“Kamu mau apa?” tanya Cheryl khawatir. Melihat lelaki bertelanjang dada yang ada di atasnya membuat pikirannya jauh kemana-mana.
Janu menyeringai. “Kenapa? Kamu takut kalau aku akan mengajakmu tidur?” godanya.
“Kamu memang benar-benar b1adab! Sepertinya papaku sudah salah menilaimu. Setelah membantai keluargaku, kamu juga berniat memperk0saku?” Cheryl menunjukkan kegeramannya.
“Jangan sok berani terhadapku kalau memakai pisau saja kamu masih gemetar. Lalu, bagaimana caramu membalaskan kematian keluargamu dengan sikap penakut seperti ini?” kata-kata Janu membuat Cheryl tersindir.
“Aku pasti akan membunuhmu! Entah bagaimanapun caranya, aku akan membunuhmu!” ancam Cheryl dengan tatapan tajam matanya.
“Bunuh saja kalau kamu bisa. Lagipula, siapa yang tertarik dengan wanita jelek sepertimu!”
Janu pergi meninggalkan Cheryl di sana. Cheryl merasa lega, setidaknya lelaki itu tidak melakukan hal yang macam-macam kepadanya.
Cheryl memandangi kamar milik Janu. Sebuah kamar yang didesain ala-ala Eropa, terkesan luas dan mewah dengan langit-langit yang cukup tinggi.
Ia berjalan ke arah jendela, melihat situasi di luar dari atas sana. Tampak penjaga sedang berjaga-jaga di sana.
Ia beralih ke sisi jendela yang lain yang mengarah ke bagian belakang bangunan. Tampaknya tidak ada yang berjaga di sana. Taman belakang terlihat sepi. Cheryl memikirkan ide untuk bisa keluar dari sana. Dilihatnya tirai-tirai yang menghiasi bagian ranjang. Ia berniat menggunakan benda itu untuk turun ke bawah.
Dengan perlahan dan hati-hati, ia mengulurkan tirai yang telah disambung sedemikian rupa agar sampai ke bawah. Sebelum turun, ia memastikan keadaan aman.
Akhirnya, Cheryl berhasil turun ke bawah dengan selamat. Ia cukup berbangga hati atas keberhasilannya kali ini.
“Tuan, Nona itu kabur!”
Baru saja merasa senang bisa berhasil turun ke bawah, salah seorang penjaga memergokinya. Tak jauh darinya ternyata juga ada Janu.
“Mati aku!” pekik Cheryl.
Cheryl berlari sekuat tenaga menuju ke pintu belakang yang tidak tertutup. Janu dan para pengawalnya tampak mengejar di belakang. Ia semakin mempercepat larinya. Kaki yang terasa sakit tanpa alas kaki ia abaikan asalkan bisa bebas dari tempat itu.
Suasana malam cukup gelap dan mencekam. Ia benar-benar melewati hari yang berat. Setelah kehilangan kedua orang tua, ia kini harus berusaha kabur dari orang yang ingin menculiknya.
“Cheryl … semangat! Kamu pasti bisa!”
Cheryl terus berlari mengabaikan duri-duri yang tak sengaja diinjaknya. Ia hanya berharap segera sampai di ruas jalan utama dan meminta pertolongan pada orang yang lewat.
Saat hampir sampai di jalan, ia senang. Apalagi di sana ada lampu jalan. Tampak kendaraan yang berjalan mendekat. Ia mempercepat langkah mengingat itu merupakan kesempatan terbaiknya untuk kabur.
“Tolong … tolong …,” teriak Cheryl sembari melambaikan tangannya.
Bruk!
Sepertinya mobil tersebut tidak mengetahui keberadaan Cheryl. Mobil itu tidak sengaja menyerempet tubuh Cheryl hingga terpental ke pinggir jalan.
***
“Tuan, Nona Cheryl sudah siuman,” ucap Fin, personal asisten yang selalu membantu kegiatannya sehari-hari.
Janu meregangkan kedua tangannya. Ia meninggalkan sejenak tumbukan berkas yang ada di meja kerjanya. “Kita pergi ke rumah sakit sekarang!” pintanya.
Sudah seminggu Cheryl mengalami koma di rumah sakit. Kata dokter, wanita itu mengalami gegar otak dan kemungkinan akan menjadi hilang ingatan sementara.
Janu semakin kesal dengan wanita merepotkan itu. Ia sudah berbaik hati memberikan tempat tinggal yang nyaman, namun wanita itu berusaha kabur. Orang yang menabrak merupakan salah satu anak buahnya yang tidak sengaja melewati jalan itu dan tidak mengetahui ada orang di pinggir jalan.
Cheryl langsung dilarikan ke rumah sakit oleh Janu. Kalau saja tidak ingat pesan orang tuanya, mungkin ia sudah membiarkan wanita itu mati di pinggir jalan. Menjaga seorang wanita muda lebih sulit daripada memelihara singa.
Setelah 30 menit perjalanan dari kantornya, Janu dan Fin akhirnya sampai di rumah sakit. Sudah ada dokter dan beberapa perawat yang berada di ruangan Cheryl.
“Tuan, sejak tadi Nona Cheryl mengamuk dan marah-marah tidak jelas,” bisik salah seorang anak buah yang ia tugaskan di sana.
“Pergi kalian dari sini! Aku tidak mau melihat kalian!” bentak Cheryl. “Kenapa aku ada di sini? Aku mau pergi!”
Cheryl kembali mengamuk. Ia berusaha melepaskan selang infus yang terpasang di tangannya. Beberapa perawat terpaksa memegangi kedua tangan Cheryl agar tidak membahayakan diri sendiri.
Janu yang melihatnya berjalan mendekat menghampiri Cheryl. “Sayang, akhirnya kamu bangun,” ucap Janu seraya memeluk lembut tubuh Cheryl. Ia mengusap-usap punggung wanita itu dengan penuh kasih sayang.
Perlakuan yang Janu berikan mampu menenangkan hati Cheryl. Wanita itu terdiam dalam dekapan Janu.
“Tenangkan dirimu, Sayang, semuanya akan baik-baik saja,” kata Janu berusaha menenangkan Cheryl.
Semua orang yang ada di sana saling berpandangan melihat keromantisan yang terjadi. Beberapa perawat tersenyum-senyum karena baper dengan adegan itu. Namun, asisten dan anak buah Janu hanya bisa keheranan dengan hal itu. Janu yang tidak menyukai Cheryl bisa bersikap lembut dan memanggil wanita itu dengan romantic.
“Kamu siapa?” tanya Cheryl penasaran. Ia merasa lelaki itu bisa memberikannya ketenangan.
Janu tersenyum tulus. “Kamu tidak ingat apapun?” tanyanya sembari menyibakkan helaian rambut ke belakang telinga Cheryl.
Cheryl menggeleng.
“Aku Janu, calon suamimu,” katanya.
Cheryl tidak mengingat apapun. Mendengar pengakuan lelaki itu yang memiliki hubungan khusus dengannya, ia merasa sedikit percaya.
“Kamu tidak perlu berusaha keras untuk mengingat-ingat, aku akan sabar mendampingimu sampai sembuh. Kalau kecelakaan itu tidak terjadi, seharusnya kita sudah resmi menjadi suami istri,” kata Janu. Ia cukup lihai Menyusun kebohongannya di hadapan orang yang amnesia.
“Kita mau menikah?” tanya Cheryl memastikan.
Janu mengangguk. “Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan, namun sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Kamu harus diperiksa dulu oleh dokter supaya cepat sembuh, ya!” rayu Janu.
“Kamu akan tetap di sini, kan?” Cheryl memegangi tangan Janu seperti seekor anak ayam yang takut kehilangan induknya.
“Tentu saja. Aku akan menunggumu di sini.”
Akhirnya, Cheryl mau diperiksa oleh dokter. Janu hanya memperhatikan Cheryl yang menjadi penurut karena perkataannya.
“Tuan, kenapa Anda mengatakan hal semacam itu?” tanya Fin penasaran.
“Mengatakan apa? Tentang pernikahan?” Janu balik bertanya.
“Iya, Tuan.”
“Setidaknya aku bisa mengurungnya secara halus dengan status pernikahan nati. Aku akan lebih repot jika membiarkannya hidup di luar.”
“Lalu, bagaimana dengan prosesi pemakaman jenazah Tuan Hendry dan Nyonya Citra? Sudah satu minggu itu di tunda.”
“Kamu lakukan saja sendiri,” kata Janu.
“Apa Anda yakin? Bagaimana dengan Nona Cheryl?” tanya Fin memastikan.
“Dia tidak perlu tahu. Aku akan memberitahunya saat waktunya tepat. Jangan beri tahu tentang kematian orang tuanya. Rahasiakan dulu hal ini!” perintah Janu.
“Baik, Tuan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
adning iza
penasaran bget
2023-07-06
0
Nyi Arifin Bwi
Itu pembunuh bukan Janu kayaknya, Janu hanya di kambing hitamkan , mungkin orang tua Chery, kalau bener kenapa pesan kejanu untuk melindungi putrinya, dan kalau Janu yg bunuh saat itu juga Charly ngk akan di biarkan hidup sama janu...
2023-02-10
1
🍁Naura❣️💋👻ᴸᴷ
masih menyimak alur ceritanya karna aq baru
2023-01-09
0