Dengan patuh mereka mengangguk karena hanya hitungan detik tubuh kami kembali terhempas hebat setelah menyelam karena puing-puing bangunan dan rongsokan menghantam tubuh kami tanpa ampun.
"Uummmhhh ... momm ... ummmpph...." Perth naik ke permukaan air sebab tidak sengaja karena hantaman ombak pelukku padanya terlepas hingga kami tidak sengaja terpisah.
"PERTH... TERUS BERENANG NAK, CARI TEMPAT UNTUK BERPEGANGAN!"teriak kau sambil memeluk Nana yang pingsan karena terlalu banyak menelan air, dengan susah payah aku berenang karena ada rasa nyeri di bagian kaki ku setelah menerima hempasan puing di dalam air.
"Momma, Toloongg... Uummmpphhh...."teriak Perth terseret arus gelombang karena sesekali tenggelam akibat tergulung oleh hantaman ombak.
" Cari apapun yang bisa kau gapai, nak. Momma akan ke sana, bertahanlah,"teriakku sambil menyeret Nana yang pingsan ke sebuah batang pohon kelapa yang sudah tumbang karena Perth akhirnya berhasil berpegangan di sana.
" Hiks... moma, hiks... Perth takut, hiks ... hiks...."Gemetar Perth, aku berusaha menggapainya hingga kini ia berada di dalam pelukanku meski aku dengan sudah payah karena sambil mendekap Nana yang tengah pingsan, di tambah kakiku mulai mati rasa entah apa penyebabnya.
" Ssssstttt ... tidak apa-apa sayang. Di sini ada momaa,"bisikku lembut agar Perth sedikit tenang meski sesungguhnya aku sendiri sangat ketakutan saat melihat keadaan yang ada di sini.
" Nong Nana, momaa,"parau Perth saat melihat Nana tidak sadarkan diri di dalam dekapanku.
" Jangan khawatir, nak. Nong Nana hanya pingsan sayang. sekarang kita harus mencari tempat yang lebih aman. Tolong bantu moma. "
Perth mengangguk lalu membantuku membawa Nana berenang ke pinggiran di mana air lebih dangkal, setelah cukup jauh kami berenang, akhirnya kami menemukan tempat untuk menjauh dari pesisir pantai.
" Nak dengar moma. Pijat punggung nong(adik) Nana seperti ini, agar nongmu lekas sadar,"pintaku setelah mampu memposisikan Nana tengkurap di pangkuanku karena ia masih pingsan tidak sadarkan diri .
" Seperti ini moma." Gemetar Perth sambil menuruti seperti apa permintaanku memijat punggung membiru Nana dengan perlahan lahan hingga air dengan alami keluar dari mulut dan hidung Nana sedikit demi sedikit.
"Yah... seperti itu, kau pintar nak, terus seperti itu, lakukan terus," titahku, Perth mengangguk dan berniat beralih tempat.
"Perth, "panggilku heran karena Perth justru diam di belakangku.
" Ada apa? "tanyaku kenapa dia hanya diam di sana.
" Perth, "ulangku cemas karena Nana harus segera di tolong.
" Perth apa yang kau lakukan, cepat nak sedikit lagi,"serkasku sedikit nyaring sambil menoleh di mana anak sulungku yang kini tengah gemetaran memandangi punggungku.
" Perth, apa yang terjadi, nak? "tanyaku bingung.
" Itu momaa. "Gemetar Perth seraya memalingkan wajahnya kearah lain. Aku yang penasaran dengan cepat meraba-raba pinggangku hingga aku merasakan sesuatu yang menganga.
Dengan perlahan ku tarik tanganku dan seketika aku sadar ternyata pinggangku terluka setelah melihat darah ditanganku ini. Pantas saja Perth ketakutan melihatnya karena aku sempat meraba bagian terkoyak di sana.
"Maaf, ya. Kau bisa kemari, nak. Jangan perhatikan luka momaa. Tapi tolong lakukan seperti apa yang moma perintahkan agar nongmu lekas sadar, "pintaku sambil menahan sakit karena kini aku baru merasakan sakit yang hebat saat Perth berusaha menekan bagian dada Nana berulang ulang setelah posisi adiknya aku balik telentang hingga air kembali keluar dari mulut Nana.
"Uhuk... Uhuk... Akh... Hhh... momaa.... " Terbatuk-batuk Nana lalu meraung dan memelukku erat.
"Ssssttt ... tenanglah. Kita sudah aman sayang." Aku mencoba menenangkan Nana yang terlihat gelisah dan panik karena di sana tidak hanya ada kami tapi ada beberapa orang lain yang tengah mengalami hal yang sama serta beberapa tubuh tidak bernyawa di sekitar kami.
"Nana takut momaa, hiks ... hiks... Bagaimana jika gelombang itu datang lagi momaa, hiks... hiks...,"histeris Nana seraya memelukku hingga ia bisa melihat kekhawatiran dan shock yang ada di wajah anak bungsuku ini.
"Sayang lihat momaa, nak,"pintaku saat Nana memandangiku dengan lelehan air mata ketakutan.
"Perth bawa Nana pergi dari sini nak. "
Perth seketika menggeleng saat mendengar permintaanku.
"Apa yang momaa katakan? Perth tidak akan pergi meninggalkan momaa di sini,"teriak Perth histeris dan panik hingga aku menghela nafas karena aku tidak kalah mengalami shock setelah kejadian ini.
"Heyy... dengar nak, ombak bisa saja kembali datang. Kalian harus pergi dan carilah tempat yang aman,"pintaku hingga lagi-lagi Perth menggeleng keras menolak.
"Tidak momaa. Jika momaa meminta Perth pergi bersama nong Nana, Perth tidak akan melakukannya. Perth akan tetap di sini bersama moma agar kita sama-sama terhempas ombak seperti tadi jika ombak itu kembali."
Aku yang tengah mengalami kesakitan luar biasa di pinggang hanya mampu menitihkan air mata saat mendengar penolakan Perth.
"Moma, Nana juga tidak akan meninggalkan moma di sini. Apapun yang terjadi kita harus tetap bersama-sama, hiks...,"isak Nana ketakutan karena gadis kecil itu tengah memindai diriku yang kini tengah terluka.
"Tapi di sini tidak aman, nak. Kalian pergilah, "pintaku lagi hingga Perth menatapku tajam. Tatapannya begitu sama seperti Phi Ae saat marah padaku.
"Sudah Perth katakan moma, Perth tidak akan pergi,"putus Perth dengan keras hingga akhirnya aku tertunduk saat air mata ini menetes. Aku hanya ingin anak-anakku selamat dan terhindar dari bencana ini.
"Ok... Sekarang momaa minta Perth dan Nana pergilah mencari pertolongan, ya. Dan bawa siapapun kemari dan katakan di sini banyak orang yang terluka."
Sesaat Perth memikirkan permintaanku karena di sini cukup banyak orang yang terluka.
"Hey... Nak, dengarkan momaa, ya. Saat ini momaa tidak bisa melakukan apa-apa. Momaa tidak bisa berjalan. Bahkan momaa tidak bisa merasakan kaki momaa. Jadi mengertilah, nak. Cari bantuan dan bawa mereka kemari."
Perth menatap mataku dengan air mata bercucuran saat mendengar aku menjelaskan seperti apa kondisiku ini karena Nana di sampingku turut menangis sesenggukan.
"Pergilah, nak. Cari bantuan dan bawa Nana. Percayalah momaa akan baik-baik saja di sini karena momaa tidak sendiri."
Perth memandangi di sekitar mereka karena tidak sedikit orang yang mengalami luka serta yang meninggal di sini.
"Momaa yakin dengan ini kan? "
Aku mengangguk sambil menggenggam tangannya hangat seraya mempercayakannya agar ia tidak ragu.
"Yahh... Cepatlah, nak."
Perth tidak bisa menolak dengan terpaksa ia pergi bersama Nana mencari bantuan, aku tahu mereka pasti bingung menuju kemana mencari bala bantuan, tapi hanya ini salah satu cara agar anak-anakku menjauh dari daerah rawan ini karena aku tidak bisa melindungi mereka.
"Oohh... Tuhan... Jika memang ini akhir, tolong jaga anak-anakku.. Dan jauhkan mereka dari bencana ini," ucapku dalam doa sambil menatap punggung kecil anak-anakku karena semakin menjauh meninggalkan ku di sini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments