"Untuk apa lagi kamu menemuiku Ger? Kalau sampai orang tuamu tau, entah apalagi yang akan orang tuamu lakukan terhadapku," kata Dinda.
"Dinda, tapi aku mencintaimu, aku tidak peduli apapun kata orang tuaku. Bukankah kamu bilang sendiri kalau orang tuamu meminta kita untuk segera menikah? Aku akan menikahimu," kata Gery.
"Kamu sudah gila ya, mana mungkin kamu menikah tanpa restu orang tua kamu," tuding Dinda memutar bola matanya malas. Rasanya sudah sangat malas bertemu dengan mantan kekasihnya itu.
Meskipun restauran tempat Dinda bekerja adalah milik keluarga Gery, akan tetapi bukan Gery yang mengelolanya melainkan tangan kanan orang tuanya. Dinda tetap diperbolehkan untuk bekerja di restauran tersebut asalkan dia memutuskan hubungannya dengan Gery. Tentu saja Dinda sudah melakukannya selain demi keselamatan keluarganya.
"Kenapa tidak? Aku ini seorang laki-laki, menikah tanpa restu pun aku bisa. Yang penting kamu bersedia menerima kelebihan dan kekuranganku," kata Gery.
"Apa menurutmu selama ini aku tidak menerima kekuranganmu? Kesibukanmu? Aku selalu menerima semuanya Ger. Tapi aku sadar diri Ger, kalau aku memang sama sekali nggak pantas untuk bersanding denganmu, seperti apa yang orang tuamu bilang," kata Dinda dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Sayang aku minta maaf ya sama kamu atas semua perkataan Mami aku," ucap Gery, lalu meraih tubuh Dinda ke dalam pelukannya.
Dinda sama sekali tak merespon, ia meneteskan air matanya teringat jelas sewaktu Raisa yang merupakan ibu dari Gery datang menghampiri dan menghina dirinya. Raisa meminta Dinda untuk segera berpisah dengan Gery, jika tidak maka ia pasti akan menghancurkan keluarganya dan tidak segan-segan untuk membuat orang tuanya menderita. Tentu saja Dinda tidak mau hal itu terjadi, lebih baik dia kehilangan cintanya daripada harus kehilangan kedua orang tuanya. Meskipun saat ini ibu kandungnya sendiri yang sangat ia sayangi dan ia bela mati-matian itu malah mau menjualnya kepada pria kaya yang hendak memiliki anak dari rahimnya.
Dinda mendorong kasar tubuh Gery sehingga pria tersebut terhuyung dan hampir saja terjatuh jika tidak segera menyeimbanginya.
"Din, aku nggak mau kita putus. Kenapa kamu nggak mau memperjuangkan cinta kita lagi? Aku akan selalu ada buat kamu Din," kata Gery.
"Bullshit, simpan saja kata-katamu itu Ger. Bukan baru kali ini saja kamu mengatakan hal itu padaku. Dari dulu kamu selalu mengatakan hal yang sama, akan berjuang dan akan berjuang. Tapi kenyataannya apa? Kamu malah sibuk dengan urusanmu sendiri, kamu lebih memilih bisnismu. Bukankah kamu sangat takut kehilangan bisnismu," ucap Dinda dengan sorotan tajam menahan emosi dan rasa kekecewaannya.
"Din, aku memperjuangkan bisnis juga demi kamu. Kamu bersabarlah sedikit, sedikit lagi. Ini semua juga demi masa depan kita. Memang kamu mau kalau kita menikah, terus aku nggak punya apa-apa? Nanti aku mau kasih makan kamu dan anak kita dengan apa?" Kata Gery.
"Bukankah kamu sendiri tadi yang bilang, kamu itu seorang laki-laki tanpa restu saja kamu bisa menikah, itu artinya kamu sudah siap dengan apapun resikonya. Kenapa sekarang kamu jadi bicara seperti ini? Kenapa kamu plin-plan sekali Gery," kata Dinda.
"Bukan itu maksud aku Din, ya aku bisa saja menikah tanpa restu orang tua, tapi setidaknya aku harus mendapatkan alih perusahaan Papi dulu. Kamu sabar sebentar lagi ya," pinta Gery yang meyakinkan sembari memegang bahu Dinda, tetapi lagi-lagi Dinda pun menepisnya dengan kasar,
"Maaf Ger, lebih baik sekarang kamu pergi! Aku juga mau pulang," kata Dinda, ia pun segera membalikkan badannya dan hendak meninggalkan Gery.
Akan tetapi Gery dengan sangat cepat menarik tangan Dinda dan meraih wajahnya. Dengan sangat kasar Gery langsung mencium bibir Dinda itu serta melu***nya. Dinda sangat terkejut dan memberontak, ia memukul tubuh Gery yang saat itu semakin menekannya sehingga ia pun kesulitan untuk bernafas. Saat itu tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik tubuh Gery hingga terlepas dari Dinda.
Bug …
Pria tersebut langsung saja melayangkan pukulannya tepat di wajah tampan Gery hingga terlihat memar.
Dinda begitu syok melihatnya, terlebih lagi saat melihat pria yang memukul Gery itu adalah Nathan, pria yang baru saja berdebat dengannya tadi siang. Dinda pun segera menghampiri mereka.
"Stop! Jangan pukul Gery lagi," Dinda berteriak. "Aku mohon Tuan!"
Nathan yang hendak memberikan pukulannya sekali lagi terhadap Nathan pun mengurungkan niatnya.
Bug …
Akan tetapi di saat Nathan sedang lengah, Gery malah mengambil kesempatan membalas pukulan tersebut ke wajah Nathan hingga sudut bibirnya terluka. Nathan meringis lalu memegangi sudut bibirnya dan mendapati darah yang ada di jarinya itu. Saat ia hendak mendekati Gery lagi, Dinda dengan cepat berada di tengah-tengah mereka.
"Stop! aku mohon kalian jangan bertengkar di sini. Aku mohon," pinta Dinda dengan tatapan sendunya menatap kedua pria tampan yang saat ini sedang ada di dekatnya secara bergantian.
Nathan dan Gery pun saling bertatapan tajam, lalu menatap Dinda.
"Siapa dia Din? Kenapa dia bisa ada di sini dan ikut campur urusan kita?" Tanya Gery.
"Tuan ini adalah salah satu pelanggan di restauran kamu Ger," jawab Dinda.
"Oh … aku adalah pemilik restauran ini, jadi lebih baik kau pergi saja dari sini karena kau sudah ikut campur mengenai urusanku," kata Gery.
"Jadi Kau pemilik restauran ini? Apakah seperti itu caramu bersikap terhadap pelanggan setia? Apa kau pikir aku juga senang berada di restauran ini? Sama sekali tidak," ucap Nathan dengan sangat sombong.
"Aku tidak peduli, aku sangat tidak suka ada orang yang mencampuri urusanku," kata Gery.
"Aku tidak akan ikut campur jika kau tidak bersikap kasar terhadap wanita. Kau pikir aku tidak lihat jika tadi kau memaksa untuk mencumbunya," kata Nathan.
Dinda sangat tersentuh, ia tidak menyangka jika pria angkuh itu juga bisa menghormati wanita.
"Sama sekali bukan urusanmu. Dia kekasihku, kau sama sekali tidak berhak untuk menghakimiku," kata Gery.
"Kita sudah putus Ger, kamu bukan siapa-siapa aku lagi. Tuan, terima kasih karena kau telah menolongku. Tapi sebaiknya kau tidak usah ikut campur masalah pribadiku. Kalau Tuan memang sudah tidak ada urusan lagi di sini, sebaiknya Tuan pergi dari sini," usir Dinda secara halus.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Nathan segera saja meninggalkan restauran.
"Dinda, aku minta maaf ya Sayang. Kamu mau pulang kan? Biar aku yang akan mengantarmu pulang," kata Nathan.
"Jangan ganggu aku Ger, aku mau sendiri," kata Dinda lalu pergi meninggalkan Gery begitu saja. Gery tidak mengejarnya, ia memilih untuk tidak mengganggu Dinda dulu untuk saat ini, karena ia juga merasa bersalah atas sikap yang baru saja dilakukannya.
*****
"Brengsek! untuk apa juga aku harus menolong wanita tadi. Padahal aku masih ada urusan yang jauh lebih penting. Ya, lebih baik sekarang aku ke rumah Bi Santi," gumam Nathan dan melajukan mobilnya.
...……… Bersambung ………...
Visual Gery Pratama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Rita Riau
Nathan bi Santi itu ibu nya Dinda lho
🙏🙏🥰🥰
2023-10-22
3
Wahyu Siva
aku suka ceritanya
2023-07-09
4
Yantisejati
bagus ceritanya
2023-06-17
3