Gea yang baru saja turun dari mobil, langsung masuk ke rumah dengan buru-buru.
"Gea!"
Saat itu juga, Gea menghentikan langkah kakinya saat namanya dipanggil.
"Eh, ada Mama sama Papa rupanya." Sahut Gea sambil nyengir kuda.
"Sini duduk sebentar." Perintah ayahnya, sedangkan ibunya mengangguk seraya memberi kode pada putrinya.
"I-i-i-ya, Ma." Jawab Gea terbata-bata karena gugup, lantaran takut diberi pertanyaan mengenai pernikahan.
Dengan terpaksa, Gea menuruti perintah ayahnya.
"Ada apa ya, Pa, Ma? gak lagi menghukum Gea 'kan?" tanya Gea penasaran, meski dalam hatinya mempunyai tebakan sendiri.
"Apa kamu sudah mempunyai calon suami?" tanya sang ayah.
Gea menelan ludahnya dengan kasar saat mendengar pertanyaan dari ayahnya.
"Gea sudah punya calon suami kok, Pa, Ma. Tenang aja, besok Gea akan memperkenalkannya sama kalian, tenang aja. Nanti Papa sama Mama tinggal menilainya." Jawab Gea yang terpaksa berbohong.
"Kirain Papa, kamu belum punya pacar. Terus kenapa kamu gak pernah mempertemukan Papa dan Mama dengan pacar kamu? apa kamu baru menemukan pacar?"
Gea yang merasa dapat sindiran dari ayahnya, hanya nyengir kuda seperti tadi.
"Gea malu lah Pa. Soalnya pacarnya Gea itu sangat jelek, jadi takutnya Papa kecewa. Gak cuma itu aja sih, Pacar Gea bukan golongan orang tajir, gimana?"
Dengan terpaksa si Gea harus banyak pura-pura d hadapan kedua orang tuanya.
"Tidak apa-apa, yang penting kepribadiannya baik dan tidak mengecewakan. Apalagi kalau pintar, Papa akan lebih beruntung dapetin menantu yang pintar dan juga cerdas." Kata sang ayah.
Gea sendiri hanya tersenyum tipis pada ayahnya.
"Semoga aja memang pintar dan cerdas. Em, kalau gitu Gea pamit ke kamar dulu ya, Pa, Ma. Gea capek, juga pingin istirahat." Ujar Gea yang ingin menghindari kedua orang tuanya, agar tidak mendapati banyak pertanyaan, pikirnya.
Kedua orang tuanya mengangguk dan mengiyakan.
Gea yang merasa lega karena dapat menghindar, langsung membuang napaanya dengan kasar.
"Akhirnya aku bisa menghindari Mama dan Papa, lega rasanya." Gumamnya lirih sambil menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Sampainya dalam kamar, Gea langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Andai saja aku punya kakak laki-laki, mungkin tidak akan menikah dengan paksaan. Kalau sampai aku tidak bisa menemukan lelaki yang bisa aku bayar, mungkin yang ada perjodohan. Semoga saja saran dari Raya dan Veliana itu bisa membantuku untuk berbohong, terutama dihadapan kakek. Tapi, kalau sampai ketahuan, bisa murka besar besaran. Ah, masa bodoh, jugaan aku tidak mempunyai cara lain selain membayar laki-laki untuk menjalani pernikahan kontra." Gumamnya sambil mencari ide.
Berbeda lagi dengan tempat lain, sosok lelaki yang tengah penat untuk menerima syarat dari keluarganya, yakni untuk menerima perjodohan.
"Pers_etan! dengan perjodohan." Umpatnya sambil duduk bersama teman-temannya.
"Kamu itu kenapa sih Bro, perasaan dari tadi itu menggerutu terus.
"Kamu bisa bantuin aku, gak?"
"Bantuin apaan?" tanyanya karena belum mengerti.
"Cariin perempuan yang bisa dijadikan istri pura-pura." Jawabnya yang langsung meminta bantuan, alias menyuruh temannya untuk menolongnya.
"Lah, kenapa kamu gak suruh aja si Lisa untuk pulang dan diajak menikah. Lisa kan, pacar kamu, kenapa gak suruh pulang aja. Kalau kamu nikah sama orang lain, yang ada tuh kamunya kelabakan."
"Sudah ku bilang berkali-kali, aku tidak mendapatkan restu dari kedua orang tuaku. Jadi, mana bisa aku menikah dengannya." Jawabnya.
"Masalahnya apa, Bro?"
"Yang jelas kedua orang tuaku menentang hubunganku dengan Lisa." Jawab Raka.
Karena Frustrasi tidak mendapat jalan keluarnya, akhirnya mengacak rambutnya yang tidak gatal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments