Temannya pun sejenak berpikir kembali.
"Nah, mungkin ini jawabannya. Dengan cara menikah dengan Lisa, kamu akan jatuh cinta dengannya. Secara kamu akan selalu bersamanya, sedangkan Lisa sudah jatuh cinta denganmu." Ucapnya memberi saran.
"Gak gak gak, idemu itu sangat tidak cocok. Mendingan kamu carikan wanita lain yang bisa menerima pernikahan kontrak." Perintahnya sesuai keputusan yang diambilnya.
Ervin yang selaku menjadi teman sekaligus sahabat, tidak dapat memaksa kehendak yang dipilih oleh Raka Dirgana.
Lain lagi di kediaman orang tuanya Gea, rupanya Gea sendiri tengah sibuk mengecek saldo yang ia punya.
"Masih kurang banyak, gimana ini?" gumamnya yang mulai gusar saat mendapati isi saldo yang ia punya tidak memenuhi syarat.
Berpikir dan terus berpikir, Gea mencoba untuk mencari ide yang cemerlang agar dapat memecahkan permasalahan keuangannya.
"Bagaimana ini? minta sama kakek, mungkin hanya itu jalan keluarnya. Tapi, kalau kakek tanya, aku harus jawab apa?" gumamnya sambil mengacak rambutnya yang terurai.
Sambil memecahkan permasalahan pada dirinya sendiri, Gea mencoba untuk meyakinkannya.
"Nanti sore mendingan aku ke rumah Kakek, siapa tahu aja kan, permintaanku bisa dipenuhi, semoga saja." Batin Talia yang terus berharap akan mendapatkan jalan keluarnya.
Karena tidak ingin semakin penat memikirkan hal yang dapat menguras pikirannya, Gea memilih untuk beristirahat, dan ketika bangun tinggal mandi dan pergi ke rumah kakeknya pikir Gea.
Sedangkan di rumah lain, lelaki yang bernama Raka tengah berkutat di depan layar komputernya untuk menghilangkan kepenatan yang masih bersemayam di otaknya.
"Kak, Raka."
"Hem, apa?"
"Kak Lisa kapan pulangnya?" tanya adik perempuannya.
Raka langsung mendongak, dan mengernyit.
"Kamu kan punya nomor kontaknya, kenapa tanya Kakak?"
"Gak aktif, susah dihubungi. Coba deh, Kakak yang hubungi Kak Lisa."
"Kakak lagi sibuk, mending kamu telpon sendiri."
"Ih! Kak Raka kenapa jadi judes banget perasaan."
"Biarin, gak penting buatmu. Sudah sana keluar, jangan ganggu Kakak."
"Hem, ya ya. Eh, Kak Raka beneran mau nikah nih? sama siapa?"
"Nanti kamu juga bakal tahu sendiri, sudah deh buruan sana keluar."
"Ya ya ya," jawabnya yang langsung keluar dari ruang kerja kakaknya.
"Yena, kamu kenapa cemberut begitu, Nak?"
"Itu si Kak Raka, ngusir Yena, Ma."
"Memangnya kenapa?"
"Gak mau bantuin Yena buat hubungi Kak Lisa, sebel." Jawabnya dibuat cemberut, sang ibu tersenyum melihat ekspresi putrinya.
"Ya mungkin aja Kakak kamu lagi sibuk. Oh ya, kamu bilang apa tadi, minta hubungi Lisa? teman kamu itu? anaknya Tuan Haraka?"
Yena mengangguk.
"Ya, Ma. Oh ya, bukannya Kak Raka mau dijodohkan dengan Lisa?"
"Kata siapa?"
"Kata bisik-bisik," jawab Yena dengan senyum lebar.
"Mama maupun Papa tidak memaksa Kakak kamu, mau menikah sama siapa itu terserah. Hanya saja, Kakek kamu yang ngebet mau jodohin Kakak kamu dengan Lisa. Kalau dalam hitungan beberapa waktu tidak memenuhi permintaan Kakek, mungkin terpaksa Kakak kamu harus menikah dengan Lisa."
"Oh, gitu. Kak Lisa itu orangnya baik, cantik lagi, terus kenapa Kak Raka tidak mau ya? memangnya perempuan kek mana lagi yang mau dinikahi Kakak."
"Hei! ngomong apa kamu? jangan membicarakan orang lain, entar mulut kamu bisa berbusa." Ucap Raka sedikit memberi bentakan pada adik perempuannya, semata hanya ingin mengagetkan saja.
"Ih! cowok sukanya nguping." Tuduh Yena sambil cemberut.
"Sudah sudah, jangan dilanjut lagi debatnya. Mendingan kalian berdua segera menuju ruang makan, sudah sore dan waktunya untuk makan. Soalnya nanti malam, Papa dan Mama mau ke rumah teman Papa. Jadi, buruan ke ruang makan." Ucap ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments