Tengah malam Cheryl membuka mata. Ia sengaja bangun malam hanya untuk menemui suaminya. Dengan gaun tidur panjang yang masih melekat di badan, ia mengenakan sandal rumah dan berjalan keluar kamar.
Seperti yang Cheryl harapkan, tampak Janu baru saja pulang. Dua orang pengawal membukakan pintu mempersilakan lelaki itu masuk. Pakaiannya terlihat sedikit lusuh terkena keringat. Lelaki itu melepas kasar dasi yang memilit di lehernya lalu membuangnya sembarang.
"Kamu baru pulang?" tanya Cheryl yang buru-buru turun dari tangga lantai atas.
Janu menghentikan langkah. Ia kaget melihat wanita itu ada di sana. "Kenapa kamu ada di sini?" tanyanya dengan nada dingin.
"Aku ... terbangun dari tidur," jawab Cheryl. Rupanya ia tidak cukup keberanian untuk berbicara dengan lelaki yang terlihat arogan itu. Nyalinya tiba-tiba ciut.
"Kalau begitu, kembalilah ke kamar dan tidur!" ucap Janu seraya melewati Cheryl begitu saja tanpa meliriknya. Lelaki itu berjalan lurus menuju kamarnya yang ada di lantai bawah.
Cheryl merasa diabaikan. Raut wajahnya berubah muram. Seharusnya seorang suami akan senang ketika istrinya datang menyambut kepulangannya. Sepertinya suaminya berbeda.
Ia bingung sebenarnya Janu menganggapnya seperti apa. Mereka pasangan suami istri, tinggal di rumah yang sama, namun tidak pernah berbagi apapun. Tidak ada percakapan, tidak ada sentuhan, bahkan tidak pernah sekalipun makan bersama.
Cheryl merasa jika dia tidak bicara, keadaan tidak akan berubah. Ia menutuskan untuk berlari ke arah Janu.
"Tunggu!" ucapnya seraya menahan pintu kamar yang hampir tertutup.
Sekali lagi Cheryl harus melihat tatapan dingin yang Janu berikan padanya.
"Bolehkah aku main ke luar? Aku sangat bosan berada di rumah terus." ia mengumpulkan keberaniannya untuk mengucapkan hal itu.
"Kenapa? Apa yang kurang dari rumah ini dan ingin kamu dapatkan di luar?" tanya Janu.
"Aku butuh suasana baru. Kalau kamu memang keberatan, ajak aku ke kantormu! Boleh kan, aku ikut bekerja di sana? Siapa tahu ingatanku akan kembali," ucap Cheryl.
Janu hampir kelepasan tertawa. Rasa percaya diri wanita itu terdengar sangat lucu. Meskipun kini usianya sudah 27 tahun, wanita yang terkenal dengan sebutan ratu party itu belum mau bekerja setelah lulus sekolah. Pekerjaannya hanya dugem dan pacaran. Kepribadian wanita itu jauh berbeda dari kedua orang tuanya.
Janu mendekat ke arah Cheryl, mengintimidasi wanita itu sampai agak gugup dan memundurkan langkah. "Apa kamu begitu kesepian? Perlu aku temani tidurmu? Atau kamu ingin aku memuaskanmu?" godanya.
Cheryl mendorong lelaki itu menjauh darinya. Lelaki itu benar-benar membuatnya takut. "Bukan seperti itu maksudku. Aku hanya ingin ada kegiatan di luar," katanya.
"Di luar ada banyak bahaya. Sudah benar kamu tetap di rumah saja. Kecuali kalau kamu bisa memegang senjata atau berkelahi." Janu sangat tegas tidak mau Cheryl keluar dari rumahnya.
"Kamu seperti tidak peduli padaku sama sekali."
Ucapan Cheryl membuat Janu merasa kesal. Ia rasa wanita itu mulai merepotkannya. Ia kira dengan menikahinya, wanita itu akan lebih bisa tenang. Ternyata, meskipun dalam kondisi amnesia, wanita itu sangat menyebalkan.
Janu menyunggingkan senyum. Ia mengusap pipi Cheryl dengan lembut. "Aku menyuruhmu tetap di sini karena sangat mengkhawatirkan keselamatanmu, Sayang. Di dunia ini aku sudah tidak punya siapa-siapa selain dirimu. Bisakah kamu memahami maksud baikku?" lelaki itu mencoba merayu istrinya.
"Apakah tidak pernah menyapa istri juga merupakan suatu bentuk kepedulian dan perhatian?" sindir Cheryl. "Kita hampir tidak pernah bertemu apalagi saling sapa. Aku jadi berpikir, apa aku benar-benar seorang istri di sini?"
Janu terpancing oleh sindiran Cheryl. Ditariknya tengkuk leher wanita itu seraya menciumnya dalam-dalam. Ia bahkan terus memberikan ciuman secara agresif meskipun wanita itu berusaha menolaknya.
"Besok kamu boleh pergi ke luar. Tapi, harus ada pengawal yang menjagamu. Jangan melakukan sesuatu yang membuatku marah!"
Setelah mengucapkan hal itu, Janu langsung masuk ke kamarnya meninggalkan Cheryl yang masih tertegun di tempatnya.
***
"Thor, kamu mau eskrim juga?" tanya Cheryl menawari anak buah Janu yang menemaninya pergi siang itu.
Thor menggeleng. Sikapnya terlihat kaku, ia sama sekali tidak mengajak bicara orang yang didampinginya. Jika perlu untuk menjawab pertanyaan, paling hanya dengan menggerakkan kepalanya atau jawaban singkat.
"Ya sudah kalau begitu! Biar saja kamu kelelahan berdiri terus seperti itu."
Cheryl melanjutkan memakan es krim yang dibelinya. Ia duduk pada sebuah bangku taman menikmati semilir angin yang berhembus sembari memandang hilir mudik kendaraan.
Kondisi taman kota siang itu cukup ramai bertepatan dengan jam istirahat kerja. Apalagi tempat itu sengaja disediakan bangku di bawah pepohonan rindang.
"Thor," panggil Cheryl.
"Iya, Nyonya?"
"Sudah berapa lama kamu bekerja untuk suamiku?" tanyanya.
"Saya tidak tahu pastinya. Mungkin sekitar 5 tahunan."
Cheryl mangguk-mangguk. "Berarti kamu juga mengenalku, kan?" selidiknya.
Thor tiba-tiba terdiam.
"Berapa lama aku dan suamiku menjalin hubungan? Kenapa aku bisa jatuh cinta pada orang seperti dia?"
"Itu ... Saya tidak tahu. Mungkin Anda akan tahu setelah sembuh." tentu saja Thor tidak mau memberikan informasi secara sembarangan.
Cheryl menatap intens ke arahnya. "Kita tidak ada hubungan, kan? Maksudku, dia sama sekali tidak mempedulikanku dan menyuruhku pergi bersamamu. Mungkin saja kita saling jatuh cinta di belakangnya?" tebaknya.
Thor terlihat panik. "Kenapa Anda bisa memiliki pikiran aneh seperti itu? Tuan pasti akan sangat marah kalau mendengarnya." ia tidak menyangka jika istri Janu bisa punya pikiran gila seperti itu.
"Hahaha ... Aku kan hanya bertanya. Di drama biasanya ada cerita seperti itu. Kebetulan aku kan amnesia, tidak bisa mengingat seperti apa hubungan kita dulu."
"Tolong berhenti berpikir seperti itu. Saya tidak mungkin berani mengganggu wanita yang Tuan sukai," pinta Thor.
Cheryl menahan tawanya. Ekspresi khawatir lelaki itu menurutnya sangat lucu. Sepertinya Thor memang anak buah yang loyal dan takut pada atasannya.
"Thor, bisa antar aku ke kantor suamiku?" tanya Cheryl.
"Maaf, nyonya. Saya tidak bisa. Tuan melarangnya."
Cheryl menelan ludah. Jawaban itu sudah ia prediksi sebelumnya. Ia menggerutu di dalam hati karena tidak bisa mengingat apa-apa. Sekeras apapun ia mencoba, tak ada satupun hal yang bisa diingatnya.
"Kenapa kalian selalu menghalangiku untuk datang ke sana? Apa ada yang suamiku sembunyikan dariku?" telisik Cheryl.
"Tuan sangat tidak suka jika waktu bekerjanya diganggu."
"Hah! Alasan macam apa itu?" Cheryl terkekeh. "Mungkin dia memang punya wanita lain di luaran sana. Dia pasti sengaja mengurungku di rumah supaya aku tidak tahu apa-apa," tebak Cheryl. Ia terlalu banyak menonton drama sehingga pikirannya jadi macam-macam.
"Itu tidak benar, Nyonya. Tuan hanya fokus bekerja," bantah Thor.
"Aku mau main ke taman hiburan!"
Cheryl bangkit dari duduknya saat melihat plang besar taman hiburan yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Ia ingin bersenang-senang melupakan segala keanehan yang ada di rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
aca
semangat thor
2023-01-09
1
trieyana
jgn cuek" ngapa janu,kesian cheryl
2023-01-07
0
☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ
nah ini mungkin saja bener😂
2023-01-07
0