Menikahi Mafia Arogan
Cheryl tertegun saat menapakkan kakinya memasuki halaman rumah. Ia baru saja pulang dari pesta salah seorang teman.
Tubuhnya tampak gemetar melewati satu per satu pelayan rumah yang telah terkapar menjadi mayat. Mereka tergeletak begitu saja dengan bersimbah darah.
Melihat kejadian mengerikan itu bagaikan mimpi yang tak ingin ia hadapi. Napasnya terasa sesak memikirkan nasib keluarganya yang ada di dalam. Ia mempercepat langkah menuju rumah.
Pintu depan terbuka. Di sana juga terdapat mayat pengawal pribadi orang tuanya. Jantungnya seakan mau lepas saat menemukan sosok ayah dan ibunya juga telah terkapar di ruang tengah.
“Mama! Papa!” teriaknya histeris.
Cheryl langsung berlari mendekati mayat kedua orang tuanya. Dengan tangisan yang terdengar pilu, ia memeluk erat tubuh dingin ibunya juga memegang tangan ayahnya. Ia tidak mengira akan ada orang biadab yang tega membantai seisi rumahnya.
Suasana begitu sepi hingga tangisan Cheryl terdengar menggema di seluruh ruangan. Rasanya ia juga ingin ikut mati Bersama kedua orang tua juga para pelayannya.
“Mama … Papa … siapa yang melakukan semua ini? Huhuhu …. “ tangisan Cheryl masih juga belum berhenti meratapi kepergian kedua orang tuanya sekaligus.
Drap! Drap! Drap!
Terdengar langkah kaki mendekat ke arah Cheryl. Wanita itu menghentikan isakannya seraya menoleh ke asal suara. Seorang lelaki berpakaian rapi mengenakan jas berdiri di depan pintu. Di sekelilingnya terdapat pengawal yang tampak sigap memberikan pengamanan kepada sang bos besar.
Sebilah pistol dipegang oleh lelaki itu. Wajahnya sangat familiar untuk Cheryl. Lelaki itu beberapa kali dikenalkan oleh ayahnya, bahkan pernah berniat menjodohkan mereka. Namanya Januar Atmaja, lelaki dingin yang dikenal dengan panggilan Janu itu merupakan putra dari sahabat ayahnya.
Darah Cheryl seakan mendidih melihat pelaku pembantaian keluarganya ada di sana. “Dasar b1adab!” umpatnya.
Para pengawal langsung mengacungkan senjata saat Cheryl terlihat bangkit dan hendak menghampiri bosnya. Namun, Janu memberi isyarat agar mereka menurunkan senjata.
“Lelaki br3ngsek! B@ngsat! B1adab! Kenapa kamu tega membunuh keluargaku? Huhuhu ….” Cheryl melampiaskan kekesalannya dengan memukuli Janu. Bahkan ia berusaha untuk mencakar wajah lelaki itu. Segala umpatan ia keluarkan untuk mengutarakan kesedihan dan kemarahannya.
“Kenapa kalian masih diam di sini? Cepat cari dokumen-dokumen berharga yang masih tersisa!” perintah Janu kepada para pengawalnya sembari menahan tangan Cheryl yang terus menyerangnya.
Para pengawal berpencar ke setiap sudut rumah untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan.
“Kamu mau apa dari rumah ini? Kalau ingin merampok, kenapa harus membunuh mereka semua, hah!” ucap Cheryl.
Janu terkesan tidak mau menanggapi semua ucapan Cheryl. Ia hanya berusaha bersabar agar tidak terpancing emosi dengan kelakuan Wanita itu.
“Dasar pembunuh! Aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang! Aku bersumpah akan membunuhmu, Janu!” teriak Cheryl.
Tidak tahan dengan kebisingan yang wanita itu buat, Janu membawa paksa Cheryl di atas pundaknya. Ia membawa wanita itu keluar dari rumah. Setiap langkah yang dilakukan, wanita itu meronta meminta dirinya untuk melepaskan.
Janu tidak mau mendengarkan keinginannya. Ia memasukkan Cheryl ke dalam mobil miliknya dan menurunkannya secara kasar.
“Kunci pintunya!” perintah Janu kepada sang sopir.
Cheryl tidak bisa keluar. Ia hanya bisa menggedor-gedor kaca mobil minta dibukakan pintu. Janu hanya memandangi tingkah wanita itu dengan perasaan kesal.
Sekitar tiga puluh menit, para pengawalnya sudah kembali membawa sejumlah barang yang didapatkan dari rumah itu. Janu memberi isyarat agar mereka masuk kembali ke dalam mobil.
“Bagaimana dengan mayat-mayat yang ada di dalam, Tuan? Termasuk Tuan Hendry dan Nyonya Citra?” tanya salah seorang pengawal.
“Urus semuanya dengan rapi dan bekerjasamalah dengan polisi untuk menyelesaikan masalah ini!” pinta Janu.
“Baik, Tuan.”
“Persiapkan juga pemakaman yang layak. Bagaimanapun juga, mereka teman baik orang tuaku," tambah Janu.
"Baik, akan saya persiapkan dengan baik.”
Pengawal tersebut kembali ke mobilnya. Janu juga memberikan kode agar sang sopir membukakan pintu untuknya. Di dalam ada Cheryl yang masih terisak di sana. Wanita itu sepertinya telah kehabisan tenaga sampai tidak bisa memaki-maki lagi.
“Mama … Papa … hiks! Hiks!”
Cheryl terdengar merengek saat mobil mulai berjalan. Wanita itu duduk meringkuk di pojok dekat kaca jendela memberi jarak dengan Janu. Ia masih tidak habis pikir lelaki itu tega membunuh kedua orang tuanya. Padahal, ayahnya sering membangga-banggakan lelaki itu di hadapannya.
“Keluar!” perintah Janu saat mobil mereka sampai di halaman sebuah rumah besar di tengah hutan.
“Tidak mau!” tolak Cheryl.
Sepanjang perjalanan Janu sudah menahan emosi mendengar rengekan dan tangisan Cheryl. Mendengar penolakan wanita itu, ia kembali tidak sabaran. Dengan kasar tangan Cheryl ditarik agar mau keluar dari dalam mobil.
“Lepaskan! Dasar pembunuh! Tempatmu di neraka!” Cheryl berusaha melawan.
Janu kembali menggendong Cheryl di pundaknya. Tubuh wanita itu seakan sangat ringan bagaikan kapas. Meskipun tubuhnya terus dipukuli, Janu tetap terlihat berjalan tegap tampa beban.
Para pengawal berjalan dengan tertib di belakang mereka. Tidak ada yang berani mengomentari kelakuan bos mereka. Bahkan saat Janu membawa wanita tersebut ke dalam kamar, mereka hanya diam.
Janu menurunkan Cheryl di ranjang miliknya. Wanita itu kembali berusaha kabur dengan turun dari ranjang. Cheryl menemukan sebilah pisau di tempat buah. Ia mengambilnya dan mengarakhan kepada Janu.
“Aku akan membunuhmu kalau tidak mau melepaskanku!” ancam Cheryl.
Janu terlihat santai melihat kelakuan Cheryl. Ia bahkan berani maju mendekat seakan sedang menantang Cheryl untuk melakukan apa yang baru saja dikatakan.
“Aku tidak main-main. Biarkan aku pergi atau aku tidak segan untuk membunuhmu!” tubuh Cheryl bergetar. Ia ketakutan sendiri sampai melangkah mundur melihat Janu mendekat ke arahnya.
Merasa posisinya semakin terdesak, Cheryl memberanikan diri menghunuskan pisaunya kea rah Janu. Namun, dengan sigap lelaki itu menangkis pisau dengan tangannya. Tatapan matanya begitu tajam seakan tidak merasakan kesakitan sama sekali saat tangannya tersayat dan mengeluarkan darah karena pisau tersebut. Justru Cheryl yang mengalah melepaskan pisau itu dari tangannya. Ia kembali takut melihat darah segar mengucur dari tangan Janu.
“Hah! Katanya mau balas dendam. Kamu takut dengan ini?” Janu menyunggingkan senyum memperlihatkan telapak tangannya yang berdarah.
Cheryl membeku seakan tidak mampu melakukan apa-apa. Janu melepaskan dasinya untuk membalut luka di telapak tangannya. Ia melepaskan jas dan kemeja yang membuatnya seharian gerah.
Melihat lelaki tersebut bertelanjang dada membuat Cheryl membuang muka dan memilih menjauh darinya.
Namun, Janu sengaja menarik tangan Cheryl dan menjatuhkan wanita itu di atas ranjang. Ia begitu puas memandangi wajah pucat dan ketakutan yang Cheryl perlihatkan kepadanya. Melihat wanita yang tampak lemah itu membuatnya merasa ingin melindungi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
adning iza
aq baru hadir thooorrr tp kisah org tua mreka aq sudh bca😊😊😊
2023-07-06
0
Fadilla Suhesti
min kenapa kau tega sekali membunuh Hendry dan citra padahal aku udah ngebayangin bara dan Hendry pebisnis tersukses besanan...sedih aku min Hendry meninggal soalnya dia tukang lawak...padahal aku penasaran gimana reaksi Hendry saat Janu deketin Cheryl
2023-04-10
0
aca
lanjut semangat
2023-01-09
1