Mendengar penjelasan dari suaminya, Kemuning merasa itu pasti ulah makluk gaib yang tak senang saat Bondan memeluk tubuh Kemuning.
Setelah mereka selesai melakukan cek up, Bondan langsung membawa kemuning pulang kerumahnya, walau berada telah jauh dari rumah sakit, tapi Bondan masih kepikiran dengan kejadian yang baru saja dia alami.
“Kenapa Mas, kau tampak begitu lesu semenjak pulang dari rumah sakit tadi?” tanya Kemuning ingin tahu.
“Kang Mas, masih kepikiran dengan kejadian yang dirumah sakit tadi Sayang.”
“Barang kali itu, hanya makhluk usil yang ingin merusak kebahagiaan kita, Mas,” jawab Kemuning dengan suara datar.
Akan tetapi di saat Kemuning bicara seperti itu, tiba-tiba saja, di dapur rumahnya suara peralatan masaknya terdengar begitu kacau sekali, seperti ada benda yang berjatuhan.
“Hah, suara apa itu sayang?” tanya Bondan pada istrinya.
“Entahlah Mas, aku nggak tau,” jawab Kemuning sedikit cemas.
Lalu mereka berdua pun, pergi kedapur secara bersamaan, untuk melihat benda apa yang sedang terjatuh.
Saat mereka berdua memasuki daerah dapur, betapa terkejutnya Bondan dan Kemuning, ternyata semua peralatan masaknya habis berserakan di mana-mana.
Kemuning sadar kalau itu semua pasti ulah makluk itu, ternyata dia begitu kesal mendengarkan pembicaraan Kemuning dan Bondan di ruang tamu.
“Siapa yang melakukan ini semua sayang?”
“Aku nggak tau kang Mas,” jawab Kemuning seraya mengembalikan peralatan masaknya ketempat semula.
Mesti pertanyaan demi pertanyaan belum ada yang terjawab, tapi Bondan masih bersyukur kepada Allah, karena di usia pernikahan mereka yang telah begitu lama, baru kali ini Bondan mendapatkan seorang anak.
Sementara itu, Bondan melihat Kemuning tampak biasa-biasa saja, tak sedikitpun terlihat di raut wajahnya tanda bahagia karena telah mendapatkan keturunan.
Malam itu Bondan melihat lagi, keanehan pada diri Kemuning, Dia minta kembang tujuh rupa. Bondan pun mengikuti kemauan istrinya itu, di tengah malam Bondan pergi ke toko bunga untuk membeli kembang.
Pemilik toko bunga sudah lama merasa heran, tapi dia tak mau bertanya lebih jauh lagi, namun untuk kali itu, mereka mencoba bertanya tentang apa yang selama ini mengganjal dalam fikiran mereka.
“Aku heran, kenapa kau sering membeli kembang Bondan?” tanya Mak Rodiah heran.
“Untuk Kemuning Mak,” jawab Bondan datar.
“Emangnya istrimu makan kembang ya?"
“Iya, Mak,” jawab Bondan jujur.
“Berarti istrimu kerasukan makhluk halus, Bondan.”
“Ah, emak! aku lihat kemuning biasa-biasa aja kok, kagak ada masalah.”
“Tapi istrimu makan kembang Bondan?”
“Emangnya kalau makan kembang kenapa Mak, siapa tau itu bawaan si jabang bayi.”
“Kalau kagak percaya, ya udah!”
“Emak jangan ngomong kayak gitu dong!”
“Mak ini udah tua Bondan, mak tau betul apa yang kagak kau ketahui.”
“Iya Mak, aku ngerti. Tapi gimana caranya agar kita tau kalau Kemuning itu kerasukan makhluk gaib.”
“Iya juga sih, Mak juga kagak ngerti Bondan.”
“Ya udah, aku pulang dulu Mak, nanti Kemuning kelamaan nunggunya.”
“Iya, ntar Mak cari informasi dulu ya, siapa tau Mak tau gimana cara mengatasinya.”
“Iya, Mak,” jawab Bondan sembari pergi meninggalkan Mak Rodiah. Si penjual kembang.
Di perjalanan menuju rumahnya, Bondan melihat sesosok bayangan mengikutinya dari belakang. Makhluk itu terus saja mengikuti Bondan dari jarak yang tidak begitu jauh dan hal itu diketahui Bondan dari kaca spion sepeda motor yang dikendarainya.
“Ya Allah, makhluk apakah itu?” tanya Bondan pada dirinya sendiri.
Melihat makhluk itu terus saja mengikutinya dari belakang, bulu kuduk Bondan jadi merinding, dia begitu takut sekali.
Setibanya di rumah, Bondan dengan cepat mengetuk pintu, Setelah Kemuning membukanya, tak begitu lama Bondan langsung masuk kedalam rumah dan kemudian menutup pintunya dengan rapat.
“Kenapa lama sekali pulangnya Mas?”
“Kang Mas takut, sayang! dari tadi Kang Mas terus di ikuti oleh makhluk yang mengerikan sekali.”
“Apakah Mas melihatnya sendiri?”
“Nggak sayang, tapi Kang Mas melihatnya dari kaca spion.”
“Seperti apakah bentuknya Mas?”
“Kang Mas takut Sayang, jangan bertanya lagi.”
“Baiklah,” jawab Kemuning pelan.
Lalu kembang itu di ambil Kemuning dari tangan suaminya, kembang itu dimasukan kedalam sebuah wadah yang sudah di beri air, di hadapan Bondan Kemuning menukar pakaiannya dengan pakaian kebaya lengkap dengan selendang berwarna hijau.
“Kenapa kau berpakaian seperti itu sayang?” tanya Bondan heran.
“Kenapa? apakah nggak boleh?”
“Boleh, tapi kang Mas merasa sedikit heran dengan kelakuanmu akhir-akhir ini.”
“Kelakuan seperti apa Mas?”
“Kau suka makan kembang, kau berpakaian seperti seorang penari ronggeng dan bahkan, kau memiliki nafsu yang sangat berlebihan.”
Mendengar ucapan Bondan, Kemuning pun terhenyak duduk di samping suaminya.
“Bukan hanya kau seorang yang merasakan keanehan ini Mas, aku juga begitu, tapi aku diam saja, aku nggak mau semua orang tau tentang semua ini.”
“Baiklah, kalau begitu semua ini akan kita jadikan rahasia kita berdua sayang.”
“Iya, Mas,” jawab Kemuning seraya membenahi pakaiannya.
Dengan langkah sangat berhati-hati sekali, Kemuning mencoba menuju balkon rumahnya, diatas balkon itu, Kemuning menari di antara kembang yang telah ditebarkan.
Dari kejauhan Bondan memperhatikannya dengan serius sekali, samar-samar Bondan mendengar suara gamelan, lama kelamaan bunyinya semakin santer.
Bulu kuduk Bondan terasa merinding, dia mencoba merapatkan tubuhnya kedinding rumah. Di saat itu Bondan mendengar Kemuning bicara sesuatu seraya meletakkan kedua telapak tangannya di depan dada dengan di katupkan.
“Apa yang terjadi dengan diri mu sayang?” tanya Bondan pada dirinya sendiri.
Tak terasa air mata Bondan menetes membasahi kedua pipinya, kesedihan seperti telah bergelayut di pelupuk matanya yang bulat kecoklatan.
Setelah begitu lama Kemuning menari mengitari kembang tujuh rupa yang bertebaraan di balkon rumahnya, Kemuning pun langsung tak sadarkan diri karena terlalu letih.
Bondan yang melihat istrinya terkapar tak sadarkan diri, langsung berlari mengendong istrinya menuju kamar.
Setelah beberapa jam Kemuning pun sadar, dan dia melihat ada Bondan disamping kirinya.
“Sebenarnya, apa yang sedang kau lakukan Sayang, Kang Mas nggak mengerti sama sekali.”
“Aku harus mesti gimana Mas, aku juga lelah sekali,” jawab Kemuning dengan suara lirih.
“Siapa yang telah menyuruh mu melakukan semua ini sayang?”
“Nggak ada yang menyuruhku melakukannya Mas, tapi bayi ini seakan-akan memaksa ku untuk melakukannya.”
“Apakah setiap bayi yang berada dalam kandungan Ibunya seperti itu Kemuning?”
“Jangan tanya aku Mas, karena aku baru kali ini mengandung.”
Melihat istrinya tersiksa, Bondan merasa sedih, tapi dia sendiri tak dapat berbuat apa-apa.
Dalam kesendiriannya, Bondan meneteskan air matanya, lalu dengan langkah gontai Bondan berjalan menuju rumah seorang Ustad, Bondan ingin sekali menanyakan tentang penyakit yang di alami Kemuning istrinya.
“Tok, tok, tok !”
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
👑Meylani Putri Putti
kesurupan dia
2023-05-12
1
Iril Nasri
widih hamil
2023-03-03
0
Mugiya is back
mampir
2023-01-23
0