaimana bisa?" Kata Doni.
"Sudahlah, aku tidak akan memberi kesempatan dua kali. Sekarang aku akan pergi, tapi besok aku anak buahku akan datang lagi ke sini untuk menemui kalian. Kalian pilih saja mau membayar semua hutang, mau aku masukkan kalian ke dalam penjara, atau anak kalian bersedia untuk menjual rahimnya kepadaku," kata Nathan lalu ia pun beranjak dari rumah kontrakan kecil itu.
*****
Malam harinya, Santi kembali berbicara kepada Dinda mengenai rencananya yang hendak menjual rahim Dinda kepada Nathan dan tentang kedatangan Nathan tadi siang yang terus mengancam mereka. Dinda benar-benar bingung apa yang harus ia lakukan sekarang, di satu sisi ia tidak mau merusak masa depannya dengan menjual keperawanan atau rahimnya itu, sementara di sisi lain hanya itulah satu-satunya jalan untuk menebus hutang keluarganya agar tetap selamat. Dinda meminta waktu kepada ibunya untuk memikirkan semua itu, lalu Santi pun segera saja keluar dari kamar Dinda dan berharap jika Dinda akan segera menyetujuinya.
Seperti yang dikatakan oleh Nathan, pagi-pagi sekali ia beserta kedua anak buahnya sudah datang mengunjungi rumah orang tua Dinda untuk menagih janjinya. Doni yang mengatakan sanggup untuk membayar hutang dan menyiapkan uangnya pagi itu, ternyata sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana mungkin ia mencari uang sebanyak 10 miliar dalam satu malam? Itu sangat tidak mungkin, itu hanyalah hal yang mustahil, akan tetapi Doni juga tetap kekeh tidak mau menjual anaknya kepada Nathan.
"Aku Mohon Tuan, jangan lakukan apapun terhadap anakku. Kasih aku waktu untuk menebus semua hutangku ini, asal jangan paksaan aku untuk menjual anakku sendiri Tuan," pinta Doni.
"Paman, kau ini bodoh atau gimana? Aku bukan ingin membeli anakmu, aku hanya ingin membeli rahimnya. Apa kau tidak mengerti itu!" Bentak Nathan.
"Bukankan itu sama saja Tuan, karena Tuan akan merusak masa depan anakku. Dia harus tidur bersama Tuan tanpa ikatan apapun. Kasihan dia, dia masih punya cita-cita untuk masa depannya," kata Doni yang terus saja memohon tanpa henti, ia lebih memilih disiksa sampai mati dari pada harus mengorbankan anaknya.
Sedangkan Santi sama sekali tidak dapat berbicara apapun, karena ia tahu sifat keras kepala suaminya itu memang sama sekali tak dapat dibantah, apalagi menyangkut soal anaknya.
Sebenarnya Nathan bukan lah pria yang kejam, ia juga memikirkan nasib Dinda nanti. Tapi karena tuntutan dari orang tuanya juga keinginan istrinya, sehingga membuat Nathan terpaksa harus berbuat keji seperti sekarang ini.
"Banyak baco*, kalau kalian memang tidak bisa membayar hutang itu sekarang dan kalian juga tidak bersedia untuk menjual rahim anak kalian itu, maka bersiap-siaplah, aku akan menyiksa kalian dan menjebloskan kalian berdua ke dalam penjara," ancam Nathan.
"Jangan Tuan! Aku mohon jangan masukkan kami ke dalam penjara," pinta Santi yang akhirnya angkat bicara. Ia tidak mau menghabiskan sisa umurnya dengan mendekam di dalam penjara. Apalagi sebenarnya ini bukanlah kesalahan dari suaminya, hanya saja karena mereka yang miskin sama tidak sekali tidak bisa melakukan pembelaan apapun.
Nathan memberikan gestur kepada anak buahnya untuk menyiksa pasangan suami istri itu, ada yang menjambak rambut Santi dan ada pula yang memukul tubuh Doni berulang kali saat itu tanpa ampun.
Dinda yang baru saja pulang berbelanja dari pasar karena kebetulan hari ini ia tidak bekerja, sangat syok melihat pemandangan yang ada di depan matanya saat ini sehingga barang belanjaan yang dipegangnya pun terjatuh.
"Stop Tuan! Jangan siksa orang tuaku. Aku juga mohon jangan masukkan Ayah dan Ibuku ke dalam penjara. Aku bersedia menebus hutang dengan menjual rahimku, asalkan hutang keluargaku lunas.
...……… Bersambung ………...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
fhira"vhiyol3t
sudah saya duga pasti ini jawaban dinda
2024-06-05
0
Mommy QieS
vote mingguan untuk kakak
2023-11-27
1
Rita Riau
mungkin kah benar ayah Dinda yg melakukan kesalahan atau hanya jebakan seseorang 🙏🤔🥰🥰
2023-10-22
1