Thor sudah diamanati Janu untuk menemani kemanapun nyonya itu pergi. Tanpa bisa menolak, mau tidak mau ia menurut saja kemanapun Cheryl pergi.
Wanita itu terlihat begitu girang memasuki area permainan yang kebanyakan didatangi oleh anak muda. Tidak terlihat jika dia merupakan orang yang sedang mengalami hilang ingatan.
"Hua ... Yeay ... Yuhuy ...." Cheryl berteriak kegirangan di atas perahu kora-kora yang sedang bergerak.
Di samping Cheryl aja Thor yang tampak menunjukkan ekspresi datar padahal kebanyakan orang berteriak ketakutan. Apalagi mereka duduk di bagian paling belakang.
Cheryl memutar malas bola matanya. Rasanya menyebalkan bepergian ditemani orang tanpa ekspresi seperti itu. Ia berusaha menikmati permainan itu sendiri.
"Hoek! Hoek!"
Turun dari wahana kora-kora, Thor muntah-muntah. Cheryl menahan tawanya. Ia kasihan tapi terlalu lucu melihat pengawal yang terlihat sangar tapi mabuk hanya karena naik permainan seperti itu.
"Kamu tidak apa-apa, Thor?" tanya Cheryl.
Wajah lelaki itu masih terlihat pucat. Perutnya juga masih mual. Meskipun sudah turun, tubuhnya terasa lemas dan pusing seperti berputar-putar.
"Nyonya, biarkan saya istirahat sebentar di sini," pinta Thor.
"Ya, istirahatlah! Kasihan sekali kamu." Cheryl ikut duduk di samping Thor, memandang kasihan lelaki itu. "Seharusnya kamu bilang kalau takut naik itu. Aku tidak akan mengajakmu."
"Saya tidak takut, Nyonya. Maaf, tadi saya hanya kurang enak badan saja."
Cheryl kembali menahan tawanya. Ia rasa Thor hanya gengsi untuk mengakui kelemahannya. "Aku belikan minuman untukmu sebentar!" pamitnya.
Ia pergi ke salah satu kafe yang menjual minuman hangat. Ia rasa segelas teh bisa menghilangkan rasa mual.
"Thor, minum teh hangat ini dulu. Tunggu di sini, ya! Aku mau ke toilet sebentar," ucap Cheryl seraya memberikan segelas minuman yang dibelinya kepada Thor.
Baru satu wahana dinaiki tapi Thor sudah K.O. Cheryl rasa ia tidak akan menikmati kesenangannya jika Thor masih ada di sisinya. Muncul ide untuk pergi sendiri.
Usai buang air kecil, ia mengamati Thor yang masih duduk lemas di bangku dekat toilet. Saat pandangan lelaki itu lengah, ia mengendap-endap pergi tanpa pamit.
Rasanya sangat menyenangkan bisa terlepas dari pengawasan penjaga Janu.
"Hah ... Setelah ini aku harus kemana, ya?" gumamnya saat kebingungan melihat ke sekeliling.
Setelah berhasil lari dari pengawasan Thor, ia sedikit menyesal karena tidak tahu jalan pulang.
"Ah! Dipikir nanti saja. Paling mereka juga nanti mencariku. Lebih baik senang-senang!" ucapnya pada diri sendiri.
Dengan langkah kaki riang, Cheryl mengunjungi satu per satu wahana yang disukainya. Mulai dari wahana ekstrem seperti roller coaster, sampai wahana santai seperti rumah hantu. Ia heran pada dirinya sendiri, kenapa tidak merasa takut saat memasuki tempat seram yang biasanya membuat pengunjung berteriak itu.
"Setannya kurang seram!" ucapnya.
Dug!
Saat berjalan sambil menunduk sejenak, Cheryl menabrak seseorang. "Ah, maaf, ya!" ucapnya seraya berniat untuk melanjutkan jalan.
"Cheryl!
Lelaki yang menabraknya tiba-tiba menarik tangannya dan memeluknya erat. Cheryl sempat tertegun ada orang yang mengenalinya di sana.
"Arsen, ayo kita ke sana!" seru salah seorang teman laki-laki yang tadi bersama Arsen.
"Tidak, kalian pergi dulu saja. Aku ada urusan!" ucap Arsen tanpa melepaskan pelukannya.
Arsen menatap wajah Cheryl secara seksama, seakan ingin memastikan bahwa wanita itu merupakan orang yang dikenalnya.
"Oh, Ya Tuhan ... Kamu kemana saja? Aku sudah sangat frustasi mencarimu kemana-mana. Kenapa tidak mengabariku? Kamu sebenarnya kenapa?" nada pertanyaan Arsen terdengar bergetar.
"Kamu siapa?" tanya Cheryl polos. Ia benar-benar tidak mengenali lelaki di hadapannya sekarang.
"Hah! Kamu jangan bercanda, Cheryl! Kamu sedang ingin mengerjaiku? Ini sama sekali tidak lucu!" Arsen antara kesal dan terharu bisa bertemu kembali dengan wanita itu.
"Aku benar-benar tidak mengenalmu."
Wajah polos Cheryl membuat Arsen kembali ragu. Ia menarik wanita itu ke tempat yang cukup sepi.
"Hey! Apa yang kamu lakukan!" Cheryl membelalakkan mata saat Arsen dengan paksa menarik kemejanya hingga bagian bahu kanannya terbuka.
Ada tanda lahir yang cukup besar di sana yang meyakinkan Arsen bahwa itu adalah Cheryl yang dicarinya. "Kamu kenapa? Apa begini caramu mengakhiri hubungan kita, hah? Kamu tega, ya! Pura-pura menghilang hampir 3 bulan, bahkan pemakaman kedua orang tuamu tidak kamu hadiri?"
Cheryl kembali tertegun. Selain Janu, baru kali ini ia bertemu dengan orang yang sepertinya mengenal dia. "Memangnya ... Kuta saling kenal?"
"Kamu ini pura-pura bodoh atau bagaimana? Tujuh tahun lebih kita pacaran, kamu bisa-bisanya berkata seperti ini." Arsen tidak habis pikir dengan wanita di hadapannya sekarang.
Kini, giliran Cheryl yang bingung. Ia sudah menikah dan ada orang yang mengaku sebagai pacarnya selama tujuh tahun. "Pasti kamu salah orang. Aku sudah menikah, tidak mungkin punya pacar."
Cheryl berniat pergi. Kepalanya tiba-tiba merasa pusing. Namun, Arsen menahannya.
"Apa ini tidak cukup membuktikan kedekatan kita?"
Arsen menunjukkan galeri fotonya yang dipenuhi dengan potret mesra mereka. Bahkan, di antaranya ada foto dan video mereka sedang berciuman.
Cheryl seakan merasakan jantungnya hampir melompat keluar. Lelaki di hadapannya tidak mengatakan hal yang omong kosong. Ia semakin tidak mengerti kenapa dirinya bisa bertunangan dengan Janu bahkan mereka telah menikah jika dia memiliki pacar yang cukup lama hubungannya.
"Cheryl!"
Arsen reflek menahan tubuh Cheryl yang hampir limbung. Ia mengajak Cheryl untuk duduk di sana.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Arsen khawatir.
Cheryl mengangguk. "Apa kamu tahu banyak tentangku?" tanyanya. "Aku bahkan tidak tahu siapa diriku sejak kecelakaan itu."
Setiap kali ia mencoba mengingat-ingat, kepalanya akan terasa sakit.
Arsen terdiam sejenak. "Kamu ... Kecelakaan?" tanyanya tidak percaya.
Selama ini ia sangat penasaran dengan keberadaan pacarnya. Saat berita tentang pembantaian di rumah Cheryl beredar, ia kira Cheryl ikut menjadi korban. Namun, mayat Cheryl tidak ikut ditemukan. Arsen masih berharap jika mungkin Cheryl bersembunyi di suatu tempat. Akhirnya kini mereka dipertemukan.
Cheryl mengangguk. "Aku tidak ingat apapun saat di rumah sakit."
"Tapi, kamu masih ingat kalau namamu Cheryl? Cheryl Putri Alexander?" tanya Arsen memastikan.
Cheryl mengangguk. "Seseorang memberitahukan nama itu padaku, termasuk juga tentang keluargaku. Dia ... Juga sekarang sudah menjadi suamiku."
"Apa?" ucapan Cheryl membuatnya tersentak kaget. Lama menghilang, Cheryl justru memberitahu bahwa dirinya telah menikah.
"Ini pasti tidak mungkin ...." Arsen tidak bisa menerima jika wanita itu telah menikah. Dia sangat mencintainya.
"Aku tidak tahu siapa yang berbohong sekarang. Kamu atau dia ... Yang jelas, kenapa ada orang yang tega melakukan hal ini kepadaku?"
Cheryl merasa tertekan secara batin. Ia menjadi semakin ragu dengan suaminya sendiri. Sepertinya tidak ada yang bisa dia percaya selain dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
aca
meski udah sempet BCA dulu skarang diulang baca lagi dari awal tetep seru soalnya masih ada di daftar baca cuma gak bisa kbuka ngilang gitu ceritanya.next thor
2023-01-09
0
trieyana
firasat w arsen nih bukan cowok baik"deh
2023-01-07
0
Lie Hia
Cherylll sadarlah, cari pemakaman org tuamu...kasian...mengapa begini nasibnya yaaa
2023-01-06
0