Ustad Asnan yang mendengar pintu rumahnya di ketuk seseorang, dia pun bergegas menghampirinya.
“Siapa?” tanya Ustad Asnan dengan suara lantang.
“Saya, Pak Ustad. Bondan,” jawab Bondan pelan.
“Ooo, Bondan,” kata Ustad Asnan seraya membukakan pintu untuk Bondan.
Bondan pun tersenyum ketika pintu dibuka untuk dirinya, dengan perasaan malu Bondan mencoba berdiri di samping Ustad Asnan.
“Silahkan duduk!” ajak Ustad itu pada Bondan yang masih berdiri.
Setelah Bondan benar-benar duduk dengan tenang, lalu dari arah dapur keluar seorang wanita seraya membawakan dua gelas kopi hangat untuk mereka berdua.
“Silahkan di minum dulu,” ujar Ustad Asnan pada Bondan.
“Terimakasih Pak Ustad,” jawab Bondan pelan.
Bondan yang merasa sedikit gugup mencoba meminum kopi hangat yang di suguhkan untuk dirinya.
“Nah, sekarang katakan ada keperluan apa nak Bondan datang kesini?”
“Begini Pak Ustad, kami suami istri udah lama menikah, tapi Allah belum mengaruniai kami seorang anak, lalu aku mencoba membawa istri ku ke dokter dan ternyata dia sedang mengandung satu minggu.”
“Jadi Istri nak Bondan sedang mengandung saat ini?” tanya Ustad Asnan dengan suara lembut.
“Iya pak Ustad, tapi itu pula yang menjadi masalah selama ini.”
“Masalah? masalah apa nak?”
“Istri saya suka memakan kembang tujuh rupa.”
“kembang tujuh rupa?”
“Iya Pak Ustad, selain itu istri saya sering melakukan pemujaan , dia mandi kembang ditengah malam serta menari dan menyembah sesuatu hingga dia sendiri sampai pingsan dibuatnya.”
“Kalau saya dengar dari penuturan dari mu, berarti istrimu sedang bersekutu dengan makhluk gaib.”
“Makhluk gaib? maksud Pak Ustad?”
“Kita harus melakukan rukiah, dengan cara membacakan do’a kepada istri mu, siapa tahu istri mu mau meninggalkan ajaran sesat nya.”
“Apakah berbahaya pada janin yang ada dalam kandungannya Pak Ustad?”
“Emangnya istri nak Bondan udah hamil berapa bulan?”
“Baru jalan tiga minggu, pak Ustad.”
“Ooo, baru tiga minggu ya?”
“Iya Pak Ustad.”
“Besok saat bulan purnama, bawalah istrimu kesini, akan saya periksa keadaannya.”
“Baik Pak Ustad, kalau begitu saya permisi dahulu.”
“Ya silahkan.”
Di perjalanan menuju pulang kerumah, Bondan berjumpa dengan Ayah kandungnya sendiri.
“Kamu dari mana nak?” tanya Pak Tito.
“Dari rumah Pak Ustad, Yah,” jawab Bondan pelan.
“Ada apa? sepertinya kau sedang dirundung masalah yang begitu berat?" tanya Tito ingin tahu.
“Kemuning Yah.”
“Kemuning, ada apa dengan istrimu?”
Seraya menarik nafas panjang, Bondan terhenyak duduk di atas dipan yang terbuat dari anyaman Rotan.
“Ceritalah nak, jangan ada yang disembunyikan, karena semakin kau sembunyikan, maka semakin berat beban yang akan kau tanggung.
“Selama ini, kami begitu mengharapkan keturunan. Akan tetapi, setelah kami mendapatkannya, kami malah merasa kesulitan di buatnya.”
“Maksud mu?”
“Semenjak Kemuning hamil, dia selalu saja bertingkah aneh, dia makan kembang, dia mandi kembang dan bahkan dia melakukan ritual sendirian hingga larut malam.”
“Apakah kau udah tanya kepadanya, kenapa dia melakukan semua itu?”
“Udah yah, dia sendiri juga nggak tau, bahkan dia merasa lelah dengan semua ini.”
“Kasihan sekali istri mu.”
“Aku berniat akan melakukan rukiah pada Kemuning, di rumah Pak Ustad, Yah.”
“Bagus itu, Ayah setuju dengan itikad baik mu itu, siapa tau dengan cara ini, kalian bisa hidup rukun."
“Iya, Yah,” jawab Bondan dengan suara lirih.
Di perjalanan, ketika Bondan hendak pulang kerumahnya, dia berpapasan dengan Mak Rodiah.
Mak Rodiah melihat Bondan berjalan dengan tergesa-gesa, dia ingin sekali bertanya, kenapa Bondan berjalan seperti itu, tapi Mak Rodiah mengurungkan niatnya.
Tapi karena rasa penasaran yang dia miliki, Mak Rodiah langsung mengikuti Bondan dari belakang. Akan tetapi, baru separoh jalan, Mak Rodiah melihat ada makhluk aneh sedang mengikuti Bondan dari belakang.
“Astagfirullah!” teriak Mak Rodiah seraya berlari menjauh dari Bondan.
Mendengar seseorang menjerit di belakangnya, Bondan langsung berlari menghampiri Mak Rodiah.
“Ada apa? kenapa Mak ketakutan?” tanya Bondan heran.
Mak Rodiah tak bisa bicara, lidahnya terasa kaku untuk mengucapkan sesuatu, tapi tangan kanannya selalu menunjuk kearah Bondan.
“Oh, kenapa semuanya menjadi ketakutan? sebenarnya apa yang terjadi pada keluarga ku?” tanya Bondan pada dirinya sendiri.
Setelah kejadian itu, Bondan segera kembali pulang kerumahnya, di depan rumah Bondan melihat Kemuning sedang menyulam baju untuk bayi yang masih berada di dalam kandungannya.
“Kamu dari mana saja Mas? seharian ini, aku mencari mu.”
“Aku dari rumah Pak Ustad, sayang!”
“Ngapain kerumah Pak Ustad, Mas?”
“Aku menceritakan tentang penyakit yang sedang kau alami kepda Pak Ustad.”
“Lalu, apa solusinya?”
“Katanya, nanti malam kita akan kesana untuk melaksanakan rukiah.”
“Rukiah itu apa toh, Mas?”
“Sejenis ruetan, untuk mengusir roh jahat yang bersarang di dalam tubuh kita, kau mau kan, kalau di Rukiah?”
“Terserah Mas Bondan aja,” jawab Kemuning lembut.
Setelah mereka sepakat, malam itu juga Bondan mengajak Kemuning ke rumah Pak Ustad untuk melakukan Rukiah.
Tak ada penolakan sedikit pun dari Kemuning, sehingga Bondan merasa percaya dengan kehamilan Kemuning, kalau itu adalah bayinya.
Setibanya dirumah Pak Ustad, mereka berdua mengetuk pintu dari luar.
“Tok, tok, tok. Assalamua’alaikum!”
Ustad Asnan yang sudah mengetahui kalau itu Bondan dan istrinya, dia pun segera bergegas membukakan pintu.
“Wa’alaikum salam. Silahkan masuk!”
“terimakasih Pak Ustad," jawab Bondan seraya menggandeng tangan istrinya.
Baru saja duduk, lalu Asiah keluar, seraya membawakan tiga gelas teh hangat dan sepiring roti basah untuk mereka.
“Silahkan di cicipi nak Kemuning, Bondan.”
“Terimakasih Bu,” jawab Kemuning pelan.
Lalu Kedasih menaruh nampan minuman itu dibawah kolong meja dan dia pun duduk di samping Kemuning.
Kemuning hanya bisa tersenyum kepada perempuan paruh baya itu, karena selama ini, Kemuning jarang sekali bergaul dengannya.
“Udah berapa bulan kandungannya nak Kemuning?” tanya Asiah dengan suara lembut.
“Baru jalan satu bulan Bu.”
“Ooo, masih hamil muda ternyata.”
“Iya, Bu,” jawab Kemuning dengan tersenyum.
“Nak Bondan ini, berniat ingin merukiah istrinya, yang mengalami kehamilan aneh, benar begitu nak Bondan?”
“Benar Pak Ustad.”
“Kemuning.”
“Saya, Pak Ustad.”
“Sejak kapan kau merasakan keanehan ini?”
“Semenjak usia kandungan ku masuk minggu pertama Pak Ustad.”
“Kamu bersedia Bapak rukiah?”
Kemuning tak menjawab, dia justru menoleh kearah Bondan, seakan-akan meminta pendapat pada suaminya.
Bondan yang merasa tatapan mata Istrinya mengandung sebuah isyarat, dia langsung menganggukkan kepalanya.
“Baiklah, aku bersedia Pak Ustad,” jawab Kemuning pelan.
Mendengar, jawaban dari Kemuning, Ustad Asnan langsung melakukan rukiah. Saat di rukiah, Kemuning tampak biasa-biasa saja, Ustad Asnan merasa heran dengan Kemuning yang tampak biasa-biasa saja.
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Adronitis
pakek ruqyah ya thor
2023-01-09
0
Iril Nasri
gimana cara merukiahnya thor
2023-01-07
0
AbyGail
🥰🥰🥰🥰🥰
2023-01-03
0