"Bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan wanita yang mau menjual rahimnya untuk kita?" Tanya Clara dengan entengnya.
"Kamu ini, pulang ke rumah bukannya bertanya dulu suami sudah makan atau belum, ada makanan atau tidak, tapi kamu malah mementingkan urusanmu sendiri. Apa kamu pikir mudah mencari wanita yang yang mau menjual rahimnya. Aku ini cukup stress dengan permintaan Mama dan permintaan kamu yang sangat tidak masuk akal," hardik Nathan.
"Tapi hanya ini satu-satunya yang bisa kita lakukan? Come on Nathan, kamu itu kaya, tampan, apa susahnya sih. Kamu hanya perlu mencari wanita yang mau diajak tidur lalu kamu beli rahimnya sehingga anaknya nanti akan menjadi milik kita. Selanjutnya kita bisa katakan kepada Mama kamu jika anak itu adalah anak aku," kata Clara.
"Cih kamu yang jelas-jelas istriku saja tidak mau aku sentuh," sindir Nathan.
"Itu karena aku tidak mau hamil Nathan," celetuk Clara. "Kau bisa mencari wanita itu di club malam."
"Aku tidak mau tidur dengan wanita murahan," bantah Nathan.
"Lalu kamu mau mencari wanita yang seperti apa? Wanita terhormat? Ck, mana ada wanita baik-baik yang mau menjual rahimnya," cibir Clara.
Nathan mengepalkan erat kedua tangannya menahan emosi menghadapi istrinya saat ini, sudahlah tidak mau disentuh sama sekali olehnya, malah dengan sangat mudah memintanya untuk tidur bersama wanita lain hingga wanita itu hamil anaknya. Benar-benar pikiran yang tidak masuk akal, menurutnya.
Rasanya ingin sekali Nathan menghajar wanita yang ada didepannya saat ini, akan tetapi ia tahan karena bagaimanapun juga Clara adalah seorang wanita, terlebih lagi dia juga istrinya sah-nya meskipun tidak seperti seorang istri. Agar emosinya itu tidak semakin memuncak, Nathan pun memilih meninggalkan Clara dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.
"Heh Nathan! Kamu mau kemana? Aku belum selesai berbicara denganmu. Bagaimana jika aku saja yang mencarikan wanita itu? Kamu hanya tinggal menerimanya saja Nathan!" Clara berteriak sekeras mungkin walaupun Nathan sama sekali tidak menggubrisnya.
Nathan masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintunya tersebut, takut jika Clara akan masuk dan mengganggunya. Ia segera saja masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri di bawah air shower yang mengalir, kepalanya terasa sakit seakan mau pecah. Otaknya tidak dapat berpikir jernih, entah apa yang harus ia lakukan agar dapat memenuhi keinginan ibunya itu. Harus kah iya memaksa istrinya saja untuk berhubungan, bagaimanapun juga sudah hak-nya untuk mendapatkan anak dari clara, apa gunanya ia mempunyai istri jika harus berhubungan dan memilih memiliki anak dari wanita lain. Lagipula wanita mana yang rela memberikan tubuh dan rahimnya untuk orang-orang yang egois seperti mereka.
Akan tetapi mendadak Nathan teringat sesuatu yang membuatnya tersenyum smirk. Ia segera menyudahi aktivitas mandinya dan bersiap-siap, setelah itu bergegas pergi untuk menjalankan rencana apa yang saat ini sedang terlintas di dalam pikirannya.
Clara yang melihat Nathan sudah sangat rapi dan hendak keluar pun merasa keheranan dan membuatnya penasaran.
"Kamu mau kemana? Bukankah kamu baru saja pulang?" Tanya Clara.
"Bukan urusanmu. Memang kenapa jika aku baru pulang? Bukannya kita sudah terbiasa seperti ini," jawab Nathan ketus, lalu segera saja keluar dari apartemen meninggalkan istrinya itu.
"Yes, no problem," gumam Clara tersenyum sumringah, ia merasa sangat senang karena Nathan pergi meninggalkannya. Lalu ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
*****
Sementara itu, Dinda yang saat ini sedang bekerja sama sekali tidak bisa fokus. Pikirannya terus saja mengingat tentang perkataan ibunya yang hendak menjualnya demi menebus hutang.
Hingga pada saat Dinda hendak mengantarkan minuman untuk salah satu pelanggan, tidak sengaja ia menumpahkan minuman tersebut hingga membasahi pakaian pelanggannya tersebut.
"Maaf Tuan, saya benar-benar tidak sengaja," ucap Dinda sembari mengambil tisu hendak membersihkan baju pelanggan itu.
Pelanggan tersebut yang merupakan seorang pria menatap dinda yang saat ini tertunduk dengan tatapan tajam, ia begitu murka, kemeja yang ia kenakan itu menjadi basah karena ulah pelayan restauran.
"Berhenti! Apa yang kau-" ucapan Nathan terhenti saat Dinda kini menatapnya hingga mata keduanya bertemu.
"Jadi Kau?!" Tuding Nathan sembari menunjuk saat melihat sosok wanita yang tak asing baginya.
"Kau?!" sontak Dinda langsung berdiri dan sangat syok melihat pria yang ada di depan matanya saat ini.
"Jadi selain tukang ojek, kau juga seorang pelayan di sini? Pekerjaanmu begitu banyak, kasihan kau pasti begitu miskin," hina Nathan.
"Ya memang kenapa jika aku miskin dan hanya menjadi pelayan di sini? itu sama sekali bukan urusanmu. Yang penting pekerjaanku ini halal dan tidak melupakan hak orang lain," hardik Dinda.
"Apa maksudmu? Yang lakukan terhadapku ini benar-benar sudah membuat aku rugi. Apa kau tahu jika aku akan bertemu dengan klien yang sangat penting," ucap Nathan dengan tatapan tajamnya, akan tetapi sama sekali tak membuat Dinda bergidik. Malah ia semakin terang-terangan menentangnya.
"Maaf ya Tuan angkuh yang terhormat, aku benar-benar tidak sengaja. Jika memang aku harus mengganti kemeja Tuan yang kotor itu, anggap saja uang ojek yang dulu kau katakan akan membayarnya lima kali lipat itu, untuk mengganti kemeja Tuan," kata Dinda yang tak kalah tajam menatap Nathan.
"Berani sekali kau mengatakan aku angkuh, gajimu selama satu tahun di sini juga tidak akan bisa untuk mengganti kemejaku. Sudah aku katakan jangankan membayar ojekmu lima kali lipat, untuk membayar harga dirimu saja aku sanggup, gadis miskin!" hardik Nathan dengan angkuhnya, pantas saja jika Dinda memanggilnya Tuan Angkuh.
"Oh ya? Jika seperti itu, kenapa kau sama sekali tidak menjawab teleponku, bukan membayarnya tapi kau malah mengabaikan telepon juga pesanku begitu saja," kata Dinda.
Nathan terdiam, ia teringat jika memang saat itu ada nomor asing yang menelepon dan mengirim pesan kepadanya, tetapi Nathan mengabaikan begitu saja dan malah menghapusnya karena saat itu ia sedang sibuk. Ia pun segera merogoh uang di dalam sakunya, sebanyak lima juta rupiah.
"Ini uang lima juta untuk membayar ojekmu tiga tahun yang lalu. Cukup kan?" Nathan menyodorkan uang tersebut kepada Dinda.
Dinda mengarahkan tangannya ke uang tersebut, akan tetapi ia tidak mengambil semuanya melainkan hanya selembar uang berwarna merah senilai seratus ribu rupiah.
"Ini sudah cukup, terima kasih," ucap Dinda ketus lalu ia pun pergi meninggalkan Nathan.
"Hei lalu bagaimana dengan kemejaku?" Teriak Nathan, tetapi Dinda tidak menggubrisnya dan langsung saja kembali bekerja.
Untungnya saat itu pelanggan sedang sepi, sedangkan manager mereka juga sedang tidak ada di restauran, sehingga tidak ada yang melihat kelakuan Dinda.
"Wanita aneh, dikasih uang banyak tapi menolaknya. Sungguh wanita yang cukup langka di zaman seperti ini. Bahkan dia juga berani melawanku," gumam Nathan yang entah kenapa membuatnya kagum.
...……… Bersambung …………...
Bonus Visual...
Nathan Edward Collin.
Adinda Karina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Rita Riau
mantap Thor,,,, biar kan Nathan begitu dulu sama dinda saling musuhan 🙏🥰🥰
2023-10-22
1
Lisa Icha
Aku mampir thor
2023-06-17
4
arumi
visual Dinda nya kurang ccok,thor itu mh ccok nya s clara
2023-04-15
3